Malam ini Stella tidur ditemani oleh suaminya. Stella menatap wajah suaminya yang dia cintai dengan sepenuh hati.
Mereka sudah menikah dua tahun dan belum juga mendapatkan anak. Stella lalu ingin melakukan program kehamilan.
"Mas, kamar ini sepi," pancing Stella.
"Hem, kan ada aku. Kenapa masih sepi?"
"Apa kamu tidak ingin punya anak mas, biar rame, dan kalau kamu keluar kota satu bulan, kan jadi ada anak yang menemani aku,"
"Se dikasihnya saja Stella. Kita pasrah aja. Ngga perlu pakai program segala seperti yang kamu bilang itu,"
"Bukannya kalau program lebih cepat jadi mas,"
"Emangnya kita punya uang untuk program? Sudahlah, kita tunggu saja. Nanti kalau waktunya di kasih, juga pasti kamu hamil,"
Stella terpaksa menurut apa kata suaminya. Karena suaminya juga yang punya uang banyak untuk biaya program. Gaji Stella hanya pas-pasan untuk kebutuhanya yang lain yang tidak ter cover oleh uang yang di berikan suaminya.
Pagi ini, Stella akan memindahkan tas kerja suaminya ke lemari. Entah kenapa dia ingin membuka tas itu, karena resletingnya tidak tertutup rapat. Ada slip gaji yang biasa di simpan suaminya di tasnya.
Stella menoleh melihat suaminya. Dan dia masih pulas. Maka perlahan Stella membuka resleting itu tanpa suara.
Tanganya masuk kedalam dan mengambil slip gaji.
Dua tahun lalu, gaji suaminya masih sepuluh juta, dan separo gajinya dia berikan untuk Stella sebagai nafkah.
Saat dia membukanya, dia kaget melihat gaji suaminya yang sudah dua kali lipat. Gajinya ternyata sudah dua puluh juta.
Stella lalu melihat sejak kapan gaji itu naik? Ternyata sudah satu tahun, gaji suaminya dua puluh juta. Lalu kenapa suaminya tidak mengatakan jika gajinya sudah naik dua kali lipat?
Kenapa hanya lima juta yang dia berikan sebagai nafkah? Lalu kemana sisanya?
Dalam hati Stella bertanya-tanya. Kemana sisa gaji suaminya selama ini.
Stella lalu memasukkan slip itu dan menutup resleting nya kembali.
Suaminya bangun, dan menatap Stella.
"Stella," Panggil suaminya.
"Iya mas,"
"Ngapain kamu disitu? Dimana tas kerja saya?"
"Ohh, ini mas, Stella mau simpan di lemari,"
"Oh ya mas, bos kamu apa belum naikin gaji kamu mas? Kan sudah dua tahun, lagian katanya kamu berlayar sambil sekolah? Apa ada perubahan setelah sekolah lagi?" Pancing Stella.
"Belum. Tunggu saja. Sekarang gajinya masih sama belum ada kenaikan," kata suaminya berbohong.
Deg!
Hancur hati Stella karena untuk pertama kalinya melihat suaminya telah berbohong padanya. Sementara dia sudah tahu jika gajinya sekarang dua puluh juta.
"Kalau gajinya sudah naik, kita bisa ikut program mas. Biar punya anak untuk hari tua kita. Kalau ngga ada anak, nanti siapa yang akan merawat kita saat kita tua," Stella masih berusaha bersabar dan tidak mau memulai pertengkaran.
Dia hanya bertemu sebentar dengan suaminya. Suaminya pergi satu bulan dan kadang dua bulan. Haruskah pertemuannya yang sesingkat ini malah menjadi sebuah pertengkaran? Tidak! Batin Stella. Dia ingin menikmati beberapa hari kepulangan suaminya dengan suasana yang nyaman dan indah.
Akan aku bahas lain kali, soal gaji itu, batin Stella.
"Ya, kamu banyak berdoa saja. Sering-sering doain mas, biar gajinya naik. Nanti kan kamu juga yang senang kalau mas gajinya banyak, apa yang kamu mau bisa keturutan,"
"Iya mas, Stella selalu doain mas setiap hari. Biar gajinya besar. Jadi bisa program kehamilan," kata Stella.
"Ya, bagus. Mas semakin sayang sama kamu. Berkat doa kamu, mas bisa betah merantau dan pulang bawa uang,"
"Sini, mas mau peluk kamu. Nanti soalnya mas mau ada acara dengan teman," kata Alvin memeluk Stella dan mencium keningnya.
"Iya mas,"
Alvin memeluk istrinya dengan sangat erat. Dia tersenyum bahagia karena punya istri yang baik dan menurut seperti Stella. Jarang membuatnya kesal dan jarang bertengkar selama mereka menikah.
Selalu setia dirumah, dikala suaminya pergi merantau dan bekerja di kapal pesiar.
Dan tidak berpikir yang macam-macam apalagi menuduhnya selingkuh.
Alvin teringat kembali kejadian beberapa bulan yang lalu.
Sat itu, dia sangat merindukan istrinya. Dan dia di ajak oleh teman-temannya pergi ke suatu tempat.
Ternyata disana banyak wanita cantik yang siap melayani siapapun yang datang sebagai tamunya.
Awalnya diajak oleh seorang teman dan hanya iseng. Lama-lama membuatnya ketagihan dan sering pergi ketempat hiburan itu sendirian.
Sampai suatu saat, ada gadis yang masih perawan bernama Nungki yang melayaninya. Dan pertama kali di layani olehnya, membuatnya ketagihan dan akhirnya menyuruh Nungki keluar dari tempat hiburan itu.
Diapun menikah siri dengan Nungki tanpa sepengetahuan Stella.
Nungky lalu bekerja didalam kapal pesiar sebagai administrasi, Alvin yang memasukkanya bekerja. Dan sejak saat itu, mereka bisa sering bersama dan memadu kasih.
Membuat Alvin yang tadinya pulang satu bulan sekali, sekarang menjadi dua bulan sekali, dan lebih sering bersama istri sirinya daripada istri sahnya.
Nungki pun tidak keberatan menikah siri dengan Alvin. Karena yang dia inginkan hanya kenikmatan dan harta. Dia tidak memikirkan masalah ikatan pernikahan.
Dia juga tidak menuntut Alvin untuk menceraikan Stella. Dan bisa dikatakan, Nungki tidak peduli dengan latar belakangnya.
Dia hanya ingin menikmati hidupnya dengan bersenang-senang saja.
Alvin masih merahasiakan semua itu hingga saat ini dari Stella. Gajinya yang sepuluh juta dia berikan pada Nungki, karena biaya hidup Nungki dan perawatan dirinya yang lebih mahal di bandingkan Stella, itu yang Alvin pikirkan.
"Stella, kamu mau dibelikan apa jika aku pulang nanti?"
Tanya Alvin yang tiba-tiba ingin menyenangkan istrinya yang sudah dia bohongi selama ini.
"Aku tidak mau apa-apa mas. Cukup kamu selalu ada dan setia, itu sudah cukup,"
Kata Stella membenamkan kepalanya didada suaminya.
"Oh ya, motor kamu kan sudah lama. Gimana kalau mas belikan yang baru? Biar kamu lebih nyaman,"
"Emang kamu ada simpanan Mas?"
"Tenang aja. Ada kok, nanti mas belikan motor baru ya?"
"Iya mas," Alvin lalu mencium Lucy dan tersenyum.
Kenapa aku berprasangka buruk dengan Mas Alvin.
Jika memang gajinya naik dan dia tidak bilang, artinya pasti dia ingin memberikan kejutan.
Mungkin ini kejutan pertama dari mas Alvin. Aku yakin, esok atau lusa, Mas Alvin akan berterus terang masalah kenaikan gajinya.
Buktinya, mas Alvin mau membelikannya motor baru.
Berarti selama ini, Mas Alvin menyimpan sisa gajinya dengan baik.
Sebaiknya aku tidak perlu curiga lagi padanya, batin Stella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments