Hari berikutnya, Nola kembali mengajak Reisya keluar. Meskipun dalam tradisi jawa, pantang jika seseorang akan menikah sering – sering keluar rumah. Kata orang darah pengantin. Namun Reisya dan Nola tidak menerapkan itu dalam diri mereka.
Akhirnya mereka keluar juga meskipun sang Mama sudah mengingatkan.
Karena, hari pernikahannya tinggal satu hari lagi, sudah di ambang mata.
Reisya dan Nola sampai di depan sebuah tempat spa. Kemudian Pak Sopir berlalu pergi dengan mobilnya membelah jalanan ibu kota di siang hari untuk mengais rezeki.
Nola pun mengajak Reisya untuk segera masuk dan di sambut hangat oleh pegawai salon. Nola menunjukkan kartu ke anggotaanya, lalu salah seorang pegawainya mengajak kakak beradik itu masuk ke ruangan khusus dan mengalihkannya pada seorang therapist.
Reisya sempat terkejut dan heran sejak kapan Nola punya kebiasaan seperti ini, bahkan sampai memiliki kartu anggota.
Namun Reisya cepat – cepat menampik pikiran jeleknya tentang Nola. Kini mereka dilayani dengan sangat baik.
“Oh iya, Rei. Kamu saja duluan. Kakak mau nelpon teman Kakak sebentar,” ujar Reisya.
Kemudian Nola pun pergi menjauhkan diri dari Reisya. Dia segera memberitahu Hutomo jika mereka sudah berada di tempat seperti yang disarankannya sebelumnya.
“Halo, Om. Target sudah di tempat. Nanti setelah selesai, Aku akan message Om.”
[Oke, mengerti.”]
Nola pun langsung mematikan sambungan teleponnya dan segera kembali bersama Reisya.
“Gimana, Rei. Enak, kan?” tanya Nola saat akan menelungkupkan tubuhnya di tempat sebelah Reisya.
“Iya, Kak. Kakak sudah sering kesini?” selidik Reisya.
“Belum juga. Dan tempat ini adalah rekomendasi teman kantor Kakak,” terang Nola sambil menikmati pijitan – pijitan dari sang therapist.
Kemudian suasan hening. Keduanya sangat menikmati setiap pijatan di tubuhnya.
Dua jam kemudian, kedua kakak beradik itu pun selesai.
Mereka segera keluar dari tempat yang telah memanjakan tubuh mereka. Dengan aroma spa yang khas membuat kulit terasa begitu lembut dan wangi.
Taksi online yang di pesan Nola pun tiba. Namun Nola mengajak Reisya untuk makan mie ayam pinggir jalan dekat dengan kampus mereka dulu. Ya, sambil mengenang kembali jaman – jaman kuliah di kampus yang sama.
“Rei, mau nggak makan mie ayamnya Bang Darman. Kangen juga loh, dah lama, kan?”
“Emang Bang Darman masih jualan, Kak?”
“Ya kita liat aja dulu, kalau masih, berarti rezeki kita. Kalau nggak ya, mau bilang apa,” sahut Reisya.
“Bener juga kata Kakak,” sahut Reisya.
Mereka turun dari taksi yang membawa mereka tepat di depan pintu gerbang kampus yang mengantarkannya sampai ke Prancis.
Reisya membelalakkan manik matanya, memandang penuh senyum. Teringat semua kenangan – kenangannya sejak pertama kali meminjakkan kakinya di kampus itu.
Flashback On
“Maaf Kak, saya tidak sengaja,” kata Reisya sembari ikut membersihkan tepung yang mengguyur tubuh Fina_seniornya. Namun tangan Reisya cepat - cepat ditepis oleh Fina.
“Lo anak baru, ya?! Punya mata nggak sih lo!!” maki Fina pada Reisya.
Reisya menganggukkan kepalanya pelan merasa sedikit bersalah.
“Maaf kak, saya terburu – buru,” sahut Reisya lagi.
“Maaf..maaf! Lo liat nih muka gue, kotor! Dan ini karena ulah lo, jadi lo harus membayar semuanya. Ngerti!” Seru Fina penuh amarah.
Reisya hanya menyeringai mendengar ucapan Fina yang membara dan itu membuat Fina semakin meradang.
“Lo dengar nggak!!” teriak Fina kembali.
Dengan santainya Reisya menjawab, “dengar kok, kak.”
“Lagian siapa suruh bawa tepung dengan cara begitu,” ucap Reisya lirih sambil memalingkan wajahnya. Namun samar terdengar ditelinga Fina.
“Lo..,” ucap Fina sambil melayangkan tangannya ke pipi Reisya.
Untung saja Nola berhasil menahan tangan Fina sehingga tidak sampai mendarat di wajah cantik Reisya.
“La, apaan sih lo! Lo belain anak baru ini? Jelas – jelas dia bersalah dan lo membela orang yang salah,” ketus Fina kepada Nola.
“Ya, seandainya anak baru ini yang bersalah bukan berarti kamu dengan seenaknya main kekerasan begini, kan?” tukas Nola sedikit membela adiknya.
“Ya benar itu kak,” imbuh Reisya sambil mengangguk – anggukkan kepalanya.
Flashback Off
Reisya tertawa kecil mengingat kejadian waktu pertama kali dia menginjakkan kakinya di kampus itu.
“Pasti lagi ingat sama Fina, kan?” tebak Noladari belakang membuat Reisya terkejut.
“kak Nola tau aja.”
“Gimana ya kabar anak itu sekarang?” telisik Nola sambil memandangi kampusnya dari luar gerbang.
“Dia nggak berubah, Kak. Malah selalu menyimpan dendam padaku. Ternyata dia juga bekerjasama dengan Steven untuk memperangkapku,” terang Reisya.
‘Steve.. Steven, apa dia orang yang sama dengan orang yang aku kenal?’ monolog Nola sambil berpikir.
“Mbak, nih mie ayamnya sudah siap,” panggil Bang Darman.
Lalu keduanya pun kembali ke bangku yang di sediakan Bang Darman. Keduanya kembali mengulang kisah mereka sambil menikmati makanan favorit mereka jika sedang ke kampus.
“Bang, mie ayam Abang emang paling top. Bikin nagih,” celetuk Reisya sambil mengipas – ngipas mulutnya kerena kepedasan.
“Makasih, Mbak. Sering – sering aja Mbak kemari, kalau boleh ajak kawan – kawan Mbak sekalian,” seloroh Bang Darman sambil menjuali pada pembeli lainnya.
Sampai waktu sore pun datang. Mereka akan segera kembali pulang. Keduanya asik berdiri di tepi jalan menunggu taksi yang melintas. Tiba – tiba sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan mereka berdua.
‘Apakah ini orang suruhan Om Hutomo?’ batin Nola sambil memandang curiga.
Dalam sesaat, pintu terbuka dan terlihat tiga orang dengan menggunakan topeng sebagai penutup muka keluar dari dalam mobil, langsung menyeret Nola dan Reisya masuk ke mobil dengan paksa. Kemudian mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi.
Reisya terus berteriak sekuat – kuatnya meminta tolong. Namun salah satu dari pria bertopeng itu langsung memberikan obat bius ke hidung Reisya, sehingga membuatnya tidak sadarkan diri.
Sementara Nola dibiarkan begitu saja.
“Apa Kalian orang suruhan Om Hutomo?” tanya Nola.
“Iya, Nona. Kami adalah orang – orang Tuan Hutomo.”
“Ya sudah, ayo cepat bawa Aku untuk segera bertemu dengan Om Hutomo,” titah Nola.
“Tapi, Nona. Tuan Hutomo hanya menyuruh Kami membawa gadis ini saja. Dan Tuan Hutomo akan segera menghubungi Nona nanti,” terang seorang pria yang masih menggunakan topengnya.
“APA??! Dalam rencana tidak ada seperti ini.”
“Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah Tuan Hutomo.”
Nola langsung mencari benda pipih miliknya dan segera menghubungi Hutomo dengan mata nanar.
“Hallo, Om. Apa maksudnya aku tidak boleh bertemu dengan Om?” tanya Nola meminta penjelasan Hutomo saat telepon telah terhubung.
“Tenang, Nola. Ini untuk membersihkan nama Kamu. Agar mereka tidak curiga kalau Kamu ikut terlibat dalam aksi penculikan ini. Jadi Om harap Kamu bisa mengerti dan bisa bekerjasama. Sekarang, yang perlu Kamu lakukan adalah, Kamu kembali ke rumah dan berpura – pura sedih. Bukankah aktingmu sangat baik?” kata Hutomo sedikit memuji Nola.
“Oh, baiklah Om. Tapi Om harus janji sama Aku. Om tidak akan melakukan apapun pada Reisya di luar batas,” tegas Nola.
Hutomo langsung mematikan ponselnya tanpa memberi jawaban.
“Halo.. Om, Halo…, sialan!!”
‘Aku tidak akan membiarkan Om Hutomo bertindak semena – mena terhadap Reisya. Bagaimanapun Aku masih menyayanginya sebagai adikku,’ gumam Nola dalam batinnya.
Mobil yang mereka tumapangi pun berhenti di tepi jalanan yang tidak terlalu ramai. Ria – pria bertoeng itu mendesak Nola untuk segera turun.
“Sekarang silahkan Nona turun,” perintah salah satu dari mereka.
“Tidak!! Aku harus memastikan dengan mata kepalaku sendiri, kalau kalian tidak akan melakukan apapun pada Reisya!” tolak Nola dengan tegas.
“Tapi Nona.”
Nola tetap memaksa ikut bersama mereka. Akhirnya mereka pun dengan paksa melempar Nola dari dalam mobil, membuat memar di beberapa bagian tubuh Nola.
Mobil hitam itu segera berlalu dan menjauh meninggalkan Nola di tepi jalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
semoga reisya ada yang menolong
2022-10-31
3
fanzo
lanjut
2022-10-31
1