Meski sejatinya bagi Ranti menikah merupakan hal yang akan dia lakukan sekali dalam seumur hidupnya.
"Ya Allah, bimbinglah hamba senantiasa di jalamu, Tuntunan lah rumah tangga hamba selalu dalam Ridha mu " ucap Ranti dalam hati.
***
Setelah acara Ijab qobul selesai, Ranti yang telah selesai menyalami para Keluarga besar dari Abi dan keluarga besarnya, serta para rekan bisnis dan kolega dari Abi dan Pak Prabowo, Segera kembali menuju kamar pengantin yang telah di siapkan oleh Bu Sinta Sebelumnya.
Berbeda dengan Ranti yang kembali ke kamar, Abi memilih masih tetap di ruang Ballroom hotel untuk sekedar beramah tamah dengan para tamu yang hadir.
Tidak ada acara resepsi ataupun acara lainnya. Hanya acara ijab qobul dan ditutup dengan acara makan-makan bersama keluarga dan para kolega.
Tidak ada acara resepsi , ataupun acara lainya. Hal ini memang merupakan syarat yang diajukan oleh Ranti dan telah di setujui oleh kedua orang tuanya begitu juga orang tua Abi.
Bagi Ranti pernikahan ini saja sudah cukup menyesakkan dadanya, apa lagi jika harus ditambah dengan pesta mewah dan megah yang di tawarkan oleh kedua orang tua Abi, bagaimana bisa dia menghadapi sosok kakaknya yang tengah terbujur kaku di sana, jika tahu dirinya bahagia diatas duka dan lara sang kakak. Meski sejujurnya sama sekali Ranti tidak merasakan bahagia.
Namun meski hanya acara ijab qobul, namun orang tua Abi tetap mempersiapkan segalanya dengan begitu mewah dan sangat megah.
Karena menyadari meskipun ini pernikahan kedua bagi Abi, namun ini merupakan pernikahan pertama bagi Ranti. Bu Sinta hanya ingin mengukir kenangan yang indah dalam pernikahan keduanya.
"Nak, Semoga pernikahanmu memberikan kebahagiaan yang tiada Tara" Ucap Bu Diana dengan sesenggukan
"Maafkan ibumu yang tidak berguna ini, Mengorbankan mu demi---" ucap Bu Diana menggantung setelah Ranti menempelkan satu telunjuknya di bibir wanita yang tidak lagi muda tersebut.
"Buk, Ranti ikhlas, Bukan ibuk yang memaksa, namun Ranti lah yang menerima" Ucap Ranti dengan suara serak dan mata berembun.
Seketika keduanya tampak dalam suasana haru dengan tangis yang berusaha untuk di bendung.
Bagaiman tidak Bu Diana pun juga sangat sedih dengan pernikahan Ranti, jika pernikahan yang di lakukan anaknya bukan atas dasar cinta, lalu bagaimana nasib putri sulungnya kedepan.
Demi sebuah pengobatan putri sulungnya, Bu Diana rela mengorbankan kebahagiaan putri bungsunya, begitu mungkin pemikiran Bu Diana saat ini.
"Maaf kan ibu nak, maaf kan ibu " Ucap Bu Diana dalam hati.
Beberapa kali Ranti memberikan usapan lembut pada punggung wanita yang tidak lagi muda tersebut, hal itu di lakukan untuk mengurai rasa sedih dan bersalah yang mungkin menyesakan dadanya sang ibu.
"Sudah buk, Tidak perlu menangis lagi, InshaAllah Ranti akan bahagia" ucap Ranti lembut pada sosok wanita tua di hadapannya.
Setelah beberapa saat suasana menjadi hening.
"Ranti, ibu harus segera pulang, hari semakin petang " Ucap Bu Diana.
"Baik Bu, Maaf Ranti tidak bisa mengantar" ucap ranti kemudian. Bu Diana menganggukkan kepala pelan dan berlalu meninggalkan putri Bungsunya seorang diri di kamar pengantin tersebut.
Setelah kepergian bu Diana, Ranti tampak termenung sendiri, tanpa terasa sudut matanya mulai berembun dan Meloloskan buliran bening disana, dengan rasa yang entah seperti apa dirinya sendiri sudah tidak lagi mampu untuk menggambarkannya.
Ting Tung ...
Terdengar suara bel yang berbunyi dari balik pintu kamar mewah tersebut.
Bergegas Ranti untuk membuka pintu tersebut.
Terlihat sosok wanita paruh baya yang masih menampakan garis kecantikan di sana, berdiri tepat di hadapannya, dengan senyum manis dan wajah teduhnya.
"Boleh mama masuk" Ucap Bu Sinta lembut
"Silahkan Tante " ucap Ranti kikuk
"Lho kok Tante sih, sekarang manggilnya mama ya biar sama kaya Abi" Ucap Bu Sinta lembut dengan menggandeng Ranti masuk kedalam kamar.
"Bagiamana kamu suka kamarnya ?" tanya Bu Sinta kemudian.
"Ranti Suka Te Ehh Ma" ucap Ranti terbata.
Bu sinta tampak mengulas sebuah senyum manis di wajah nya yang tak lagi muda.
Sebuah Kamar presidential suite telah Bu Ranti pilih, dan siapkan untuk malam pertama Abimana dan Asmaranti. Meski Bu Sinta sendiri tidak yakin kamar itu akan digunakan atau tidak oleh Abi maupun Ranti , Namun setidaknya Bu Sinta mempersiapkan segalanya sebaik mungkin.
"Ranti " Ucap Bu Sinta lembut
"Iya ma" Jawab Ranti dengan pandangan tertunduk.
"Mama harap kalian bisa menjadi keluarga bahagia" Ucap Bu Sinta penuh harap dengan wajah berbinar.
Ranti hanya mengangguk pasrah dengan ucapan seseorang yang dulu selalu dia panggil Tante namun saat ini menjadi ibu mertuanya baginya.
Bu Sinta merupakan sosok ibu yang penyayang dan juga sangat hangat , tidak pernah membedakan status sosial pada siapapun, meski dirinya adalah seorang dari keluarga miliarder yang begitu di segan i.
Awalnya Ranti sedikit merasa cemas, apakah dirinya akan diterima dengan baik atau sebaliknya oleh keluarga Abi, namun melihat sikap baik dari ibu mertuanya Ranti merasa bahagia. Setidaknya meski tidak ada cinta dalam pernikahannya, namun Ranti akan mendapatkan cinta dari keluarga baru.
Beberapa saat perbincangan keduanya, Tampak Abi yang masuk kedalam kamar, karena sebelumya Ranti memang tidak menutup pintunya kembali setelah Bu Sinta masuk, hingga Abi dapat leluasa masuk kedalam kamar.
"Abi " Ucap Bu Sinta dengan senyum wajah cantiknya
"Iya ma" jawab Abi singkat dengan melepaskan dasi dan jas yang sebelumnya menempel pada tubuh bidangnya.
"Abi, Bisa kita bicara sebentar " Ucap Bu Sinta lembut kepada Putra semata wayangnya tersebut.
Abi mengangguk pasrah dengan ajakan sang mama, dan setelahnya duduk di sofa tepat di hadapan mama dan Ranti yang sedari tadi tengah duduk dengan rasa gundah gulana.
"Mama mau Bicara apa sama Abi ?" Ucap Abi datar, setelah mendaratkan tubuhnya di atas sofa.
"Jadi begini Abi, dan tentunya kau Ranti ! , Sebaiknya setelah ini kalian tinggal di rumah saja bersama papa dan mama" ucap Bu Sinta
"Apa ?" sergah Abi, seketika kedua alis Abi bertaut dengan dahi yang mengerut, mendengar penuturan yang di sampaikan oleh sang mama.
"Ma, Tapi tidak bisa begitu, Abi tidak setuju !" ucap Abi lagi
"Abi !, Mama mohon , Mama hanya ingin yang terbaik untuk kalian !" Ucap Bu Sinta
"Tapi Ma !" sergah Abi lagi.
Melihat perdebatan antara ibu dan anak tersebut, Ranti hanya terdiam tanpa tahu ingin mengatakan apa. Baginya memikirkan bagaimana perasaan kakaknya jika tahu dirinya telah menikah dengan suami sang Kaka saja sudah membuat otak Ranti menjadi panas.
"Tidak ada kata Tapi ! , Apa kau ingin kejadian yang menimpa Dewi terulang lagi pada Ranti ! " ucap Bu Sinta kemudian dengan meninggikan suaranya satu oktaf.
Abimana hanya tertunduk lesu dengan ucapan sang mama. Sejujurnya benar ucapan mamanya.
"Tapi Abi bisa menjaga Ranti ma !, tidak harus tinggal di rumah" Sanggah Abi.
"Mama tidak ingin kalian tinggal di apartemen, Titik ! , kau itu sangat sibuk Abi, bagaimana kau bisa menjaga Ranti jika mengantar berbelanja saja kau tidak bisa lakukan" Ucap Bu Sinta bernada sindiran.
Abi tampak terlihat tengah menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan, menyadari setiap perkataan mamanya benar adanya.
Sejenak Abi berfikir bagaiman kejadian naas bisa menimpa Dewi , Hal itu terjadi karena Abi yang sangat sibuk hingga dirinya tidak bisa mengantar Dewi berbelanja untuk kebutuhan kelahiran bayinya.
Hingga Dewi harus sendirian menyetir dengan kondisi perut buncitnya.
***
Bersambung
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bunda Titin
awal2 eps. yg mengharu biru,. bikin aku mewek mba Nabila.........aku jg seorang ibu jd aku mengerti bagaimana perasaan bersalahnya bu Diana pada Ranti,. seakan mengorbankan anak sendiri demi pengobatan anak yg lain.........bener2 dilema.........😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-09-04
1
Una_awa
apa kecelakaan yg menimpa Dewi ada sangkut-pautnya dengan orang-orang yg suka atau tidak suka ma Abi?🤔,,,ahh seru nih 😁
2023-07-27
1
wil wil
oh seperti itu...sibuk ya sibuk juga anak istri ya ingat lah.. harta bisa di cari tapi anak istri ya g setia susah di cari, apalagi jaman sekarang 🙏
2023-07-05
2