Si gadis manis akhirnya datang dari toilet, tetapi belum sempat duduk kembali, bel tanda istrirahat berakhir pun berbunyi.
Ringg!!! Ringg!!! Ringg!!!
Semua siswa siswi baru kembali ke aula dan berbaris sesuai kelompok masing-masing.
"Mohon perhatian semua! " Julian kembali mengambil alih, perhatian semua orang segera tertuju kepadanya. "MOS hari ke dua saya akhiri sampai disini, dan untuk menyelesaikan tugas film per kelompoknya saya beri waktu 1 bulan terhitung mulai hari ini. Maka dari itu buatlah film sebaik-baiknya!!
Jadi secara otomatis hari terakhir MOS saya geser ke hari tersebut, paham? " Ujar Julian
"Paham kak" Seru seluruh siswa.
Kemudian waktu pun di ambil alih oleh kepala sekolah yaitu Pak Ridwan, selaku kepala sekolah di sekolah itu, Pak Ridwan adalah seseorang yang beribawa tinggi dan tegas. Tak jarang orang yang tak kenal bliau sekalipun dapat merasakan aura kepemimpinan bliau.
"Selamat siang anak-anak !" Sapa Pak Ridwan ke seluruh siswa, "Siang pak" Saut semuanya. "Sebelumnya saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung di sekolah ini, oh iya ada yang udah kenal saya? " tanya bliau. "ada pak" Saut beberapa siswa.
"Ok, alangkah baiknya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Ridwan Putra atau yang lebih ditekenal Pak Ridwan. Kali ini saya akan menginformasikan terkait kapan waktu belajar mengajar untuk siswa siswi baru dimulai, jadi aktifitas belajar mengajar akan dimulai besok lusa jam 07.00 pagi, menggunakan seragam yang telah dibagikan sebelumnya. Dan untuk pembagian kelas sesuai dengan kelompok yang dibentuk anggota OSIS kemarin. Saya rasa demikian informasi dari saya, ada pertanyaan?" Ujar Pak Ridwan.
Merespon itu, semua siswa siswi baru hanya terdiam, menandakan tidak ada pertanyaan yang ingin mereka utarakan. "Baik saya anggap semua paham dengan apa yang saya informasikan tadi, dan waktu sekolah hari ini saya akhiri sampai disini, bubar jalan! " Sambung Pak Ridwan memberikan itruksi, semuanya pun segera membubarkan diri dan pulang kerumah masing-masing.
"Horee akhirnya pulang juga" Ucap adit ke teman-teman kelompoknya dengan sumbringah, yang lain pun merespon dengan tersenyum riang, di tengah-tengah itu Riko untuk kesekian kalinya seolah terbius melihat senyum si Dinda yang begitu manis. Ia tak mampu memalingkan mata meski sedetik pun dari senyum manis itu. Sadar dengan Riko yang terus memperhatikannya Dinda seketika berhenti tersenyum, dan berkata "guys aku duluan ya, aku masih ada urusan sebelum pulang", "Yaahhh kamu mau kemana buru-buru sekali Dinda?" tanya Adit dengan penasaran, "aku mau ke toko buku dit, ada buku yang harus aku beli" jawab Dinda, kemudian ia pun meninggalkan mereka.
Riko yang kebetulan saat itu juga sedang fokus untuk menjadi versi terbaik dari dirinya mengikuti Dinda ketoko buku dari kejauhan. Selain karena masih penasaran dengan si gadis manis, ia ingin sekalian membeli buku tentang self improvement. Yaaa, dibanding remaja seusianya pola pikir Riko jauh lebih dewasa.
Di toko buku Riko kebingungan, pasalnya Dinda yang sedari tadi ia perhatikan tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Ia pun berinisiatif mencari buku self improvement yang siapa tau cocok dengannya. Keasikan mencari buku, tiba-tiba ada orang yang mencolek punggungnya dari belakang, setelah menoleh ternyata orang itu adalah si gadis manis alias Dinda. "Kamu ngapain ngikutin aku sampai kesini segala? " Dinda langsung melontarkan pertanyan tanpa berbasa-basi.
Riko yang ketangkap basah berusaha membantah dengan berkata "aku gak ngikutin kamu kok, aku kesini ingin membeli buku". " Alaaahhh, ngaku aja kali, kamu bukannya udah tau namaku kan?, kamu mau apa lagi? " tanya Dinda dengan nada sinis. Bukannya menjawab pertanyaan itu, Riko malah bengong memandangi wajah Dinda yang kalau dilihat dari dekat, semakin terlihat manis. Ia seolah terhipnotis oleh paras Dinda. "Riko, Riko!! " bentak Dinda menyadarkan Riko yang sedari tadi bengong menatapnya. "Ehh iya iya, kenapa? " tanya Riko ke Dinda, "kamu ditanya, kok malah bengong? Dasar aneh! " Dinda kembali melontarkan pertanyaan. "Kan aku udah jawab tadi Dinda, aku kesini hendak membeli buku. Aku gak ngikutin kamu kok, kalaupun kita ketemu disini, mungkin takdir Tuhan atau bisa jadi hanya sebuah kebetulan". Mendengar itu Dinda hanya terdiam dan segera pergi dari hadapan Riko.
Waktu terus berlalu, Riko akhirnya menemukan buku yang sekiranya cocok untuk ia plajari, namun gara-gara teringat dengan dompetnya yang hilang ia menaruh buku itu kembali dan mengurungkan niat untuk membelinya.
Perut Riko sudah mulai keroncongan ia pun hendak makan siang di warung sate langganannya. Hari itu warung sate langganan Riko penuh pembeli, hanya ada satu meja yang kosong, dan Riko bergegas memesan sate seperti biasa lalu duduk di meja yang kosong itu. Selang beberapa saat sate yang di pesannya datang. "Silahkan satenya mas Riko" penjual sate itu menyajikan seporsi sate dengan senyum ramah. "Terimakasih, oh iya bang dompet saya hilang nih, besok saya bayar, boleh kan?" tanya Riko dengan perasaan malu, "oh iya mas Riko, gak apa apa kok" Saut si penjual sate. "Terimakasi banyak bang" Ucap Riko sembari langsung menyantap satenya. "Maaf kak, boleh saya ikut duduk disana? " tuba-tiba terdengar suara lembut yang terasa tak asing dari arah belakang, "Oh boleh boleh, silahkan" saut Riko tanpa menoleh ke arah suara itu. Betapa terkejut sekaligus senangnya Riko setelah mengetahui orang yang duduk di depannya ternyata si gadis manis alias Dinda.
Dinda yang juga tak kalah terkejut spontan bangun dari tempat duduknya dan berkata "Ehh Riko". Ia lalu bergegas mencari meja kosong lain, tapi usahanya itu tak kunjung membuahkan hasil. Semua meja di warung sate itu sudah penuh, dengan berat hati ia lalu kembali ke meja Riko. " Gimana ketemu meja lain gak? " tanya Riko sambil meledek, "siapa yang nyari meja lain? Orang aku abis dari toilet" Jawab si gadis manis, "oh berarti kamu sebenarnya emang pengen kan duduk makan berdua gini sama aku? " tanya Riko lagi sembari menggoda, Dinda yang tersipu malu wajahnya seketika memerah. Ia bingung harus bagaimana menjawab rayuan itu, dan akhirnya ia hanya menjawab singkat "sok tau". Menanggapi jawaban singkat Dinda, Riko hanya tertawa. "Kenapa kertawa? Ada yang lucu?" tanya Dinda dengan nada tinggi, "wajahmu merah tuhh, makin lucu deh" Ledek Riko.
"Ihhhh Riko!! Jangan liatin aku terus!!" Dinda semakin tersipu malu, ia pun menutup wajahnya dengan buku yang ia beli tadi. "Hehe maaf maaf, oh iya bener kan apa yang aku bilang tadi? Aku gak ngikutin kamu, mungkin emang takdir Tuhan yang selalu mempertemukan kita. Buktinya kamu sekarang yang datang dan duduk di depanku kan?" tanya Riko coba untuk meyakinkan Dinda, "takdir apaan? Ini semua hanya kebetulan belaka" Bantah Dinda yang berusaha menghindari Riko. Ia pun bergegas pergi dari warung itu dengan naik taksi, meninggalkan Riko yang masih menyantap satenya.
Waktu terus berjalan, hari pertama Riko mengikuti aktifitas belajar mengajar pun tiba. Pagi itu semangat yang hebat terasa mengalir di sekujur tubuh Riko, bahkan Ia sudah bangun tidur pukul 04.00 pagi dan langsung berolahraga guna untuk menyalurkan semangatnya yang berapi-api itu.
Pukul 06.15 Riko berangkat ke sekolah, mengingat jarak dari rumah ke sekolahnya yang cukup jauh, ia tak ingin terlambat lagi. Setibanya disekolah, Riko mencari tau kelasnya dimana melalui mading, setelah tau kelasnya dimana, ia bergegas kesana.
Saat itu kelas Riko masih sepi, belum ada seorang pun disana. Ia kemudian duduk di salah satu meja hingga teman sekelas Riko satu per satu datang. Ajaibnya selain Dinda yang jadi alasan utama ia memilih masuk ke barisan waktu itu, Adit, Lia dan Luna ternyata juga sekelas dengannya.
Bu Adel yang merupakan wali kelas itu tiba, "Selamat pagi murid-murid" Sapanya langsung. "Selamat pagi buu" Saut semua murid kompak. "Semuanya tolong berdiri sebentar, ibu akan memilih dan mengacak tempat duduk kalian, ini akan jadi tempat duduk kalian selama kelas 10 disini". Mendengar itu sontak Riko merasa sangat senang, pasalnya ada kemungkinan ia akan duduk bersebelahan dengan Dinda si gadis manis walaupun kecil. Benar saja, Riko akhirnya duduk tepat disebelah Dinda, ia tak bisa menyembunyikan kesenangannya. Tiba-tiba Dinda mengangkat tangannya dan berkata "bu bisa gak saya duduk di depan saja?", "Ga bisa, tempat duduknya harus seperti ini, ga boleh ada yang pindah! " ujar Bu Adel. "Udahlah Din, emang takdirnya kita dekat" Riko kembali merayu Dinda. "Diam kamu!! " Dinda membentak Riko sembari mengerutkan alisnya.
Saat itu setelah Bu Adel memperkenalkan dirinya, Ia menginstruksikan satu per satu murid kedepan untuk memperkenalkan diri juga, hingga tiba giliran Dinda. Sontak cowok-cowok dikelas itu berebut mengajukan pertanyaan ke Dinda, Parasnya yang manis seolah jadi maknit, dengan seketika ia menjadi primadona disana.
Respon cewek-cewek ketika Riko memperkenalkan diri pun tak kalah antusias, bahkan ada beberapa cewek sampai histeris melihat ketampanannya. Tapi hal itu berbanding terbalik dengan respon cowok-cowok disana, Riko seolah seperti dimusuhi karena mereka tak terima ada cowok yang sepopuler itu dikelasnya. Namun bukan Riko namanya kalo ia ambil pusing dengan hal-hal yang menurutnya sepele seperti itu.
Waktu istrirahat pun tiba, Adit, Luna dan Lia mendatangi meja Riko. "Jadi kapan nih kita mulai tugas film pendek kita?" tanya Adit memulai diskusi, "Nanti sepulang sekolah aja gimana?" usul Lia. "Riko Riko!!!" tiba-tiba terdengar suara lantang Julian dari luar kelas yang seketika memutus diskusi mereka, "duh orang itu lagi" Keluh Riko dalam hati lalu bergegas keluar kelas hendak menemui Julian. Sama seperti hari-hari sebelumnya Julian memanfaatkan masa hukuman Riko untuk menraktir dia dan gengnya makan. Hari-hari berlalu hingga masa hukuman Riko pun berakhir, sudah banyak uang yang Riko habiskan untuk menraktir makan Julian CS. Semua hutang-hutangnya pun telah lunas ia bayar.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments