Janji Palsu

Bukit Queensland.

Di antara gemuruh angin, nun bising dari helikopter KA-42, Jack berdiri gagah di radius 100 meter, menunggu kehadiran seseorang.

"Mr. Jack." Alez terperangah melihat keadaan pemimpin Black Manscker itu tampak kacau dengan beberapa titik luka yang masih bisa dilihat mata telanjang.

"Panggil aku Daviso."

Alez mengangguk dengan melirik ke wanita yang ada di belakang Jack. Tanpa mengintrogasi, ia dapat menduga bahwa wanita itu penolong tuannya.

"Mari kita kembali, Mr."

"Kita akan kembali besok. Ada yang harus kau kerjakan."

Alez tampak belum paham dengan keinginan Jack. Tetapi pria itu mengangguk patuh. Jack mendekati Ansley dan meminta izin supaya Alez dibolehkan bermalam di gubuk.

Ansley terlihat ragu, tetapi pada akhirnya menyetujui karena dipikir hanya semalam. Dan mereka berjalan pulang ke gubuk.

Sampai di gubuk, Ansley menggiring domba-domba ke dalam kandang. Jack dan Alez terlibat perbincangan di belakang gubuk.

"Apa kau membawa bubuk?"

"Aku tidak membawa, tapi mungkin di helikopter masih ada beberapa sisa. Untuk apa bubuk itu?" Alez benar-benar dibuat penasaran. Ia tahu bubuk yang dimaksud Jack adalah racun dengan dosis tinggi. Sekali menegak bisa melumpuhkan sistem saraf otak dan satu jam berikutnya merusak kinerja jantung, kemungkinan terburuknya menyebabkan kematian.

Apa Jack akan meracuni wanita berkulit putih pucat itu? Pikir Alez.

"Ambil bubuk itu dan berikan pada seseorang. Pastikan besok pagi sudah harus mati."

"Baik. Aku akan menyuruh mereka membawanya kemari."

Dengan tatapan tajamnya, Jack tersenyum miring.

Ansley menangis tersedu-sedu di samping jenazah Granny. Semalam Granny masih sehat tanpa mengeluhkan sakit apapun. Namun pagi ini Ansley dibuat tak percaya ketika mendapati tubuh Granny sudah dingin dan kaku. Ia tidak tahu bila Granny sudah pergi untuk selamanya, karena tubuh Granny hanya seperti orang tidur.

Ansley tak henti menangis, bahkan sempat pingsan ketika Lucy dikuburkan. Granny Lucy adalah satu-satunya seseorang yang ia punya. Setelah kepergian Granny, kini hidupnya tinggal sebatang kara.

Di samping kesedihan yang mendera, Jack mendekati Ansley dan meyakinkan wanita itu bahwa ia akan menjaganya. Ansley ragu, karena ia dan Jack baru mengenal beberapa waktu lalu. Terlalu singkat untuk mengenal seperti apa kepribadian Jack. Namun Jack tak henti membujuk agar Ansley terperangkap dalam rencananya.

"Ikutlah denganku. Disini kau tidak ada yang menjaga. Kau sudah menjagaku selama aku tidak sadar, sekarang biar aku membalas budi."

"Aku tidak pernah pergi dari tempat ini. Di luar, aku takut ada yang menyakitiku."

"Aku akan melindungimu."

"Kau bukan siapa-siapaku."

"Kalau begitu, aku akan menikahimu supaya aku menjadi bagian dari hidupmu."

Ansley menatap manik Jack. Melihat keraguan dari sorot tajam itu, namun sialnya akting Jack sangat sempurna.

Tengah malam itu juga Jack membawa Ansley pergi dari tempat persembunyian ternyaman. Memindahkan Ansley ke tempat paling tak disangka-sangka.

Ucapan Jack ingin menikahinya membuat Ansley merasakan perasaan tak biasa. Ia menganggumi dan menyukai Jack hanya dalam waktu singkat. Selain ucapan manis, ketampanan Jack menjadi daya tarik sempurna bagi kaum wanita. Pria memiliki rahang kokoh dan tatapan tajam itu seperti jelmaan dewa yunani yang sedang menyamar di atas bumi. Siapapun wanita akan jatuh hati.

Ansley tertidur dengan bersandar di bahu Jack. Alez melirik dan keheranan saat Jack diam saja tanpa memindah posisi Ansley.

Langit begitu gelap ketika helikopter berhenti dilahan kosong seluas ratusan hektar tanah milik Jack. Sebelum Jack membangunkan, tapi Ansley sudah terbangun. "Apa sudah sampai?"

"Yes."

Ketika turun dan berjalan menuju Mansion, tangan Jack tak lagi menggenggam telapak tangan Ansley. Pria itu berjalan di depan tanpa ada yang berani mendahului, juga tak mengatakan apapun.

Ansley melebarkan kelopak mata, menatap kagum pada bangunan megah di depannya. Mungkin seumur hidup sejarah pertama kali ia melihat dan menginjakan kaki di istana sebesar dan semegah itu.

Tiba didepan halaman dengan pilar-pilar kokoh penyangga bangunan, Jack berhenti. Tanpa menoleh memberi perintah pada Alez. "Bawa dia ke ruang bagian timur."

"Ruang bagian timur, Mr?" Alez memastikan.

"Aku yakin kau mendengarnya."

"Come wit me, Miis." Alez menunjukan jalan kemana Ansley harus mengikutinya.

Bangunan itu benar-benar sangat luas, sejauh Ansley berjalan bahkan kedua kakinya sudah terasa pegal namun Alez belum berhenti.

"Tuan, apa istana ini milik orang tua Jack?" Ansley memberanikan diri menanyakan itu pada Alez.

"Mansion ini milik Tuan Jack sendiri."

Ansley kembali terkejut mendengar jawaban Alez. Ternyata ia menolong seorang pria kaya raya. Namun, hatinya justru merasa tidak tenang. Seperti ada felling buruk yang akan terjadi.

"Ini kamar yang kau tempati. Istirahatlah," perintah Alez.

"Em, thank you, Mr."

Alez hanya mengangguk dan berbalik pergi. Ansley membuka pintu dan menyipitkan mata ketika melihat ke dalam isi kamar. Bangunan Mansion sangat megah dan luas, tapi kenapa ia disuruh menempati kamar dengan ukuran 2×3 meter. Sangat tidak sesuai, pikirnya.

Tas pakaian diletakkan di atas meja kayu kecil. Ansley merebahkan tubuh karena masih terasa mengantuk. Ia akan menanyakan semuanya besok pada Jack.

Di kamar utama milik Jack.

Asap mengepul disekitar wajah. Tatapan Jack lurus memandang jendela yang terbuka lebar. Membiarkan angin pagi menyerbu pori-pori kulit. Tangan kanan pria itu sudah kembali dan duduk di samping sang pemimpin.

"Banyak yang tidak aku mengerti. Kau tidak berniat menjelaskan sesuatu?" ucap Alez.

Jack menghisap kembali gulungan nikotin dan meniupkan lewat mulutnya. "Dia keturunan Alexander Launder Cloe."

"Ough!" Alez bereaksi terkejut. "Apa kau berniat menawan putrinya supaya pengkhianat itu keluar dari persembunyian?"

"Beruntung mereka sudah mati. Aku tidak perlu menciptakan neraka dunia. Tapi, putri Lounder yang akan merasakan."

"Jack, apa dia terlibat?"

"Tidak. Tapi dia tahu bahwa kedua orang tuanya pengkhianat, biar dia yang menanggung dosa kedua orang tuanya." Jack menyeringai.

Matahari baru sejengkal dari bumi, bahkan Ansley belum terjaga dari mimpi. Tiba-tiba kamarnya didobrak paksa dari luar. Ansley terpaksa bangun.

"What this is?"

Bruk!

Seseorang memberikan pakaian dengan gerakan kasar pada Ansley. "Pakai itu dan cepatlah bekerja!" perintahnya dengan suara tinggi.

Nyawa Ansley yang berpencar seketika kembali dengan cepat. Mengumpulkan kesadaran ke alam nyata. Jelas Ansley belum mengerti. Jack membawanya ke istana untuk dijaga dan dinikahi, bukan untuk dijadikan pekerja.

"Daviso?" Ansley menyadari kehadiran Jack. Pria itu tersenyum remeh.

"Kau disini sama seperti mereka. Become a slave."

"Daviso." Ansley kembali memanggil karena tidak percaya mendengar ucapan pria itu. Kenapa ia dijadikan bud*k? Harusnya Jack menjadikannya seorang istri, bukan seperti bud*k.

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

jack sialan

2023-01-05

0

triana mersita

triana mersita

gila emang tukh si Jack,, ditolong malah ngegigit😡

2022-11-03

0

Apriyanti

Apriyanti

Jack pria yg gak tau balas Budi Uda di tolong malah bgtu

2022-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!