Bab 5 Rencana licik istri siri

Beberapa hari kemudian, Nungki sedang bersama Alvin. Besok mereka akan kembali ke kapal pesiar. Dan akan meninggalkan Stella sendirian lagi seperti yang sudah-sudah.

"Mas..."

"Apa sayang...." Alvin membelai rambut Nungky yang sedang bersandar di bahunya.

"Aku cemburu pada istri mu...." kata Nungky tiba-tiba.

"Kenapa, kau ini lucu sekali," kata Alvin sambil melihat wajah istri sirinya sambil menunduk.

"Iya Mas. Meskipun istrimu tidak bisa memberikan anak, kau tetap tidak meninggalkan nya,"

"Sayang, aku dan Stella menikah baru dua tahun. Pasangan lain bahkan setelah sepuluh tahun baru mendapatkan anak," kata Alvin terkekeh lucu. Tidak biasanya Nungky bersikap cemburu seperti ini.

"Mas, aku akan memberimu anak. Dan aku ingin istrimu yang mengurusnya," kata Nungky.

"Maksudmu? aku tidak mengerti..." sambil menatap mata Nungky sesaat.

Nungky berpindah dan duduk dihadapannya. Menatap Alvin tepat diwajahnya.

"Mas, kasihan istrimu sendirian dan kesepian. Jika dia mengasuh anak kita. Kan itu juga darah daging suaminya. Bisa buat pancingan juga Mas," bujuk Nungky dengan rencana jahat yang dia simpan rapat-rapat.

"Daripada ambil dari panti asuhan. Lebih baik, aku hamil dan anaknya biar di urus sama istrimu. Bagaimana Mas. Kamu setuju kan? Ini demi mbak Stella. Dan juga dirimu..." ucapan dari bibit manis Nungky seperti bisa ular yang mematikan.

Alvin nampak menimbang dan memikirkan ide istrinya. Nungky menunggu penuh harap dan berharap Alvin menyetujuinya.

"Baiklah. Kita akan punya anak," kata Alvin dan membuat Nungky sontak memeluknya erat.

"Terimakasih Mas....akhirnya kau menyetujuinya,"

"Inilah yang aku suka darimu Nungky. Kamu memikirkan istri pertamaku. Kalian tidak saling bertengkar seperti istri orang lain yang setiap hari ribut dengan madunya. Kau membuat aku semakin jatuh cinta padamu,"

Alvin lalu menggendong Nungky dan mengangkatnya ke atas ranjang. Perlahan mencumbunya dan membuka kancing bajunya.

Nungky senang dengan tanggapan Alvin yang sudah memujinya dan menyetujui permintaannya.

Saat mereka saling bercumbu dan bermesraan, tiba-tiba ada suara telepon.

"Aku angkat dulu ya sayang. Istriku menelpon," kata Alvin lalu mengangkat teleponnya.

Dengan kesal Nungky mengangguk. "Sial, wanita itu lagi. Selalu saja mengganggu disaat yang tidak tepat. Lihat saja nanti, kau akan menderita karena telah menyakiti hatiku," umpat Nungky dalam hati.

"Apa! Tunggu aku akan segera pulang honey..." kata Alvin dan segera memakai bajunya. Dia bahkan sampai mengaitkan kancing baju itu tidak simetris.

"Sayang...aku pulang dulu ya? Stella terpeleset di kamar mandi..." kata Alvin mencium kening Nungky.

"Tapi Mas...kita kan belum menyelesaikannya..." kata Nungky, maksudnya adegan panas mereka. Membuat Nungky menjadi lebih kesal.

"Nanti kita lanjutkan dikapal pesiar. Aku pulang dulu ya sayang. Aku akan membawa istriku berobat dulu," kata Alvin dan segera memakai ikat pinggangnya.

"Mas...aku masih kangen...tidak bisakah kamu panggil dokter dan kamu tetap disini. Biarkan dokter yang mengutus istrimu," rengek Nungky dengan tatapan mata sayu.

"Sayang, maaf ya. Aku telah membuatmu kecewa dalam permainan kita. Kita akan lanjutkan di kapal pesiar dan aku berjanji. Akan membuatmu puas untuk mengganti malam ini,"

"Ya sudah jika begitu....sampai ketemu di kapal pesiar," kata Nungky mengangguk pelan.

"Ya...." Alvin lalu keluar dari kamar Nungky. Dia segera pulang untuk menolong istrinya yang terpeleset di kamar mandi.

Saat sampai dirumah, pintu depan sudah di kunci. Alvin lalu memakai kunci cadangan miliknya dan membuka pintu dengan tergesa-gesa. Dia sangat khawatir dengan keadaan Stella.

"Stella...." Alvin berlari ke kamar mandi.

"Mas Alvin...." Stella lalu berteriak begitu mendengar suara suaminya.

Alvin melihat Stella masih duduk dikamar mandi sambil memegang handphonenya.

"Bagaimana bisa terjadi?" Alvin dengan sigap menggendongnya dan membawanya keatas kasur.

"Aku akan mengambil sesuatu, tiba-tiba ada sabun yang tercecer. Dan aku terpeleset. Sepertinya kakiku keseleo mas..." kata Stella melihat kakinya yang biru.

"Aku akan memanggil tukang urut," kata Alvin pada istrinya.

"Tapi, besok kau kan akan pergi Mas," kata Stella masih dengan tatapan penuh kerinduan.

"Aku memang akan pergi besok. Dan tidak bisa menundanya. Tapi, aku akan memanggil ibu untuk kemari, menjagamu selama kau masih sakit,"

"Baiklah Mas..." Stella tertunduk. Sudah lama dia tidak bertemu dengan ibu mertuanya sejak kata-kata pedas dari nya beberapa waktu lalu.

"Bu...Stella jatuh, ibu bisa datang? Sekalian ajak mbok Yam karena Stella perlu diurut," kata Alvin.

Rumah Stella dan Ibu Viar mertuanya hanya berbeda gang. Tapi meskipun begitu, mereka jarang bertemu. Stella bekerja sebagai supervisor disebuah PT Jakerson. Dan ibu mertuanya membuka Katering.

Karena masing-masing sibuk, maka jika tidak penting sekali, mereka akan jarang bertemu.

Tidak lama kemudian ibu mertuanya datang bersama mbok Yam.

"Bu, Stella ada dikamarnya. Dan jangan singgung soal anak lagi kali ini," pinta Alvin pada ibunya.

Beberapa bulan ini, ibunya menjadi sangat cerewet dan sering memojokkan Stella soal dirinya yang tidak kunjung hamil.

Stella sering mengadu pada Alvin tentang rasa tidak nyamannya. Dia bahkan pernah mendengar jika salah satu iparnya menyebut dirinya mandul.

"Mbok Yam...silakan langsung ke kamar Stella," kata Alvin.

Sementara dia dan ibunya duduk diruang tamu. Menunggu Mbok Yam yang sedang mengurut Stella.

"Kamu jarang ngasih uang ke ibu. Kamu kasih semua untuk istrimu. Padahal dia belum memberimu seorang anak. Kau terlalu percaya padanya!" Ibunya kesal karena Alvin sangat menyayangi Stella dimatanya.

"Ibu yang menyekolahkan mu dan sampai jual ini dan itu. Tapi setelah bekerja. Kamu kasih semua uangmu untuk istrimu itu. Kasihlah adik-adik mu juga. Jangan seratus persen percaya dengan istrimu. Apalagi dia belum memberimu seorang anak. Nanti, dia yang kaya dan kamu yang miskin!" rutuk ibunya kesal.

"Ibu...jangan berkata begitu. Ngga enak jika kedengaran sama Stella. Lagian uangku kan buat sekolah lagi. Biar nanti aku bisa naik jabatan dan gajinya besar. Setelah gajinya besar, nanti aku juga akan kasih ke adik-adik ku, lagian bagaimana sih mereka itu? Punya suami kok pada malas bekerja. Jadinya ibu yang harus nanggung semua biaya hidup mereka,"

Kata Alvin kesal dengan kedua adik iparnya yang malas bekerja.

Dulu, dia sering memberikan uang pada ibunya. Tapi dikasih berapapun selalu kurang, karena digunakan untuk mengurus makan keluarga kedua adiknya yang suaminya sering menganggur.

Alvin pun kecewa mendengar semua itu. Dia lalu memberikan modal untuk ibunya membuka katering bersama dia adik perempuannya. Agar tidak selalu meminta uang darinya.

Apalagi sekarang dia punya istri dua. Maka gajinya sudah habis untuk kedua istrinya itu.

"Sudahlah Alvin. Jangan membicarakan soal kedua adikmu. Urus saja rumah tanggamu itu. Sudah dua tahun belum punya anak. Harusnya kalian berusaha bagaimana caranya agar bisa punya anak,"

Alvin hanya menggelengkan kepalanya. Setiap kali berbicara tentang kedua menantu ibunya yang malas. Maka ibunya pasti tidak terima.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!