Kehancuran Ansley

Tengah malam Ansley terbangun. Ketika mengendap untuk pergi ke dapur, telinganya mendengar suara gaduh dari arah barat.

"Akh ... jangan Mr! Tolong ampuni aku!" Samar-samar terdengar teriak ketakutan dari seseorang. Ansley yang penasaran dengan segala rahasia di balik Mansion megah itu tak bisa menyembunyikan lagi keingintahuannya. Ia bersembunyi di balik lemari besar dan mengintip beberapa orang yang sedang berkumpul.

Dor!

"Akh ... mmmhh!" Ansley yang berteriak dibekap cepat oleh tangan seseorang. Tubuhnya di seret menjauh.

Tubuh Ansley bergetar ketakutan sampai keringat dingin membanjiri dahi. Pertama kali ia melihat penembakan secara langsung, biasanya hanya melihat di layar kaca televisi. Melihat secara langsung ternyata sangat mengerikan. Apalagi pelaku penembakan itu adalah Jack. Setelah melayangkan satu timah panas ke bahu seseorang, Jack tidak merasa bersalah atau menyesal, justru mengangkat belah bibirnya dan menyeringai jahat. Ya Tuhan, entah siapa pria bernama Jack itu?

"Kenapa malam-malam berkeliaran, Miis?"

"A-aku, aku ingin mengambil minum." Nada bicara Ansley masih bergetar. Rasa takutnya masih belum hilang.

"Jangan berkeliaran tengah malam, atau nyawamu akan melayang," ucap Depaulo dan berbalik ingin pergi.

"Tunggu!" Ansley mencegah langkah Depaulo.

"Tempat apa ini? Kenapa tempat ini mengerikan? Dan, siapa Daviso?"

"Orang yang ingin banyak tahu, biasanya akan mati lebih dulu." Depaulo tidak berniat menjelaskan.

"Tunggu, tolong jelaskan siapa Daviso!" cecar Ansley.

"Dia adalah tuan kita. Tuan yang harus kita patuhi, jika tidak, resiko yang akan kita terima sama dengan yang kau lihat tadi!"

Penjelasan Depaulo membuat bulu kuduk Ansley meremang. Sekejam itukah pria bernama Daviso?

"Satu lagi! Jangan biasakan berkeliaran malam hari, Tuan tidak suka."

"Em."

Ketika kembali ke kamar, Ansley mulai memikirkan rencana untuk kabur dari bangunan megah namun mengerikan itu. Ia tidak mau setiap saat hidupnya dibayangi ketakutan. Apalagi sesudah tahu kekejaman Jack, ia tak ingin mati dengan mudah.

Pagi hari Ansley melakukan pekerjaan seperti hari sebelumnya. Namun kali ini ia melakukan dengan sangat hati-hati. Ketika pintu bercat hitam terbuka, Ansley segera berbalik membelakangi agar tidak bersitatap dengan Daviso.

Jack melirik dan acuh dengan keberadaan Ansley. Melanjutkan langkah menuruni anak tangga.

Ansley bernapas lega ketika Jack pergi begitu saja. Setidaknya hari ini tidak ada anggota tubuh yang terluka.

Siang hari ketika makan siang bersama, Ansley mengambil makanan dan memilih duduk menyendiri. Beberapa pelayan menatapnya sinis, ia tak ingin membuat kesalahan dengan mereka. Sungguh, tinggal di Mansion seperti tinggal di sel tahanan. Kapanpun nyawanya bisa melayang.

"Hai, kenapa kau menyendiri?" Wanita bertubuh pendek menghampiri Ansley.

"Tidak apa, aku lebih suka sendiri. Karena sendiri bagiku damai."

"Ha ha ... kau bisa saja. Kau baru di Mansion ini? Karna apa? Menebus hutang, melakukan kesalahan atau karna alasan lain?"

Ansley mengerutkan dahi. Andai ia tahu alasannya kenapa Daviso membawa ke Mansion ini, tentu ia tidak akan bertanya-tanya. Sayangnya sampai saat ini ia juga tidak tahu apa alasan Daviso membawanya kemari. Entah kesalahan apa yang diperbuat.

Jika seseorang memiliki hati, setelah ditolong akan berbalas budi. Tetapi Jack justru sebaliknya. Apa karena ia menolong Jack, dan dianggap sebagai kesalahan? Kalau akhirnya seperti ini, biar saja Jack mati terkubur dalam tumpukan jerami. Mengingat itu Ansley mendadak geram.

"Bukan semua," jawab Ansley.

"Bukan semua? Tapi semua pelayan di sini rata-rata sebagai penembus hutang. Begitu juga denganku. Hutang yang ditinggalkan ayahku ribuan dolar, dan aku dijemput paksa dijadikan pelayan. Tidak mungkin Tuan Jack salah menjemput seseorang."

"Tunggu! Siapa yang kau sebut tadi?!" Jantung Ansley mendadak berdebar kuat. Ia berharap hanya salah mendengar.

"Tuan kita, Jack Daviso Manscker."

"Apa!!!" Ansley terperanjat. Jantungnya bukan lagi berdebar, bahkan sudah hampir lompat dari tubuhnya. Makanan yang sebelumnya terasa enak mendadak pahit seperti racun. Hampir saja ia berteriak dan menangis.

"Ans, bersembunyi di tempat ini maka kau dan Granny akan aman selamanya. Apapun yang terjadi, jangan tinggalkan tempat ini. Klan Black Manscker ada di mana-mana, jaringan mereka tersebar keseluruhan wilayah. Dad tidak mau kau tertangkap mereka, jika itu terjadi, selamanya kamu akan terkurung di sana. Atau, nyawamu akan lenyap detik itu juga. Walau aku yang membuat kesalahan, tapi kau adalah keturunanku, Tuan Jack Daviso Mancsker menganggapmu sama. Ingat pesan Daddy."

"Baik, Dad."

Ansley tersadar dari lamunannya. Teringat dengan pesan ayahnya sebelum sakit dan meninggal.

"Ya Tuhan." Ansley bergumam dalam hati. Sejauh dia menghindari Jack, kenapa Tuhan seolah menjadi jalan bagi Jack untuk menemukannya. Apa ia harus menebus kesalahan orang tuanya.

"Hei, kenapa kau mendadak pucat?" Wanita itu terus bertanya.

"Tidak. Sekarang aku baru tahu kenapa aku bisa ada di sini."

Tengah malam ketika Mansion hening nan gelap gulita, suara sepatu pantofel menggema di ruang utama menuju lantai atas. Pria bermanik tajam dengan rahang keras itu tampak pelan menaiki setiap anak tangga.

Ansley yang memang sudah menunggu kedatangan Jack semakin berdebar kala mengintip langkah kaki pria tegas itu. Ia tidak mengindahkan peringatan Depaulo agar tidak berkeliaran di malam hari. Saat ini yang ada dipikirannya hanya ingin bernegosiasi dengan Jack supaya membebaskannya. Karena ia sama sekali tidak tahu dosa yang diperbuat kedua orang tuanya?

Ketika Jack membuka pintu, ada tangan lembut yang menahan pintu itu. Jack berbalik.

"Kau!?" Mata Jack sudah menyala.

"Mr. aku ingin bicara."

Jack tersenyum remeh. "You have the guts to talk to me? (Kau punya nyali untuk berbicara denganku)" Tiba-tiba menyorong tubuh Ansley masuk ke kamarnya. Mendorong dan mengapit wanita itu ke dinding. "Let's talk!" tantang Jack.

"Aku ... aku sudah tahu kenapa kau membawaku ke Mansion. Kau tahu siapa kedua orang tua."

"Yes, you are smart."

"Ta-tapi, pantaskah kau membalas pertolonganku dengan cara seperti ini. Harusnya kau berpikir kalau aku tidak terlibat dengan mereka."

Jack tak beralih sedetikpun menatap Ansley. Tatapan remeh bercampur tidak suka. "Kau terlalu banyak bicara! Membuatku pusing!" Dan, tiba-tiba Jack menyerang bibir ranum Ansley dengan brutal.

"Mmmcchhh!" Ansley berontak namun tak ada bandingan dengan kekuatan Jack. Pria yang dalam pengaruh alkohol itu semakin mengamit tubuh Ansley tanpa celah. Menggerayangi seluruh tubuh Ansley dengan menyebut nama Sieren.

"Jangan menyentuh! You Bastard!"

Jack yang tidak ingat apapun tak bisa membedakan siapa wanita dalam kungkungannya. Ia Ansley Zweeta Cloe, bukan Sieren.

Bahkan alih mendapat kebebasan, Ansley justru hancur berkeping-keping karena ketidaksadaran Jack. Di atas lantai yang dingin, semakin dingin dengan perlakukan pria kejam itu.

Terpopuler

Comments

Ariin Mawra Harshvardhan

Ariin Mawra Harshvardhan

Woooo... emang pria psikopet lah....

2022-11-09

0

Sumi Sumi

Sumi Sumi

tragis banget nasib mu ansley ,,

2022-11-07

0

triana mersita

triana mersita

Jack bener2 gak punya hati😩

2022-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!