...🍀🍀🍀...
Di ruangan yang terlihat seperti ruangan kelas, terlihat beberapa mahasiswa tengah duduk memperhatikan kelas mereka. Namun salah seorang diantara mereka tertidur dan kepalanya bersandar diatas meja.
"Lepaskan aku Lucifer! Lepaskan!" teriak seorang gadis berkacamata bulat dengan mata terpejam. Dia duduk di sebuah kursi berwarna putih, disana tak hanya ada dia saja, tapi juga ada beberapa orang berpakaian casual duduk di kursi mereka masing-masing.
Mereka menatap gadis berkacamata bulat dengan tajam, tampaknya gadis itu sedang mengigau didalam tidurnya.
"Aurora Lisbell Alden!" teriak seorang wanita yang berdiri didepan kelas dengan suara lantangnya dan membangunkan gadis bernama Aurora itu.
Aurora membuka matanya lebar-lebar saat mendengar suara yang bisa merusak gendang telinganya. Ya itu adalah suara dosennya di kelas. Aurora Lisbell Alden, adalah seorang mahasiswi tingkat akhir, penampilannya culun, selalu sederhana, tapi dia adalah mahasiswi yang cerdas terbukti karena dia adalah mahasiswi yang masuk ke universitas mahal tersebut dengan beasiswa tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, kecuali uang untuk mengerjakan tugas.
"Lagi-lagi kau tidur di dalam kelas!" tegur dosen wanita berwajah garang itu kepadanya. Disertai dengan atensi tajam pada Aurora.
Beberapa mahasiswa disana menatap Aurora dengan tatapan sinis dan tajam. Sebagian dari mereka juga terlihat meremehkan gadis itu, ya mungkin karena penampilannya yang terbilang kampungan.
Tapi ada satu orang menatapnya dengan iba dan terlihat akrab dengannya. Orang itu duduk tepat disampingnya, ia adalah Gweny sahabat baik Aurora.
"Maafkan saya Miss Maria, saya tidak bermaksud untuk--" Aurora memperbaiki kacamatanya, ia menundukkan kepalanya dan terlihat bingung bagaimana menjelaskannya.
"Sudahlah! Kau perhatikan saja pelajarannya, saya tidak mau kau menganggu mahasiswa yang lain. Hem...jangan mentang-mentang karena kau adalah anak kesayangan Mr. Chris, kau jadi sombong dan seenaknya begini, saya tidak suka."
Seketika darah Gwen mendidih mendengar ucapan dosennya itu. "Maaf ya Miss Maria, Aurora itu--"
Aurora memegang tangan Gwen dan mengisyaratkan kepada sahabatnya untuk diam saja. "Gwen...jangan."
"Haaahh..." Gwen menghembuskan nafasnya dengan kasar dan dia kesal sekali pada dosen nya yang bernama Maria itu.
Usai mata kuliah interior desain program berakhir, semua mahasiswa mulai bubaran dan keluar dari kelas itu. Kecuali Gwen dan Aurora, mereka berdua masih berada di dalam kelas.
Aurora merenung sambil memegang dadanya, raut wajahnya tidak dapat di gambarkan oleh kata-kata. Bingung, sedih, hampa menjadi campur aduk dan hatinya berkecamuk.
Setiap aku memimpikannya, aku selalu saja menangis. Aku selalu saja merasa rindu, kadang aku bahagia dan kadang aku merasa sedih, aku merasa seperti ada yang hilang didalam hidupku. Tapi apa?
Gwen memberikan tisu kering pada sahabatnya karena ia melihat ada pipi Aurora yang basah. "Kau selalu saja menangis ketika bermimpi. Apa kau memimpikan Calista dan Lucifer lagi?" tanya Gwen cemas, temannya itu sering bercerita bahwa dia selalu memimpikan sepasang kekasih yang salah satunya mati karena di hukum oleh sang penguasa bumi.
"Iya Gwen, entah kenapa aku merasa bahwa mimpi itu adalah potongan-potongan kisah antara Calista dan Lucifer. Entah kenapa Aku merasa bahwa aku seperti Calista. Sungguh mimpi yang aneh karena pria bernama Lucifer itu sangatlah tampan!" Aurora tersenyum manakala dia melihat bagaimana tampannya pria bernama Lucifer itu didalam mimpinya.
Plakk!
Sebuah buku melayang ke kepala Aurora dari tangan Gwen. "Aduh....sakit..." rengek Aurora kesal pada temannya, sambil memegang kepalanya.
"Sudah jangan membahas mimpimu dulu, lebih baik sekarang kita pergi ke perusahaan Maxton desain. Hari ini kita harus menyerahkan formulir magang kita ke perusahaan itu sebelum jam kerjanya habis." tutur Gwen mengingatkan sahabatnya tenang
"Ah ya! Kau benar juga Gwen, aku hampir saja lupa...ini sudah pukul 3 sore. Sebaiknya kita bergerak sekarang!" Aurora segera merapikan rambut lalu memakai kacamatanya kembali. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya bersamaan dengan Gwen.
Mereka membawa tas gendong lalu bergegas pergi meninggalkan kelas itu. Berbeda dengan Aurora yang berasal dari kalangan bawah, sedangkan Gwen, dari penampilannya saja semua orang sudah tau bahwa gadis itu berasal dari kalangan atas. Dia berteman dengan Aurora dari sekolah dasar karena hanya Aurora yang berteman tulus dengannya tanpa memandang harta.
Aurora dan Gwen masuk ke dalam mobil mewah milik Gwen, mobil sedan berwarna merah. Mereka pun pergi ke perusahaan Maxton desain yang akan menjadi tempat magang mereka dan menyelesaikan tugas akhir alias skripsi.
"Gwen! Apa kau mau membunuhku? Kenapa jalannya kencang sekali?" tanya Aurora sambil berpegangan pada jok mobil dengan panik. Gwen melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Tadi kau bilang kita tidak boleh terlambat! Jadi aku ngebut saja!" kata Gwen yang masih memakai kacamata hitamnya, dia terlihat sangat keren dan berbeda dengan temannya yang sederhana itu.
"Ya...tapi tidak usah begini juga, utamakan keselamatan...oke?" kata Aurora dengan suara yang gemetar.
"Haha...kau tenang saja dan tidak usah takut, bersama Gweny penguasa jalanan...semua aman!"
Tiba-tiba saja Aurora berteriak dan membuat Gweny mengerem mendadak. "Aurora ada apa?" tanya Gweny.
"Apa kau tidak lihat lampu merah untuk pengendara dan hijau untuk pengguna jalan?" tunjuk Aurora pada lampu rambu-rambu lalu lintas di atas sana. Gweny pun langsung meminta maaf karena keasyikan ngebut dan tak melihat rambu-rambu itu. Dia berterima kasih pada Aurora karena sudah mengingatkannya.
Terlihat seorang nenek-nenek berjalan memakai tongkat ditengah jalan dan nenek yang buta itu terjatuh. "Aduh!"
Aurora yang baik hati segera turun dari mobil mumpung lampu masih merah. Gweny hanya tersenyum melihat sahabatnya yang begitu lembut dan baik hati.
Gadis itu menghampiri si nenek dan menolongnya, membantu nenek itu untuk menyebrang jalan.
"Nenek tidak apa-apa? Apa nenek terluka?"
"Saya baik-baik saja, terima kasih nona." ucap si nenek itu sambil tersenyum.
"Ya, kalau begitu saya kembali dulu ya nek. Nenek hati-hati di jalan ya."
"Iya...anak yang baik. Nenek doakan supaya kau mendapatkan kebahagiaanmu di kehidupan kali ini." kata nenek itu sambil mengulas senyum di wajah keriputnya.
"Terima kasih doanya nek." sahut Aurora seraya tersenyum manis. Kemudian dia kembali berjalan menuju ke mobil Gwen. Ia melewati beberapa mobil mewah yang masih menunggu lampu hijau disana.
Seseorang yang berada di dalam mobil berwarna hitam, melihat Aurora dengan atensi tajam. Matanya yang berwarna hitam itu melebar manakala ia melihat Aurora.
"Calista! Apa itu kau? Calista!"
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
T. L. Handayani
Calista n Lucifer itu memang sepasang ya kak🤭 maaf beneran ga tau, kok sering denger aja😇
2022-12-01
1
👑Lian Siyue👑
akhirnya nyangkut disini jg sambil nungguin as ma ariana up lg sekalian read yg ini bikin penasaran othor mah😄😄
2022-11-15
2
Arina Nugraha
jadi iblis dan manusia ya kak? kayak Camelia kainer👍👍 bagus kak
2022-11-05
1