Suara riuh terdengar di sana – sini. Pak Widjaya dan Bu Widjaya pun siap bertolak ke Prancis dengan penerbangan pertama. Keduanya sangat bahagia, akhirnya dapat menyaksikan anak kesayangannya memakai jubah hitam yang menjadi seragam wajib para wisudawan.
Sementara Nola sedang bersiap diri untuk sebuah rencana besar yang akan memporak porandakan kehidupan orang yang selama ini telah merawat dan memberikan pendidikan tinggi kepadanya.
Namun pemahaman yang di tanamkan Hutomo dalam pikiran Nola sangat berpengaruh besar baginya, sehingga dia mampu mengorbankan apa saja demi membalaskan dendamnya.
“Om, Aku mohon bantuan Om untuk membalaskan dendam ini. Agar mereka juga dapat merasakan apa yang telah aku rasakan selama ini. Dan Aku tidak akan membiarkan mereka hidup bahagia. Sementara Aku… Aku harus kehilangan keluargaku, Om,” pinta Nola penuh dendam.
“Kamu tenang saja, Nola. Om akan membantu mensukseskan keinginanmu. Jadi sekarang katakan apa rencanamu?” selidik Hutomo pada Nola.
Kemudian Nola pun secara gamblang menceritakan semua rencana jahatnya untuk keluarga Widjaya. Dan akhirnya mereka menyetujui sebuah perjanjian yang sebenarnya hanya akan menguntungkan Hutomo.
Setelah selesai, Nola pun langsung pamit pulang dari kediaman Hutomo.
‘Gadis bodoh!! Mau – maunya Aku bohongi,’ pekik Hutomo dalam hati saat memandangi kepergian Nola dari hadapannya. Dia pun tertawa lebar, menggelegar hingga seisi rumah.
Satu minggu berlalu. Kini Reisya kembali ke rumah bersama kedua orangtuanya. Nola pura – pura bersikap baik untuk menyambut kepulangan sang adik dengan gembira.
Tin.. Tin..
Suara klakson mobil terdengar sampai ke telinga Nola yang sedang berada di kamar. Kemudian dia cepat – cepat berlari menyambut mereka.
“Mbok.. Mbok, biar Nola aja yang buka pintu,” titah Nola sambil berlari mendahului Mbok Ana. Mbok Ana pun tersenyum lebar.
‘Non Nola benar – benar sudah kembali seperti dulu,’ batin Mbok Ana sambil mengekori Nola dari belakang.
Nola langsung membuka lebar – lebar pintu rumahnya menyambut Reisya, Pak Widjaya dan juga Bu Widjaya.
“Welcome home Adik kakak tercinta…. Happy graduation. Akhirnya lulus juga ya,” sambut Nola sambil membentang lebar kedua tangannya, siap memeluk Reisya.
Reisya lebih tersenyum bahagia saat melihat sang Kakak telah kembali seperti dulu.
“Kak Nola…..!!” teriak Reisya sambil memeluk erat tubuh Nola.
Keduanya pun saling melepas rindu, meski rindu Nola tak seperti dulu. Namun masih ada serpihan rindu untuk Reisya.
Nola menggandeng tangan Reisya dan menggriringnya ke ruang tengah. Ruang keluarga dimana mereka dulu sering bermain dan berkumpul bersama.
“Mbok, ambilkan minuman buat Reisya,” titah Nola pada Mbok Ana.
“Baik, Non. Tunggu sebentar, ya,” sahut Mbok Ana sambil melangkah ke dapur.
Nola dan Reisya pun saling bertukar cerita. Sesaat Nola melupakan dendamnya, ia ngobrol seperti biasanya ketika dendam belum menyelimuti hatinya. Pak Widjaya dan Bu Widjaya pun bernafas lega melihat keakraban yang terlihat di depan mata saat ini.
“Sudah yuk, Pa. Biarkan mereka saling melepas rindu. Udah lama juga, kan?”
“Iya, Ma.”
Kedua orang tua paruh baya itupun segera ke kamarnya dan ingin segera beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang yang cukup melelahkan.
Sore pun berganti malam, rasanya kedua kakak beradik itu belum puas melepas rindu mereka.
Setelah Nola menyadari tujuannya kembali. Ia sengaja ingin mengorek informasi apapun dari Reisya untuk menjalankan aksinya.
Nola mengajak Reisya tidur bersamanya dan terus mengajak Reisya bercerita. Menanyakan semua rencana tentang pernikahannya.
Nola berusaha menarik simpati Reisya untuk ikut membantu persiapan pernikahannya dengan Aaric. Dengan senang hati dan tanpa kecurigaan sedikit pun Reisya mempercayakan pada sang Kakak.
Nola berencana mengajak Reisya menemui wedding organizer, agar acaranya dapat berjalan dengan baik sesuai perencanaan.
“Menurut Kakak sih, pakai jasa WO saja, jadi kita tidak terlalu repot urus sana – sini. Kakak bisa kok nemenin Kamu.”
“Boleh juga sih, Kak. Tapi Aku akan meminta pendapat Mas Aaric juga. Takutnya dia merasa di abaikan.”
“Oh, ya harus dong,” sahut Nola.
Hari – hari berlalu. Aaric dan kedua orang tuanya juga sudah datang ke rumah keluarga Widjaya untuk menentukan tanggal pernikahan Reisya dan Aaric.
Mereka pun melakukan segala persiapan untuk hari H mereka. Mulai dari WO, cetak dan sebar undangan bahkan menu untuk para tamu, dan Nola selalu membantu mereka, selalu pergi bersama Reisya dan Aaric.
Hari ini mereka pergi untuk fitting baju.
“Kak, maaf ya. Jadi merepotkan Kakak. Harus ikut bersama kami kesana – kemari,” pungkas Aaric sambil mengemudikan mobilnya.
“Kakak nggak merasa di repotkan kok. Lagian hanya ini yang bisa Kakak lakukan untuk kebahagiaan adik Kakak tercinta,” cetus Nola dengan senyum palsu.
“Makasih ya, Kak,” sahut Reisya.
Akhirnya mereka sampai di butik pengantin yang bekerjasama dengan WO yang mereka datangi. Lalu mereka masuk dan segera menemui pemiliknya.
Reisya dan Aaric diajak untuk memilih dan langsung mencoba pasangan gaun dan jas yang akan mereka kenakan di hari bahagia mereka nanti.
Reisya memilih gaun yang berwana coklat muda keemasan. Lalu ia mencobanya, begitu pula dengan Aaric.
Semua mata memandang takjub saat Reisya dan Aaric keluar dengan memakai setelan baju pengantin.
Nola pun tak lupa untuk mengabadikan momen indah itu.
“Rei, foto dulu yuk.., Kamu cantik banget. Sesuai dengan pasangan Kamu yang juga handsome,” pujin Nola sambil memetik beberapa foto.
“Bagus, kan?” tanya Nola menunjukkan hasil jepretannya.
“Kalau Kak Nola yang pakai baju pengantinnya pasti terlihat cantik juga,” celetuk Reisya.
Reisya pun mendekati pemilik butik. Meminta izin untuk memakaikan Nola baju pengantin.
“Kak, izin ya. Aku ingin foto bersama Kak Nola dengan gaun pengantin. Boleh ya.”
Sang pemilik butik akhirnya mengizinkan Nola memilih salah satu gaunnya untuk di pakai.
“Kak, ayolah. Aku ingin kita foto bersama seperti ini,” ajak Reisya sambil menunjukkan salah satu baju contoh pengantin kembar.
“Tapi, Rei..,” tolak Nola. Namun Reisya tetap memaksanya. Akhirnya Nola pun menuruti permintaan Reisya.
Beberapa menit kemudian, Reisya dan Aaric dibuat kagum oleh Nola yang sangat memukau dengan gaun pengantin yang sedikit menunjukkan belahan dadanya. Kemudian Reisya meminta Aaric untuk mengambil foto mereka berdua.
“Hmm, bagaimana jika kalian foto bersama?” ujar Reisya menarik lengan Aaric dan Nola.
“Rei, nggak lucu ah,” ucap Aaric.
“Mas, Cuma sekedar foto. Lagian Kamu cintanya cuma sama Aku, kan? Bukan sama Kak Nola,” sanggah Reisya.
‘Bener sih, cuma Kamu seorang. Ya, nggak munafik juga.. Nola terlihat cantik dan seksi,’ monolog Aaric sesaat sambil tersenyum.
Setelah foto beberapa kali jepretan. Mereka kembali memakai baju mereka. Setelah semuanya tuntas, mereka segera keluar dari butik itu. Sesampainya di luar Nola meminta izin pada Aaric untuk membawa Reisya ke suatu tempat.
“Ric, Aku izin bawa Reisya, ya. Nanti biar pulangnya Kami naik taksi saja,” pamit Nola meminta izin.
“Biar Aku antar aja, ya. Kalau kalian nggak mau Aku tunggu, ya sudah, nggak apa – apa.”
“Um.. boleh lah. Kita cuma mau ke spa aja kok,” sahut Nola.
Reisya sedikit bertanya dalam hatinya, sejak kapan Nola suka pergi ke spa. Namun begitupun Reisya mengikuti permintaan Kakaknya. Ya. Hitung – hitung balas jasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
takut reisya di apa2in apalagi sampe di lecehkan ...
2022-10-31
1