Arya keluar darai lift dan berjalan menuju ruangannya. Matanya mencari-cari keberada Kemala. Apakah hari ini ia masuk kerja atau masih tidak berdaya di buatnya. Arya terus berjalan menuju ruangannya, saat membuka pintu ruangannya, rupanya Kemala ada di dalam sedang membersihkan mejanya.
Kemala terkejut saat mendengar pintu ruangan terbuka dan menoleh ke sumber suara. Kemala sontak berdiri tegak sedikit membungkuk dan mengucapkan salam.
“Selamat pagi, tuan Arya. Maaf mejanya belum selesai di bersihkan.”
Arya sedikit salah tingkah dan sedikit terbatuk untuk menetralkan sikapnya.“ Tidak apa-apa, lanjutkan.” Arya duduk dan melirik Kemala tersenyum padanya lalu Kemala melanjutkan pekerjaannya membersikan meja lainnya.
Arya mencuri pandang Kemala dan melihat dari atas sampai bawah. Mengingat permainan tadi malam. Arya melihat Tengkuk Kemala di balik rambutnya yang ia ikat ekor kuda.
“Tuan, Maaf. Saya permisi.”
Arya langsung membuang pandangannya ke arah leptop.“Ah! Iya. Terima kasih. Oh iya tolong buatkan saya kopi.” Arya sekilas melihat Kemala.
Tampak Kemala matanya begitu sebab, Arya tahu Kemala pasti ada rasa penyesalan dalam hatinya. Tapi, tidak Arya ambil pusing. Sebab sudah ada kesepakatan bersama.
Kemala berjalan keluar, Tampak ia berjalan juga sedikit aneh. Arya hanya bisa tersenyum melihat Kemala.
Kemala menuju pantry untuk membuat kopi sang bos. Ia membuat seperti biasa walau sebenarnya pikiran melayang memikirkan nasibnya ke depan. Andai saja sang Ibu tidak dianiaya Ayahnya sampai koma, mungkin ia masih bekerja di swalayan menjadi menegar disana. Tetapi, di karenakan ia juga dianiaya Ayahnya dan sempat masuk rumah sakit, akhirnya ia di keluarkan karena tidak masuk bekerja hampir satu bulan.
Setelah keluar dari rumah sakit, mau tidak mau ia harus bekerja apa saja termasuk menjadi penyanyi di club dan melamar di perusahaan Sanjaya group, dan yang ada lowongan menjadi Office girl. Mau tidak mau ia menerimanya.
Setelah selesai ia membawa kopi tersebut ke ruangan Arya. Kemala membuka pintu ruangan Arya dengan satu tangan.
“Permisi tuan,” Kemala masuk lalu berjalan ke meja Kerja Arya.
“Letakan saja di meja,” balas Arya sambil menandatangani beberapa berkas penting.
Kemala meletakkan secangkir kopi di atas meja. Arya sekilas melihatnya.“ Kau baik-baik saja. Kenapa matamu sembab. Apa kau kurang tidur?” tanya Arya pura-pura tidak tahu apapun.
“Maaf, tuan. Iya sedikit kurang tidur. Saya dari rumah sakit. Ibu saya koma dan saya harus menjaganya.”
“Ouh! Jaga kesehatanmu.”
Kemala mengangguk.“ Permisi tuan!”
“Hem!”
Kemala pun keluar dari ruangan Arya dan melanjutkan pekerjaannya. Arya mengusap wajahnya dengan kasar, kini ia tahu alasannya kenapa ia nekat mau melayaninya demi uang.
“Jadi ia melakukannya demi Ibunya,” batin Arya.
“Arya!” panggil seseorang tiba-tiba masuk kedalam ruangannya.
“Apa?” jawab Arya datar melihat Kalina.
“Papamu belum datang? Ini ada berkas titipan dari papamu. Bahan metting nanti.” Kalina meletakkan map di meja kerja Arya
“Tadi di rumah sama Mama.”
“Ouh!”
“Kau cemburu?”
“Cemburu itu wajar tapi aku tau posisiku, hanya yang kedua. Aku hanya berfikir realistis saja. Oh iya, nanti meeting jam 10. Semua ketua devisi satu sampai lima juga ikut meeting. Ada pesan juga dari tuan putra, kamu di suruh mempersentasekan proyek kemarin.”
“Hm. Kenapa semua harus aku. Yang pegang proyek kemarin kan gak cuma aku. Ada Bima!”
“Karena hanya kamu yang berkompeten meyakinkan investor kita. Tapi sayang, kamu tidak bisa menaklukkan hati wanita seperti Papamu!” Kalina tertawa lalu ia keluar dari ruangan Arya. Arya hanya bisa memasang wajah kesal melihat Kalina keluar dari ruangannya dan ia pun hanya pasrah jika Mama tirinya itu terus meledeknya.
Tidak terasa waktu terus berjalan, metting pun selesai dan jam istirahat pun tiba. Semua karyawan istirahat dengan rekan-rekan yang lain begitu juga Arya yang istirahat bersama Bima dan Putra sedangkan Kemala yang karyawan dan mempunyai jabatan paling rendah, ia hanya makan di pantry sendirian setelah membeli makanan. Ia tidak ikut bersama rekannya yang memilih makan di luar kantor.
Ia makan sambil menangis, mengingat semua kejadian dalam hidupnya. Mulai dari ayahnya yang sering memukul Ibu dan dirinya hanya karena hal sepele. Sepertinya meminta uang dan masakan yang tidak enak. sang Ayah kerap kali meminta uang pada Ibu dan dirinya untuk judi dan mabok-mabokan dan di tambah ia sudah menyerahkan kehormatannya pada orang yang tidak ia kenal, walau ada harga tetapi ia sudah merasa sudah sangat kotor hanya demi sang Ibu tetap hidup. Apa pun akan ia lakukan. penyesalan tinggalah penyesalan dan waktu tidak dapat berputar kembali. Kini ia hanya bisa meratapi nasibnya. Jika suatu saat ada yang ingin menikah dengannya. Apakah ada pria yang menerima dirinya yang sudah tidak lagi suci? Ia hanya bisa berpasrah
“Mala, sendirian saja!” sapa rekan kerjanya. Seketika Mala menghapus air matanya. Indah duduk di kursi di samping Kemala.
“Eh, Mbak Indah. Iya Mbak. yang lain pada makan di luar.”
“Kamu, Nangis?”
“Gak kok! Ini makanannya terlalu pedas, tapu enak.”
Indah tidak sengaja melihat pergelangan tangan Kemala yang memar.“ Tangan kamu kenapa, kok memar?”
Kemala menarik lengan kemeja panjangnya lalu tersenyum.” Ini kepentok pegangan pintu di rumah. kepleset.”
“Oh ... aku pikir di pukul orang.” keduanya pun tertawa kecil.
“Ya sudah aku shalat dulu. kamu sudah?”
"Sudah, Mbak tadi sebelum makan.”
“Aku tinggal dulu ya.”
“Iya!”
Indah pun meninggalkan Kemala sedangkan Kemala melanjutkan makannya. Tiba-tiba ada rekannya yang lain menghampirinya.
“Mala ada yang mencarimu di lobby!”
"Siapa?”
“Kata satpam Ayah kamu!”
“Ayah?” Kemala bergegas keluar dan berlari ke lift menuju lantai bawah.
Sesampainya di bawah Mala melihat sang Ayah berdiri didepan bersama satpam. Kemala bergegas menghampiri.
“Ayah! Ayah ngapain kesini?” tanyanya pelan sambil melihat sekeliling yang sudah banyak karyawan lain sudah selesai istirahat.
“Mana uang hasil nyanyi kamu?” tanya sang Ayah yang tidak tahu tempat. Kemala langsung menarik Ayahnya sedikit menjauh di dekat parkiran.
“Belum ada, Yah! Dua hari lalu Mala sudah kasih sama Ayah!”
“Bohong! Uang kamu pasti banyak. Kalau tidak, mana mungkin Biaya rumah sakit Ibu kamu lunas untuk beberapa bulan kedepan!”
“Mala memang tidak ada uang, Yah!”
“Jangan bohong kamu!” Sang Ayah merogoh paksa kantong kemeja Kemala dan mendapatkan sejumlah uang.”
“Ayah! Jangan, Yah! Itu untuk membeli obat-obatan Ibu.”
“Halah!” sang ayah pun pergi
“Yah!” Kemala berusaha menahan sang Ayah, Namun Ayahnya menampar pipi Kemala dan langsung mendorongnya, kemudian sang Ayah berlari karena satpam dan Arya mendekat
Kemala tersungkur tempat di kaki Arya yang kebetulan ingin melerai mereka. Saat ayahnya berlari satpam mengejarnya.
“Ayah!” Kemala menangis sambil memegangi pipinya yang memerah dan keluar darah di sudut bibirnya. Arya membantu Kemala yang masih terduduk.
“Kamu gak apa-apa?” tanya Arya seraya merangkul Kemala dan membantunya berdiri.
"Tidak, tuan. terima kasih.” Kemala menunduk dan masih memegangi pipinya.
Arya melihat raut wajah Kemala yang ketakutan dan kesakitan pun reflek mengeluarkan sapu tangan kemudian mengusap darah yang ada di sudut bibir Kemala.
“Siapa orang itu?” tanya Bima, Anak dari Putra.
“Itu ayah saya, tuan, Maaf sudah membuat keributan. Permisi.” Kemala berlari masuk kedalam gedung dan langsung naik ke lantai dimana ia bekerja. Arya dan Bima hanya melihatnya penuh tanya.
***
KEMALA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏
bapak yang kejam dan jahat
2022-11-17
2
☠⏤͟͟͞Revina
Kemala tersungkur tempat di kaki Arya -----> Kemala tersungkur tepat di kaki Arya
2022-11-16
1
☠⏤͟͟͞Revina
tapu enak ----> tapi enak
2022-11-16
1