Segera Ranti meraih smartphone miliknya dan mengabadikan Suasana ruangan yang terkesan indah dan manis dalam benaknya.
Mengambil beberapa potret gambar dari setiap sudut ruangan , terutama pada tempat tidur yang terdapat ribuan kelopak mawar yang tersemat namanya dan nama Abi disana.
***
Setelah mengabadikan setiap momen, Ranti merasa tubuhnya sudah tidak memiliki tenaga untuk sekedar berdamai dengan situasi yang sangat terasa sulit ini.
Segera Ranti merebahkan tubuhnya pada satu sisi tempat tidur yang tampak terdapat namanya disana.
Beberapa saat Ranti merebahkan tubuhnya yang sungguh sangat terasa lelah, sejenak terdengar dering telepon berbunyi.
Tring Tring
"Mas Bian " Gumam Ranti lirih setelah mengetahui sebuah nama yang mencoba menghubungkan panggilan padanya.
Segera Ranti menggeser sebuah tanda hijau yang tertera pada layar ponsel tersebut.
"Assalamualaikum Mas Bian" Ucap Ranti seketika.
"Waalaikum" Ucap Bian Kemudian
"Ada apa menghubungi malam-malam begini" Ucap Ranti dengan suara datar dan mata terpejam menahan rasa kantuk yang mendera.
"Harusnya aku yang tanya ada apa, kenapa kau cuti lama sekali, aku akan memecat mu jika kau tidak segera kembali" Ucap Bian dengan meninggikan suaranya satu oktaf.
Mendengar ucapan Bos besarnya seketika Ranti terbangun dan membuka matanya lebar.
"Ha.. Halow !! Tuan Bian Atmaja yang terhormat, Aku masih memiliki waktu cuti beberapa hari , dan kau sendiri bukan yang memberikan ijin, Lalu kenapa ini menjadi masalah bagimu !" Ucap Ranti tak kalah tinggi.
Alih-alih merasa takut pada Bian , Ranti justru membalas ucapan sang bos besar dengan nada suara tak kalah tinggi.
Mendengar suara Ranti yang menggerutu, sontak hal itu menjadi sesuatu yang lucu bagi Bian yang berada di ujung telepon.
Seketika terdengar gelak tawa dari Bian dari ujung telepon, terdengar pada pasang telinga Ranti yang terasa begitu memekakkan.
"Mas.. ! Cukup ! Aku sangat lelah, Aku akan tidur sekarang " Ucap Ranti dengan suara ketus.
"Hey tung----" terdengar suara Bian yang menggantung di udara, tatkala Ranti dengan sengaja segera mematikan panggilan telepon miliknya.
Ranti menghempas kasar Smartphone miliknya ke samping tubuhnya yang sudah terkapar lemah tak berdaya.
Bian merupakan sosok laki-laki baik hati yang berumur kurang lebih sama dengan Abi dan kakaknya Dewi.
Bian merupakan teman sekolah semasa SD dari sang kakak Dewi, dimana dulu Bian kerap datang kerumah orang tua Ranti, dan bermain bersama Ranti dan Dewi.
Sejak saat itu lah benih-benih cinta dalam diri Bian mulai tumbuh subur pada sosok yang dia kenal sebagai Asmaranti Sukma Kinasih tersebut.
Hingga saat ini perasaan yang Bian miliki terhadap Ranti semakin dalam mengakar dan tumbuh sangat subur.
Sejujurnya Ranti selalu acuh pada sosok Bian, karena Ranti selalu menganggap Bian sebagai sosok Kakak yang baik dan pelindung bagi Ranti.
Meski demikian Bian tidak pernah berhenti untuk mencintai Ranti dan memupuk rasa cintanya, meski selalu bertepuk sebelah tangan.
Bian selalu memiliki harapan besar jika suatu hari nanti Ranti akan luluh dan mau menerima cintanya, bukan sebagai kakak seperti selama ini, namun sebagai seorang pasangan.
***
Pagi hari terasa begitu sejuk dan menyegarkan bagi Ranti , setelah diguyur dinginnya air dari shower kamar bernuansa presidential suite tersebut.
Ranti keluar dari kamar mandi mengenakan kimono handuknya, dengan sebuah handuk yang melilit bagian kepalanya, yang basah akibat guyuran air.
Sejenak Ranti meneliti smartphone miliknya, terlihat beberapa pesan singkat masuk kedalam handphone miliknya.
Satu nama yang begitu menarik perhatian bagi Ranti untuk segera membuka pesan tersebut.
"Tante Sinta" Gumam Ranti lirih.
💌 Ranti, Mama tunggu kamu dan Abi di restoran ya.
Terlihat sebuah pesan yang mengarahkan pada sebuah perintah, dari sosok ibu mertuanya yang dalam kontak ponsel Ranti masih tersemat nama "Tante Sinta".
Sejenak Ranti berfikir keras bagaimana dia akan mengatakan pada ibu dan ayah mertuanya, jika semalaman Abi tidak kembali ke kamar setelah mengatakan akan pergi ke rumah sakit.
Merasa masa bodoh dengan hal itu, Ranti tampak segera bersiap untuk menyusul mertuanya yang telah menunggunya di restoran, untuk melaksanakan sarapan pagi.
Ranti mengabaikan beberapa pertanyaan yang seketika muncul dalam benaknya , Karena rasa lapar yang sudah tidak lagi dapat tertahan.
Ranti memilih untuk memikirkan jawaban dari beberapa pertanyaan yang telah dia pikirkan nanti setelah perutnya terisi.
Ranti tampak telah siap mengenakan sebuah dress bernuansa bunga berwarna peach, menambah pesona ayu dari kulit putih Ranti yang bersih.
Seluruh baju yang ada di dalam kamar hotel tersebut, merupakan baju-baju yang telah di siapkan oleh sosok ibu mertuanya yang baik hati.
Bahkan saat di jemput untuk ke hotel pun Ranti tidak di ijinkan untuk membawa satu barang pun, karena memang Bu Sinta telah menyiapkan segalanya untuk sang calon menantu.
Ranti tampak meneliti pada setiap inch tubuhnya yang terasa sangat sempurna pagi itu, Make up Tipis natural, rambut hitam panjang yang tergerai lurus hingga ke bagian pinggang dengan balutan dress mahal yang terkesan sopan namun glamor dan sepatu yang memiliki tinggi sekitar 3 cm yang dia kenakan.
"Ah. Cantiknya istri orang" Gumam Ranti lirih dengan mengulas sebuah senyum manis di wajah cantiknya.
Ranti tampak segera meraih ponsel dan kunci kamar, bergegas keluar dari kamar.
Menyusuri lorong lorong yang menampakkan pintu-pintu kamar hotel yang tertutup rapat, menuju lift yang ada disana.
Tampak Ranti memainkan Smartphone miliknya, untuk mengirim sebuah pesan pada sosok yang saat ini telah sah menjadi suaminya.
💌 Karena Mas Abi Belum Pulang, Ranti titipkan Kunci kamar pada resepsionis hotel, Ranti akan keluar sebentar.
Begitu kira-kira pesan yang dikirim Ranti pada Abi sang suami.
Setelahnya Ranti tampak mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sedari tadi telah menunggunya untuk melakukan sarapan.
Terlihat dari kejauhan Bu Sinta yang telah melambaikan tangannya untuk menyambut sang menantu, dan mengatakan dalam bahasa isyarat jika dirinya tengah duduk disana.
"Pagi sayang " Ucap Bu Sinta tatkala Ranti telah berada tepat di hadapannya.
Terlihat seulas senyum manis di bibir Ranti
"Pagi tan eh Ma" Ucap Ranti dengan mengatupkan kedua bibirnya, tatkala hampir saja dirinya salah menyebut sosok wanita di hadapannya dengan kata Tante.
"Tidak masala, duduk sini" Ajak Bu Sinta dengan ramah pada Ranti.
Ketiganya tampak saling melemparkan senyum sumringah.
Sebelumnya Bu Sinta telah menyiapkan beberapa menu di meja tersebut, yang mungkin saja Ranti akan menyukainya.
"Bagaimana tidurmu Ranti" ucap Pak Prabowo sang ayah mertua, yang seketika membuat Ranti merasa kaget dan tersedak oleh makanan yang tengah dia kunyah sebelumnya.
"Oh.. Nyaman Pa" Ucap Ranti tampak sungkan dengan bahu yang telah meremang.
Meski merasa sangat canggung, Ranti berusaha tetap tenang dan abai dengan suasana hatinya.
"Ohya mana Abi, kenapa kalian tidak datang bersama" Ucap Bu Sinta kemudian.
Kembali Ranti merasa kaget dengan pertanyaan ibu mertuanya tersebut.
"Mati lah aku !" Batin Ranti dalam hati
"Em.. mas Abi masih tidur ma, haha" Ucap Ranti berkilah dengan tawa garing yang menghiasi bibirnya.
"Oh... Mungkin Abi kelelahan ma" Sergah Pak Prabowo dengan mulut yang masih sibuk dengan makan yang tengah dia kunyah.
Seketika penuturan dari sang mertua membuat Ranti kembali mengulas sebuah senyum getir.
***
Bersambung
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bunda Titin
ga tau aj anakmu pergi meninggalkan Ranti di malam pengantin..........sabar.......sabar.........bener2 hrs sabar ini mah mau gimana lg..........🤷🏼♀️🤷🏼♀️🙄
2023-09-04
0
Una_awa
iya Abi masih tidur di rumahsakit
2023-07-27
1
zenara
hmmm si abi awas lo nyesel ada CEO cakep lainnya yang udah cinta ma istri mu
2022-11-01
2