Ch. 4. Rumah Baru

"Ini di mana Mom?" Tanya Gara pada saat mereka baru turun dari mobil yang mengantar mereka ke sebuah perumahan. Hal yang sangat asing bagi bocah lima tahun itu.

Dengan senyuman yang lembut, Killa menatap putra semata wayangnya. "Kita ada di rumah baru kita, Boy." Ujarnya sembari mengusap penuh sayang puncak kepala Gara.

Kemudian Gara menatap ke depan, di mana rumah yang pencahayaannya remang tersebut, karena lampu belum dinyalakan.

"Tapi kenapa seperti rumah hantu, Mom? Gelap gitu," tanyanya lagi.

Memang, anak seusia Gara masih mempunyai rasa ingin tahu terlalu besar. Wajar saja jika bocah itu bertanya seperti itu. Di tambah lagi ini merupakan tempat asing baginya.

"Kan belum dinyalakan lampunya. Kalau begitu, kita masuk saja, ya? Capek kan? Kita langsung istirahat saja setelah ini. Sudah dibersihkan kok tempatnya. Pasti Gara suka sama kamar yang sudah Mommy persiapkan untuk kamu," ucap Killa senang ketika melihat putranya tersenyum. Itu artinya Gara tidak mempermasalahkan tempat tinggal mereka saat ini.

"Ayo, Mom!" Ajaknya begitu antusias.

Kemudian mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Beruntungnya, orang yang bertugas untuk membersihkan rumahnya sekarang ini meninggalkan kunci di bawah pot bunga yang terletak di samping pintu masuk.

Killa pun menyalakan lampu agar bisa mempermudah penglihatan mereka. Memindai seluruh ruangan yang terlihat bersih dan rapi. Tata letak barang juga sesuai dengan keinginan Killa.

Sementara itu, bocah berusia lima tahun itu langsung menanyakan letak kamarnya. Tentu, Killa menunjukkan di mana letak kamar Gara.

Killa memang sengaja memilih bangunan rumah hanya berlantai satu. Karena takut jika terjadi sesuatu pada anaknya yang super aktif di usianya saat ini.

Gara begitu senang melihat kamarnya yang didekorasi seperti rumah bermain. Banyak figur robot kesukaannya di sana. Membuat bocah laki-laki itu langsung nyaman dengan kamarnya.

"Berarti sebentar lagi kita akan tinggal bareng Daddy, kan Mom?" Tanya Gara sambil lompat-lompat di atas kasurnya yang sangat empuk.

Dek!

Pertanyaan Gara membuat jantung Killa sempat berhenti berdetak seketika. Ia lupa kalau pernah berucap pada putranya bahwa mereka akan tinggal bersama ayahnya Gara jika sudah tinggal di Indonesia.

Meskipun Gara belum mengerti ini di negara mana, satu hal yang bocah itu tahu. Yakni sekarang ini mereka berada di tanah kelahiran mamanya. Sehingga Gara menagih janji yang sudah mamanya itu katakan jauh-jauh hari sebelum mereka berencana pulang kesini.

"Kenapa, Mom? Jangan bilang kalau Mommy mau ingkar lagi?" tanya Gara dengan tatapan penuh selidik.

Bukan karena apa bocah itu melayangkan sebuah protes. Pasalnya, setiap kali Gara menanyakan keberadaan sang ayah, mamanya itu selalu saja mengalihkan topik pembicaraan mereka. Terkadang juga hanya mengucap janji tanpa pernah ditepati.

Sampai-sampai janji yang terakhir ini terucap, membuat Gara berhenti menanyakan keberadaan sang ayah. Sebab bocah itu akan menagihnya jika mereka sudah pindah tempat tinggal, dan saat inilah waktu yang sangat tepat.

"Ah, bukan seperti itu, Boy. Tapi kamu tahu sendiri, kalau Daddy selama ini tuh sibuk. Jadi belum bisa hubungin ataupun temuin kita. Apalagi kalau tinggal bersama. Tunggu waktu yang tepat dulu, ya? Nanti Mommy bakalan ngomong sama Daddy," bujuk Killa pada putra semata wayangnya.

Entah, bagaimana bisa ia berkata seperti itu. Yang pasti, untuk sekarang Killa merasa tenang. Karena putranya itu tidak mendebatnya lagi.

Killa sudah kehabisan alasan untuk mengelabuhi putranya perihal kebenaran yang terjadi. Tetapi, mau bagaimana lagi jika dirinya saja tidak tahu siapa ayah kandung dari anaknya itu. Hanya wajahnya saja yang samar-samar ada dalam ingatannya.

Kalau memang keadaan masih berlanjut, Killa akan berterus terang jika adanya Gara dalam hidupnya itu merupakan hasil dari hubungan semalamnya dengan pria asing.

***

Sementara itu masih di negara yang sama, hanya saja kota yang berbeda. Tampak seorang pria yang tengah menikmati seputung rokok yang ada di tangannya. Tatapan pria itu tampak kosong, mengarah ke depan. Entah, apa yang ada di pikirannya saat ini. Namun yang jelas, jika dilihat dari cara tatapan pria itu tengah memiliki sebuah beban.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan wanita itu?" tanya pria itu tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun.

Sementara seseorang yang baru mendekat ke arahnya itu menghela napas. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari keberadaan sesorang yang dicari selama lima tahun ini oleh bos mereka, akan tetapi hasilnya nihil.

"Ck! Kalian tidak bisa menemukan dia?" tebak pria itu lalu mematikan putung rokonya di tempat yang ada di atas meja.

Terdengar pria itu menghela napas, lalu beranjak dari tempatnya. Membenarkan handuk yang dia pakai, untuk kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan. Di mana di atas tempat tidurnya ada seorang wanita yang tengah terlelap di balik selimut tanpa memakai baju.

Semenjak kehilangan wanita yang mampu membuat hatinya tergerak, pria itu selalu melakukan kegiatan panas dengan wanita lain. Meskipun itu tidak sampai tuntas. Karena pria itu sesungguhnya tidak bisa lagi menikmati kegiatan bercinta dengan wanita lain. Sebab selalu terbayang dengan wajah wanita yang lima tahun lalu ia renggut keperawanannya.

Tidak hanya itu saja yang mengganjal di hati pria itu. Setelah mengetahui cerita sesungguhnya mengenai wanita yang melakukan hubungam semalam dengannya di pulau Bali tersebut, pria itu merasa bersalah yang teramat sangat.

"Sudah lima tahun, tetapi kau belum juga kembali. Apa kau bahagia di tempatmu sekarang? Tidak adakah yang menorehkan luka di hatimu lagi?" lirih pria itu sembari menatap sebuah kalung yang ada di tangannya.

Ya, kalung itu milik wanita yang ia setubuhi pada lima tahun lalu. Tanpa sengaja terlepas dari pemiliknya dan menjadi kenangan pahit untuk pria bernama Stevano.

"Aku sengaja menetap di negaramu, hanya untuk menunggu kepulanganmu," lanjutnya lagi dengan tatapan yang begitu sendu.

Meremas kalung itu, kemudian menyimpannya lagi di sebuah kotak kecil beludru berwarna merah. Lalu menaruhnya ke dalam laci yang ada di samping tempat tidurnya.

Mendengar ada sebuah suara gesekan, membuat wanita yang semulanya terlelap di atas tempat tidur, pun membuka matanya dengan sempurna. Menatap penuh damba pada pria yang tengah duduk di pinggiran ranjang.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apa masih kurang service yang aku berikan?" tanya wanita itu dengan nada yang begitu manja.

Tidak hanya itu, wanita yang tubuhnya dalam keadaan polos tersebut tanpa canggung langsung memeluk Stevano dari belakang.

Stevano tampak terdiam, sebelum berucap kalimat yang begitu menohok di telinga wanita itu.

"Ambil uangmu dan segeralah pergi dari sini. Aku tidak mau melihat wajahmu dalam lima menit." ucap Vano, sapaan akrab pria itu tanpa melihat ataupun membalas pelukan wanita itu. Membuat mulut wanita itu menganga, tanpa berani membuka suaranya untuk melayangkan sebuah protes.

Tanpa banyak bicara lagi, wanita itu langsung menuruti perintah Stevano. Pergi meninggalkan kamar sembari memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

nasip ya jadi jalang, hbs di pakai, di usir gitu aja😞😞😞

2024-03-13

1

Miss Typo

Miss Typo

semoga setelah ketemu dgn Killa jg Gara, Vano berhenti bermain wanita

2023-06-05

0

Puspa Trimulyani

Puspa Trimulyani

harusnya jgn celup sana celup sini🤭

2023-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!