Five

Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, dan ARMI baru saja selesai dengan pestanya. Ruang tengah markas yang hancur, TV yang masih menyala, dan lampu yang telah redup menyudahi pesta malam ini.

Beberapa anggota telah tertidur, ada yang tidur di kamar, di sofa, di lantai, dan ada juga yang kepanasan hingga tidur di bangku panjang pinggir kolam renang.

Namun di sana, Sheilla masih terjaga menatap indahnya rembulan di halaman markas yang luas.

Gadis itu termenung, entah memikirkan apa. Ponsel yang terletak di samping nya beberapa kali menyala memperlihatkan puluhan notif panggilan tak terjawab dari kontak yang ia beri nama 'Nathaniel'.

"Udah malem, gak tidur?" Mahen tiba-tiba datang dan mengambil duduk di samping Sheilla.

Sheilla hanya menggeleng tanpa menjawab. Sedetik kemudian, gadis itu berdiri dan menyambar jaket yang tergeletak tepat di samping ponselnya. "Aku balik duluan."

"Udah malem, gak mau nginep aja?"

Gelengan kecil Sheilla berikan sebagai jawaban, kemudian ia menunjukkan layar ponsel nya. "Udah di telfonin dari tadi."

"Ya udah, gue kawal dari belakang. Sekalian gue juga mau pulang." Mahen ikut berdiri.

Sheilla hanya mengangguk sebagai jawaban, terlalu malas juga jika ia berdebat dengan Mahen hanya karena ini.

"Ya udah, tunggu sini bentar, gue ambil jaket dulu." Mahen segera berlari masuk untuk mengambil jaket dan kunci motor nya.

Sheilla terkadang merasa sangat bersyukur jika dirinya selalu di khawatirkan oleh saudara-sudaranya, baik saudara kandung ataupun saudara ARMI. Karena itu berarti mereka menyayangi dirinya dan tidak ingin ia kenapa-napa.

Namun di lain sisi, Sheilla juga merasa sedikit tak nyaman. Mereka seolah menganggap dirinya tak bisa melakukan apapun sendiri dan merasa jika Sheilla harus selalu di lindungi.

Mungkin hanya RM dan si panglima perang ARMI lah yang selalu memperlakukan Sheilla seperti anggota lain, seperti membiarkan ia menghadapi musuh sendiri, melatih beladiri dan cara memakai senjata, juga pulang sendiri ketika tengah malah.

Bukannya tak peduli, mereka hanya yakin jika Sheilla adalah gadis pemberani yang bisa melakukan semuanya sendiri. Sheilla tidak seperti gadis biasanya yang hanya bisa menangis dan berteriak ketika di hadapkan oleh seorang penjahat. Sheilla adalah gadis yang akan langsung menodongkan pistol jika berhadapan dengan penjahat.

Ini sudah sangat malam, namun lampu ruang tengah kediaman Abraham masih menyala.

Sheilla yakin, ia akan mendapatkan amukan dari sang ayah lagi malam ini.

Menghela nafas, gadis itu menguatkan mentalnya untuk masuk ke dalam rumah besar itu.

Langkah nya terlihat tegas tanpa ragu, walau hatinya sudah berdetak tak karuan.

"Sudah pulang?" Sheilla menghela nafas lega ketika yang terdengar adalah suara kakak laki-laki nya dan bukan ayahnya.

"Dari mana saja? kenapa telfonnya tidak di angkat?" Suara datar kembali terdengar bersamaan dengan Nathan yang menatap Sheilla tajam.

Sheilla hanya tersenyum, memamerkan deretan gigi putih nan rapihnya, "Hapis pesta makan tadi, sorry.

Nathan menggeleng kan kepala, tidak heran lagi dengan adiknya satu ini. " Kalau gitu kenapa gak nginep saja aja? udah malem, masa cewek pulang sendiri?"

"Enggak pulang sendiri kok, tadi di anterin temen."

"Ya udah, sana tidur, besok sekolah. Mommy sama daddy pergi ke Singapura, ada urusan bisnis katanya."

Oh, pantas saja malam ini Sheilla tidak mendapatkan bentak kan seperti biasanya ketika ia pulang malam, ternyata orang tuanya sedang tidak berada di rumah, ya.

Sheilla berangkat sekolah menaiki bus umum, dan kalian tahu? ia lagi-lagi bertemu dengan laki-laki kemarin.

Ya, dia adalah Adnan Samudra. Laki-laki berkulit putih abnormal yang kemarin menyelematkan Sheilla dari om-om genit dengan perut buncit.

"Hay, kita ketemu lagi." Sapanya dengan senyuman manis, seperti madu.

Sheilla balas tersenyum, "Iya."

Hanya itu saja interaksi yang terjadi di antara keduanya, karena entah mengapa suasana di sana terasa sedikit canggung.

Beberapa saat menunggu, akhirnya bus yang membawa Sheilla dan Adnan pun sampai di halte dekat SMA Raharja.

Sheilla turun dengan cepat dari bus setelah membayar, ia harus segera ke kelas untuk mengerjakan tugas, karena demi apapun, pesta semalam membuatnya lupa akan segalanya.

Adnan yang melihat Sheilla berjalan dengan terburu-buru pun mengikuti gadis itu.

"Hey, kenapa terburu-buru sekali?" Di tahannya tangan Sheilla yang ingin segera pergi.

Sheilla menatap Adnan tajam, walau hanya sekilas, namun Adnan dapat merasakan betapa menusuk tatapan gadis berkacamata itu.

"Ada apa?" Tanya si gadis.

"Em, tidak ada, mungkin lain kali saja." Dan setelah itu malah Adnan yang pergi meninggalkan Sheilla, membuat gadis itu menatap bingung punggung lebar Adnan yang mulai menjauh.

Tak peduli dengan tingkah aneh laki-laki barusan, Sheilla kembali melanjutkan langkah nya sebelum sebuah suara mengintrupsi.

"HEY, SHEILLA!"

Tak lama setelahnya Sheilla merasakan sebuah tangan kurus bertengger di bahunya.

Gadis berkacamata mata itu memutar bola mata malas, lalu menyingkirkan tangan kurus itu dari bahunya, berniat pergi dari sana.

"Eh, tunggu." Gadis lain menahan nya, ia adalah Love.

Membenarkan kaca matanya, Sheilla menatap langsung ke mata Love. "Ada aoa?"

"A.. a_anu itu." Entah kenapa Love gugup sendiri ditatap seperti itu oleh Sheilla.

Nana mendorong bahu sahabatnya pelan, "Woy! ngapain lo jadi gagap sih nyet!"

Love menggeleng, bisa habis di bully sama Nana dia, kalau sampai ketahuan takut sama tatapan nya Sheilla yang notabene murid cupu.

"Ada apa? aku buru-buru."

"Mau jadi temen kita gak?" Tawar Nana langsung tanpa basa-basi.

Dan tanpa basa-basi pula, Sheilla langsung menjawab, "Tidak."

Memiliki teman perempuan? Sheilla sama sekali tak tertarik. Perempuan itu munafik, mereka akan terlihat baik di depan, tapi di belakang medsos suka membicarakan kejelekan kita di depan orang lain, Sheilla muak.

Lagipula sejauh ini ia tak pernah dekat dengan teman perempuan selain adiknya; Alena. Itu juga kelaminnya doang cewek, kelakuan sama gaya mah cowok tulen!

"Yah, masa kamu gak mau sih temenan sama kita?" Nada kecewa dari Ara pun terdengar.

Sheilla tidak menjawab dan langsung berjalan melewati mereka, namun ke-tiga gadis itu tetap tak menyerah dan terus saja mengikuti Sheilla dan meminta nya untuk menjadi teman mereka.

"Ayolah, kita ini murid baik-baik kok. Kita gak bakal manfaatin atau ganggu lo, suer deh." Bujuk Nana, namun sayangnya Sheilla masih teguh dengan pendirian nya.

"Gak, makasih."

"Shei!! GUE BAKAL TRAKTIR SELURUH SEKOLAH KALAU LO MAU JADI TEMEN KITA."

Si*l sekali pagi-pagi begini Sheilla harus melihat wajah sok dingin Ryan yang terlihat menyebalkan, apalagi melihat bangkunya yang sudah ramai di kerubuni para gadis yang membawakan Ryan hadiah, padahal laki-laki itu tidak sedang ulang tahun.

Mereka terlihat seperti sekumpulan lalat yang mengerubuni kotoran, sungguh menjijikkan.

"Permisi, bisa minggir sebentar gak?" Ucap Sheilla sopan, tetapi malah mendapatkan tatapan sinis dari para lal_gadis itu.

"Heh nerd!! punya hak apa lo buat ngusir kita hah?!" Bentak salah seorang gadis.

Dalam hati, Sheilla sudah menggerutu kesal, tentu saja ia memiliki hak untuk mengusir mereka karena bagaimana pun bangku ini juga bangkunya, bukan hanya bangku milik Ryan saja.

"Tentu saja dia punya hak, karena ini juga bangkunya, bukan hanya bangku milikku." Ucapan dingin Ryan membuat berbagai protesan keluar dari mulut para gadis itu. "Tapikan..."

Ryan langsung menatap tajam mereka semua., "Bawa kembali hadiah tak berguna kalian, dan pergilah, aku tidak membutuhkan semua sampah ini." Ngejlep? pasti. Tapi inilah yang membuat Ryan istimewa, laki-laki itu memiliki berjuta kata-kata pedas yang mampu menusuk hati siapa saja yang mendapatkan nya.

Setelah para gadis menyebalkan itu bubar, Sheila langsung duduk di bangkunya, membuka buku pelajaran dan mengerjakan tugasnya.

"Belum ngerjain tugas?" Tak ada sahutan.

"Mau contekan gak?" Lagi-lagi tidak ada jawaban dari gadis di samping nya, membuat Ryan menghela nafas.

Di ambilnya tas sekolah yang ia masukan ke dalam sorok meja, mengambil sebuah buku dan memberikan nya pada Sheilla. "Contek aja kalau mau." Setelahnya ia membawa tas hitam nya itu untuk menjadi bantal sedangkan dirinya memejamkan mata untuk tidur.

Sheilla melirik sekilas buku yang Ryan berikan, setelahnya ia langsung mengembalikan buku itu "Gak usah, makasih."

Ia melanjutkan kegiatan nya dengan tugas matematika yang sedang ia kerjakan, tidak terlalu sulit hanya beberapa soal ulangan biasa yang soalnya suka di bolak balik.

Sheilla selesai mengerjakan tugasnya tepat saat Bu Zahra memasuki kelas 12A. "Selamat pagi anak-anak, bagaimana kabar kalian pagi ini?" Sapa guru berjilbab itu dengan senyuman yang sangat menyenangkan, jarang sekali ada guru matematika yang berperawakan seperti Bu Zahra.

"Baiklah, kumpulkan perkerjaan rumah yang saya berikan kemarin, lalu bagi perderet ya, kita cocokan bersama."

Anak 12A tak banyak membantah dan langsung melakukan apa yang guru matematika sekaligus wali kelasnya perintahkan.

Ryan sejak tadi selalu memperhatikan Sheilla sambil beberapa kali melihat Bu Zahra yang menerangkan di depan sana.

Ryan cukup puas dengan nilainya, walau itu nyaris saja jika ia lebih teliti di soal nomor 3, tapi not bad lah. Tapi ada satu hal yang membuat Ryan terkejut; nilai Sheilla.

Gadis itu mendapatkan nilai sempurna, dan ia mengerjakan tugasnya seorang diri, menerima contekan dari Ryan pun ia tidak mau. Sepertinya Ryan memiliki saingan baru dalam academy mulai sekarang.

Sheilla itu murid pindahan, tapi gadis itu dapat mengejar ketertinggalan nya dengan baik, bahkan jauh dari baik. Dia sempurna.

Gadis itu sangat pintar, percaya diri, dan Ryan bisa melihat pancaran keberanian dari kedua bola mata biru berkilau itu.

Mungkin jika di lihat sekilas, Sheilla ini seperti gadis berkacamata pada umumnya yang penakut, pintar, dan mudah di tindas. Tapi Ryan rasa, gadis ini berbeda, entah apa yang membuatnya berbeda, mungkin karena aura yang gadis itu miliki.

"Jangan terus menatap ku seperti itu, nanti jatuh cinta."

Ryan berdecih kemudian memalingkan muka. Ryan? suka sama Sheilla?

"Gak mungkin."

Terpopuler

Comments

Riska Fatihica

Riska Fatihica

pasti lah.......🤭🤭🤭

2022-11-07

0

✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ

✯Fᴀᴋᴇ 𝐅✯ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Mungkin aja

2022-11-06

0

Mrinpur

Mrinpur

gx ad yg gx mungkin ryan lw kamu tiap hari natap sheilla sdah bsa d pastikan kmu bakal jatuh cinta pda sheilla krn pesona sheilla beda dengan cupu yg biasa ny,,,sheilla istimewa,,,🤭🤭🤭

2022-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!