Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya Nola kembali ke rumah tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Dengan wajah datar dan sorot mata sinisnya, dia masuk ke dalam rumah. Dia melingukkan kepalanya saat melewati pintu ruang tengah.
Dia melihat ak Widjaya dan Bu Widjaya sedang berbicara.
‘Ternyata benar kata Om Hutomo, kalau mereka hanya mengincar harta kekayaan orang tuaku saja. Bahkan beberapa hari Aku menghilang, mereka tidak perduli. DASAR! Manusia bermuka dua!’ maki Nola dalam batinnya. Lalu dia menggiring langkah kakinya menaki anak tangga menuju kamarnya.
Sementara pak Widjaya dan Bu Widjaya masih di ruang tengah menunggu kabar dari seorang informan yang mereka tunjuk. Mereka tidak menyadari kepulangan Nola.
“Pa, gimana? Kenapa belum ada kabar juga, Mama sangat mengkhawatirkan Nola. Takut terjadi apa – apa dengannya,” resah Bu Widjaya.
Tiba – tiba terdengar suara dering dari ponsel pak Widjaya.
“Sebentar ya, Ma,” ucap ak Widjaya sambil mengangkat telepon yang masuk.
“Ya, hallo. Gimana, Hen. Sudah ada kabar terbaru?”
[“Hallo, Pak. Target sudah kembali ke rumah. Dan selama ini dia bersembunyi di mansion ak Hutomo.”]
“Oh ya?! Tapi saya tidak melihat anak saya sudah kembali.”
“Apa?? Nola sudah pulang?” sambar Bu Widjaya dan Pak Widjaya pun mengangguk pelan.
“Biar Mama ckeck ke kamarnya,” ucap Bu Widjaya berbisik sambil melangkahkan kakinya dengan perasaan senang.
“Oke, Hen. Kalau begitu terima kasih untuk informasinya. Jangan lupa besok temui saya di kantor,” titah Pak Widjaya sambil mematikan sambungan teleponnya.
[“Siap, baik, Pak.”]
percakapan pun berakhir.
Pak Widjaya pun segera menggiring tubuhnya menyusul sang istri ke kamar Nola.
Hati ak Widjaya pun ikut terharu saat melihat sang istri menangis bahagia sambil memeluk erat tubuh anak gadisnya. Kini Nola sudah kembali ke dalam pelukan mereka.
“Sayang, jangan pernah pergi lagi ya. Jangan tinggalin Mama sama Papa. Kami sangat menyayangimu, Nak,” ungkap Bu Widjaya sambil menciumi pipi Nola.
“Iya, Nola. Kami sangat mengkhawatirkan keadaanmu,” timpal Pak Widjaya.
Nola tidak menjawab apapun kata – kata mereka. Dia hanya diam seribu bahasa dengan tatapan kosong.
“Kami sudah mencarimu kemana – mana, bertanya sama teman – temanmu juga. Tapi hasilnya nihil. Tapi syukurlah, sekarang Kamu suah pulang ke rumah, Nak,” tutur pak Widjaya.
‘Dasar Penipu! Sebenarnya kalian hanya berpura – pura khawatir dengan keadaanku, padahal kenyataannya kalian tertawa bahagia dengan kepergianku,’ maki Nola dalam batinnya.
“Nola, Kamu sudah makan, Sayang?” tanya Bu Widjaya penuh perhatian.
Nola masih menatap sinis penuh kebencian kepada kedua orang tua angkatnya.
‘Nggak usah pura – pura baik kalian jika semuanya hanya kebohongan semata!’ cibir Nola dalm hati.
Bu Widjaya dan pak Widjaya merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Nola. Mereka dapat merasakan dari sorot mata Nola yang penuh amarah.
“Sayang, jika Papa dan Mama punya salah sama Kamu, katakan apa kesalahan Kami. Jangan buat Kami seperti ini.
Kami tulus merawat dan menyayangi Kamu, Nak. Sama seperti Reisya. Dan Kami tidak pernah membedakan kalian,” ujar ak Widjaya.
“Cih!! Masih merasa tidak punya salah?? Manusia jenis apa kalian! But.. it’s okay. Aku akan ikuti permainan sandiwara kalian.
Karena Aku juga akan memainkan peranku untuk menghancurkan kalian! Hahahaa,’ monolog Nola seraya tersenyum licik.
“Ma, Pa. Nola yang seharusnya minta maaf. Nola sudah membuat Papa sama Mama cemas. Nola janji, Nola nggak akan melakukan ini lagi, apalagi sampai membuat Mama menangis. Maafin Nola, ya,” sesal Nola sambil memeluk sang Mama seraya tersenyum sinis.
Akhirnya mereka berbaikan, walaupun semua itu penuh kepalsuan bagi Nola. Nola punya rencana besar untuk keluarga Widjaya.
“Nola juga mau minta maaf sama Reisya, Ma. Pasti dia sangat sedih, di hari bahagianya Nola justru pergi meninggalkan rumah.”
“Benar, Sayang. Rei sangat sedih. Bahkan saat dia akan kembali ke Prancis, Dia masuk ke kamar Kamu sambil menangis. Dia merindukan Kakaknya yang dulu,” terang Bu Widjaya.
“Iya, Ma. Ini semua salah Nola.”
“Ya sudah nanti Kamu telepon Rei, ya. Sekarang Mama sama Papa keluar dulu.”
“Iya. Beristirahatlah, Kamu pasti lelah, kan?” ujar Pak Widjaya. Nola pun mengangguk pelan.
Kemudian Bu Widjaya dan ak Widjaya segera keluar dari kamar Nola. Memberikan ruang dan waktu bagi Nola untuk beristirahat. Senyum bahagia pun menghiasi sudut bibir keduanya.
Nola kembali menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat – rapat. Lalu dia memutar tubuhnya.
‘Hahahaa….!!! Dasar bodoh!! Mudah sekali menipu kalian. Hanya dengan sedikit air mata kalian langsung percaya begitu saja. Ini baru permulaan, WIDJAYA!!’ pekik Nola dalam batinnya sambil menari – nari dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya.
Waktu berlalu, jam pun terus berputar. Kini tiba saatnya bagi Reisya untuk menyudahi pendidikannya di negeri Heksagon itu. Ia akan wisuda tiga hari kedepan. Pak Widjaya dan Bu Widjaya pun bersiap untuk terbang kesana.
Mereka juga mengajak Nola untuk ikut menghadiri acara wisuda Reisya. Namun dengan berbagai alasan Nola menolaknya.
“Nola, lusa Papa dan Mama akan pergi ke Prancis, menghadiri acara wisudanya Reisya. Kamu ikut, ya?” ajak Pak Widjaya.
“Um, maaf Pa. Bukan Nola nggak mau ikut. Tapi Nola masih ada pekerjaan yang harus Nola selesaikan.
Apalagi janji dengan client. Nggak bisa di batalkan, karena pekerjaan ini sangat penting dan melibatkan banyak orang. Masak iya, gara – gara kepentingan pribadi jadi banyak orang yang rugi,” kelit Nola menolak ajakan Pak Widjaya secara halus.
“Ya sudah kalau begitu. Papa bangga sama Kamu, lebih mendahulukan kepentingan orang banyak,” puji Pak Widjaya bangga.
“Siapa dulu Papanya,” ucap Nola kembali memuji sang Papa.
“Lagi ngomongin apa, sih? Ceria amat,” tanya Bu Widjaya sambil membawakan sandwich bakar sebagai teman bersantai.
“Nih, Nola. Dia nggak bisa ikut ke Prancis. Katanya ada pekerjaan yang nggak bisa di tinggalkan,” ungkap Pak Widjaya.
“Yah, kok gitu.. padahal Mama ingin sekalian ngajakin Kamu dan Rei jalan – jalan,”rengek Bu Widjaya.
“Ma, kapan – kapan ya. Kita masih punya banyak waktu. Nanti kalau pekerjaan Nola sudah selesai, kita bisa pergi sama – sama,” usul Nola.
“Ya sudah kalau begitu, Mama ngikut aja deh,” tukas Bu Widjaya.
Nola pun menyunggingkan senyum terpaksa. Terpaksa pura – pura menjadi anak yang baik budi demi kelancaran rencana besarnya setelah kepulangan Reisya ke rumah nantinya.
Nola pun pamit pada kedua orang tua angkatnya untuk keluar sebentar. Ada yang ingin di belinya.
“Ma, Pa. Nola keluar sebentar, ya. Ada yang mau Nola beli,” pamit Nola yang sudah menyandang tas kecil di pundaknya.
“Perlu Mama temanin, nggak?” tawar Bu Widjaya.
“Eh, nggak perlu Ma. Lagian Nola akan ketemuan sama temen dulu,” tolak Nola lembut.
‘Bisa repot gue kalau permpuan tua itu ikut,’ batin Nola mencibir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mbak Rin
lum flasback y mom
2022-11-02
1
fanzo
kok jahat ya
2022-10-30
1