"Shhh..." Gadis cantik itu sedikit meringis ketika tangan lentiknya mulai mengompres pipi chubby nya sedikit lecet karena ulang gadis gila di kantin tadi.
Sheilla sudah mengganti seragam kotor nya dengan seragam yang Yudha bawakan tadi, mungkin nanti ia akan mengembalikan uang yang Yudha keluarkan untuk membeli seragam itu di koprasi nanti.
Nakal-nakal gitu, Sheilla juga masih tahu apa itu balas budi. Jangan pikir jika Sheilla ini hanya gadis nakal pembuat onar yang tidak memiliki attitude, karena itu salah besar.
"Permisi." Suara seorang gadis yang baru saja memasuki ruang UKS membuat Sheilla menoleh.
"Ya, ada apa?" Tanya gadis berkacamata itu dengan satu alis yang terangkat.
Gadis itu tersenyum, "Maaf, teman ku sedang pusing, bisa pinjam ranjang nya?" Gadis cantik itu bertanya dengan sopan.
"Oh, tentu saja." Sheilla segera berdiri, mempersilakan gadis itu membawa temannya duduk di atas ranjang, di bantu oleh temannya yang satu.
Sheilla mendudukkan diri di kursi samping ranjang, melanjutkan kegiatan mengompres pipinya.
"Hey, ada apa dengan wajah mu?" Gadis tadi mendekati Sheilla, membiarkan temannya untuk mengurus temannya yang sedang pusing.
"Hanya kena cakar kucing gila, tidak masalah." Jawaban Sheilla membuat gadis di hadapannya bingung.
Sadar dengan wajah bingung gadis itu, Sheilla pun menimpali, "Lupakan saja."
"Woy, Ra ini Love udah mau pingsan woy!! ambilin minum cepet!" Ucap salah satu teman gadis itu dengan suara lantang.
"Oh ya, sebentar." Gadis itu segera pergi untuk mengambil minum di dispenser yang terletak di pojok.
"Aduh Love, jangan mutah dong, nanti gue ikutan mual anjirr!" Gerutu teman gadis itu.
Gadis tadi kembali dengan segelas air, "Ini Love, minum dulu."
Gadis yang kita ketahui bernama 'Love' itu mengambil gelas di tangan sang teman dan langsung meminum air nya hingga habis. "Thanks, Ra."
"You are welcome, Love."
Gadis bernama Love itu mulai mengatur nafas nya yang sedikit tersendat, sedangkan kedua temannya sedang sibuk membersihkan bekas muntahan Love.
Sheilla hanya memperhatikan mereka dengan malas, tangannya tak henti-henti nya mengompres pipinya dengan kantung es batu.
Merasa cukup dengan kantung es nya, Sheilla pun berdiri membawa kantung es batu itu untuk ia buang. Namun suara seorang gadis menghentikan langkahnya, "Hey, mau kemana kau? kita bahkan belum berkenalan."
Gadis dengan rambut kuncir dua itu berdiri di hadapan Sheilla dan mengulurkan tangan, "Kenalin, Cetteryna Caramel panggil aja Nana."
"Sheilla." Jawab si gadis berkacamata tanpa minat, juga tak menyambut uluran tangan Nana.
Merasa uluran tangannya tak mendapat sambutan, gadis itu pun menurunkan tangannya. "Oh, senang bertemu dengan mu."
Deheman kecil Sheilla berikan sebagai jawaban.
"Kalau aku Alicia Ayara, biasanya di panggil Ara," Ucap gadis yang tadi bertanya pada Sheilla.
Sheilla hanya mengangguk mengiyakan, lalu gadis selanjutnya ikut memperkenalkan diri. "Lovely Alexander, panggil Love aja."
"Hem, sekarang aku bisa pergi?" Nada dingin itu lagi.
"Tunggu dulu, ayo kita ngobrol dulu, siapa tahu kita bisa jadi teman," Tawar Nana.
"Gak minat." Sheilla melenggang pergi begitu saja, membuat Nana kecewa karena tawaran nya tak di hiraukan. "Yah, di tolak."
Ara mengusap punggung sahabatnya itu, "Yang sabar aja."
"Cewek tadi kayaknya susah deh buat di deketin," Komentar Love dengan mengurut dagunya sok berfikir.
"Nah itu, karena dia susah di deketin, jadi tantangan kita buat temenan sama dia," Ucap Nana bersemangat.
Love dan Ara mengangguk, mereka juga cukup tertarik untuk menjadikan anak berkacamata yang si*lnya dingin itu buat jadi temen mereka. Yah, setidaknya mereka bakal nambah temen yang waras satu kan? soalnya mereka itu gila semua, kecuali Ara si super kalem.
•
•
•
"Woy, ngelamun mulu!. Itu latihan udah mau mulai ***." Ander menyambar leher Ryan, membuat sang empu mendelik tajam.
Dengan kasar laki-laki itu menyingkirkan tangan Ander dari lehernya, lalu pergi menuju tengah lapangan dengan langkah santai.
Ander hanya dapat berdecak sambil geleng-geleng kepala, kemudian menyusul Ryan untuk berkumpul dengan anggota tim basket yang lain.
Seperti biasa, latihan pertandingan tim basket SMA Raharja tidak pernah sepi. Selalu saja ada suara sorak-sorak penonton yang menyoraki Ryan dan kawan-kawan.
Ada yang menyorakan kata-kata semangat, ada pula yang malah melontarkan ungkapan cinta dan itu semua didominasi oleh anak perempuan.
"Wih, itu bukannya bidadari di UKS tadi ya?" Ucap Yudha yang berdiri tepat di belakang Ryan, otomatis membuat kapten tim basket itu menoleh.
Dan benar saja, disana di salah satu bangku penonton ada seorang gadis cantik berkacamata yang terlihat baru saja datang. Tapi bukannya menonton pertandingan, gadis itu malah bermain ponsel.
"Cih." Memalingkan muka, Ryan kembali fokus pada permainan.
Ryan merebut bola dari lawan dengan mudah, lalu mulai mendrible bola dan melempar nya masuk ke dalam ring. Ryan melakukan lemparan jauh, dan lemparan nya sempurna membobol ring lawan.
Permainan di dominasi oleh Ryan, laki-laki itu hari ini terlihat lebih bersemangat dari biasanya, membuat tim lawan kewalahan.
"Perasaan gue doang, atau Ryan emang keliatan ambis banget tadi pas main?" Tanya Ander dengan nafas tak beraturan, jujur saja ia merasa kualahan menghadapi Ryan sebagai ketua tim lawan.
"Bukan cuma perasaan lo Der, gue juga ngerasain." Balas Yudha.
"Gila bener tuh anak, tim gue kalah telak cuy, 1-20." Ander rasanya gak terima, tapi mau gimana lagi, orang Ryan emang jauh lebih jago dari pada dia.
"Kalian sadar gak, dari tadi Ryan merhatiin cewek itu terus," Tunjuk Dion pada seorang gadis berkacamata yang baru saja berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu, Ander dan Yudha otomatis langsung menoleh dong.
Mereka terpaku menatap kecantikan Sheilla yang masih kental terasa walau dengan jarak yang jauh, mereka sampai tidak menyadari ada singa yang menatap tajam mereka.
"Liat apa kalian?" Suara dingin itu membuat keduanya terjangkit kaget.
"E_enggak." Mereka menggeleng kaku, sedangkan Ryan masih dengan tatapan tajamnya membuat mereka menelan ludah masing-masing.
^^^"Berasa ketangkap basah habis nyulik istri orang njir."^^^
•
•
•
Sheilla menatap datar layar ponsel nya, dasar si*lan, baru juga sehari Sheilla pindah, udah ada aja musuhnya yang tahu keberadaan nya.
"Jangan sampai mereka datang kesini, aku gak mau pindah sekolah untuk yang 15 kalinya, itu menyusahkan."
Gadis itu mulai mencari kontak seseorang, tanpa pikir panjang ia langsung menekan sambungan telfon ke kontak tersebut.
"Aku gak mau tau ya, pokoknya kalian harus halangin mereka. Jangan sampai mereka berbuat onar di sekolahan baruku!"
Sheilla menghela nafas setelah panggilan itu terputus, menyimpan ponselnya kembali, ia di kejutkan oleh sebuah wajah tampan Ryan ketika ia berbalik.
"Apakah kamu tidak memiliki urusan?" Sinis Sheilla setelah tersadar dari ke terkejut nya.
Ryan hanya diam memperhatikan wajah Sheilla, tangan kekarnya perlahan-lahan terangkat menyentuh pipi gadis itu.
"A_apa yang kau lakukan?" Ingin sekali Sheilla menepis tangan kekar itu, tapi entah kenapa tatapan intens Ryan malah membuat tubuhnya membeku.
"Apakah masih sakit?" Mata berwarna hijau zamrud itu menatap tepat ke mata biru Sheilla.
Gadis itu menggeleng kaku, kemudian setelahnya ia tersadar dengan apa yang terjadi.
"Bukan urusanmu." Ia memundurkan langkah, kemudian berjalan ke samping melewati Ryan. Namun sayang sekali, tangan kekar itu sigap menangkap tangan indah Sheilla, menahan langka gadis itu.
"Tidak adakah terimakasih yang aku dapatkan?" Suara berat yang entah kenapa menyebalkan di telinga Sheilla itu membuat ia memutar bola mata malas.
Gadis itu berbalik sehingga ia kembali berhadapan dengan Ryan dengan posisi yang berbanding terbalik. "Aku tidak meminta bantuanmu."
Ryan tertawa sinis, merasa tak percaya dengan jawaban gadis berkacamata itu. "Aku sudah membantumu, setidaknya berterimakasihlah. Jika tak ada aku, mungkin sekarang keadaan mu sudah jauh lebih buruk."
Cih, jika tak ada Ryan di sana pun Sheilla tetap bisa mengatasinya. Jika gadis-gadis gila itu sudah mulai bertindak keterlaluan, maka Sheilla akan membalas mereka saat itu juga. Persetan dengan perjanjian nya dengan sang kakak.
Tak mau memperpanjang masalah, akhirnya Sheilla mengalah, "Baiklah, terimakasih. Apakah kau puas?"
"Itu tidak tulus,seharusnya kau menambahkan senyuman manis. " Sheilla mengeraskan tahang mendengarnya.
Menghela nafas, Sheilla kembali mengucapkan terimakasih, namun kali ini dengan sebuah senyuman yang terkesan dipaksakan.
"Sudah bukan?" Kembali di pasangnya wajah datar.
Tersenyum kecil, Ryan pun mengangguk, "Yah, jauh lebih baik. Tapi sepertinya kau butuh memperbaiki senyuman mu."
"Terserah." Sheilla pergi meninggalkan Ryan dengan perasaan jengkel luar dalam.
Ryan hanya mengangkat bahu acuh, kemudian pergi ke kamar mandi untuk berganti seragam.
•
•
•
Sheilla berjalan dengan perasaan kesal, tak henti-henti nya ia mengumpati laki-laki menyebalkan yang si*lnya adalah ketua tim basket SMA Raharja.
Ketika Sheilla masih sibuk dengan kegiatan nya, tiba-tiba sebuah kaki menghalangi jalannya, membuat ia mengangkat kepala untuk melihat siapa orang itu.
"Hay, cupu kita ketemu lagi nih." S*al, itu adalah gadis gila yang hampir menampar Sheilla di kantin tadi. Apalagi yang ingin gadis itu lakukan sekarang?
Membenarkan letak kacamata nya, Sheilla mulai berakting kembali menjadi gadis cupu yang penakut. "Y_ya? a_ada apa ya?" Tanyanya dengan tubuh sedikit bergetar.
"Hey, kenapa kau terlihat sangat takut hmm?" Ucap Amanda dengan nada suara sok sedihnya.
Gadis itu mencengkram pipi Sheilla, tapi tidak terlalu kuat. "Aku hanya ingin berteman dengan mu, kenapa kau terlihat takut?" Nada suara khas anak pembully.
Sheilla mengepalkan tangan, jika ia tidak ingin bahwa dirinya sedang mencoba menjadi murid baik, mungkin tangannya sudah beraksi sejak tadi.
Puk... Puk... Puk...
Pukulan pelan di pipi gadis itu berikan pada Sheilla, matanya menatap Sheilla tajam seolah memberikan nya serangan tanpa sentuhan. "Jauhi Ryan, dan hidup mu akan aman."
Sheilla merintih ketika cengkraman Amanda di pipi nya semakin kuat, jauh lebih kuat dari yang terakhir kali.
"Woy, apa-apaan nih?!" Datang tiga orang gadis cantik bak penyelamat. Mereka adalah Love, Nana, dan Ara, gadis yang di kenal sangat membenci Amanda dan kawan-kawan karena mereka suka membully murid-murid SMA Raharja.
Amanda berdecih, menatap sinis ketiga gadis itu, "Pahlawan kesiangan kembali datang."
Nana berteriak tak terima atas ucapan Amanda, "Apaan lo?! mau adu mekanik hah?!" Gadis itu sudah siap menerjang Amanda jika Ara tidak segera menahan sahabatnya itu.
"Udah Na, sabar." Ara mengusap dada Nana, meminta temannya yang mudah emosi itu untuk bersabar sedikit.
"Mau sabar gimana lagi sih Ra?! orang kayaknya gini tuh udah seharusnya di jadiin perkedel!"
Amanda menatap angkuh pada Nana, membuat emosi gadis itu semakin memuncak. Sedangkan Love berjalan mendekati Sheilla yang sudah terlepas dari cengkraman Amanda.
"Are you okey?" Hanya anggukan kecil yang Love dapatkan sebagai jawaban.
Love balas mengangguk, ia pun mulai melangkah dan berdiri tegak di hadapan Amanda. "Berhenti membully, atau aku akan berbicara kepada mommy untuk mengeluarkan mu."
"Dih, cepu banget lo mentang-mentang anak kepala sekolah." Sahut salah satu teman Amanda.
Love mengangkat bahu acuh, "Pergi."
Amanda menyempatkan diri untuk memberikan Sheilla peringatan untuk yang kesekian kalinya sebelum benar-benar pergi dari sana. Ia tak mau jika harus di keluarkan hanya karena cewek cupu kayak gitu.
"Huh, dasar." Nana menatap kesal kepergian Amanda dan teman-temannya. "Udah Na." Ara kembali menenangkan.
"Kamu gapapa?" Tanya Ara pada Sheilla.
"Hem, thanks." Tak ada lagi yang Sheilla lakukan selain pergi setelah mengucapkan terimakasih.
"What?! cuma gitu doang?!" Mulut Nana menganga tak percaya. Cuma thanks? setelah dia dan teman-temannya menyelamatkan Sheilla? Gila, dasar kulkas berkacamata!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
El Nino
hola thor.. karakternya bagus 👍
2022-11-04
0
Mrinpur
cupu gadungan,,,🤣🤣🤣 mana ad cupu bersikap dingin,,,🤣🤣🤣
2022-11-01
0
Riska Fatihica
kulkas berkacamata nya kapan cair nya Thor 🤔🤔
2022-11-01
0