Ch. 3. Pulang

Lima tahun kemudian.

"Kamu beneran yakin mau pulang ke negara kamu?" Tanya seorang pria sembari membantu memgemas pakaian wanita yang dia tanya.

"Memangnya kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaan dari pria tersbut, wanita itu justru melemparkan pertanyaan lain.

Pria itu un mengedikkan bahu. Menatap aneh pada wanita yang selama lima tahun ini tinggal dengannya. Bahkan, mereka melewati kesulitan bersama di tahun pertama tinggal di negara ini.

"Aneh saja. Kamu dulu ngebet banget mau pergi dari sana. Seolah sudah seperti nggak akan balik lagi. Eh, ini baru dapat lima tahun aja udah ngebet pulang."

Entah itu sebuah cibiran atau protesan dari pria itu. Karena memang apa yang dikatakan oleh pria itu benar adanya.

"Ya mau bagaimana lagi. Aku udah rindu sama tanah airku," desah wanita itu dengam raut wajah yang sendu. "Lagian itu yah, aku nggak bakal balik ke kota asalku, kok! Aku bakalan cari kota yang menurutku cocok untuk kutinggali bersama Gara." Lanjutnya lagi meyakinkan.

"Kamu yakin bakalan jauh-jauh dari keluarga lintahmu itu?" Pria itu seolah sangsi dengan apa yang barusan wanita itu katakan.

"Hust! Jangan bicara seperti itu!" Cegah wanita berwajah Asia tersebut.

"Lah, memangnya kenapa? Emang bener kan mereka seperti lintah?" Pria itu justru tidak terima jika wanita bernama Killa itu membela keluarganya. Ya, hanya keluarga angkat. Sebab Killa merupakan seorang yatim piatu.

"Tapi aku tuh dah syukur, karena mereka setidaknya mau rawat aku. Meskipun pada akhirnya aku juga dimanfaatin, sih." Cengirnya kemudian.

Jika mengingat perlakuan keluarga angkatnya itu, Killa memang merasa sangat marah. Akan tetapi Killa juga tidak melupakan mereka, karena telah mau merawatnya sedari usia lima belas tahun. Walaupun sebenarnya mereka hidup dengan harta peninggalan kedua orang tuanya.

"Nah, bener kan!" Seru pria itu dengan ekspresi yang sangat lucu.

"Sudah lah. Nggak usah gosip mulu. Lebih baik kita cepat selesaikan ini dulu. Karena aku dan Gara akan terbang jam tujuh malam nanti." Titah Killa menyudahi obrolannya mengenai keluarga yang ada di tanah air.

Mengetahui hal itu, pria setengah wanita itu langsung menghambur ke dalam pelukan Killa dan memeluknya begitu erat. Seolah mereka akan berpisah selamanya.

"Aku bakalan kangen sama kamu," ucapnya yang diiringi suara isakan.

Sulit memang berpisah dengan orang yang selama lima tahun ini hidup bersama. Menjalani suka duka bersama, bahkan Jesselyn ini yang selalu ada untuk Killa di saat wanita itu tengah berada dalam keterpurukan.

"Tenang, kita masih bisa bertemu, Jess. Aku akan mendirikan butik di sana, kamu bisa bantu-bantu aku nanti, jika aku kekurangan tenaga kerja." Tutur Killa sembari menepuk punggung Jesselyn supaya pria itu tidak berlarut dalam perpisahan mereka.

"Enak saja! Kamu pikir aku orang yang nganggur?" Semprotnya tidak terima. "Kalau aku kesana, siapa nanti yang akan make up-in artis-artis aku di sini?" Omelnya lagi.

"Ya tinggal kamu kasih ke Leonel, dong! Kan dia ngebet banget sama kerjaan kamu yang sekarang." Sahut Killa yang kemudian menutup kopernya dan ia taruh di ddkat pintu kamarnya.

"Enak saja! Jangan harap deh!" Sungut Jesselyn. Enak saja, kerjaan yang sudah ia rintis dengan susah payah, mau diserah terima begitu saja pada sepupu anehnya itu.

Killa tertawa melihat kekesalan di wajah Jesselyn. Memang, hubungan kedua sepupu itu tidak pernah akur. Selalu saja bersaing dengan cara yang aneh.

***

Sore harinya, Killa pun bersiap untuk berangkat ke bandara. Tidak lupa ia membawa serta merta anak semata wayangnya, Gara. Anak dari hasil hubungan satu malamnya dengan pria asing yang tidak Killa kenal sama sekali. Karena hal itulah, Killa memutuskan untuk pergi dari tanah air dan menetap di Eropa selama lima tahun demi menutupi kesedihannya.

Namun, saat ini Killa sudah bertekad untuk kembali ke tanah air dan akan menekan rasa di masa lalunya. Toh, ia akan tinggal di kota lain. Bukan di Surabaya ataupun di Jakarta. Kota penuh kenangan pahit bagi Killa. Terlebih lagi di Bali, di mana peristiwa malam itu terjadi.

"Apa kamu sudah siap tinggal di kota yang baru, Boy?" Tanya Killa pada sang putra. Saat ini mereka tengah menunggu Jesselyn mengeluarkan mobil.

"Tentu saja, Mom. Asal Gara selalu bersama Mom." Jawab bocah laki-laki yang begitu tampan dengan wajah bulenya tersebut.

Ya, wajah Gara memang lebih cenderung mirip pria yang menghamili Killa pada malam itu. Mau meskipun Killa sangat membenci pria itu, tetapi ia tidak bisa membenci putranya. Sebab, hanya dia yang Killa punya saat ini. Dialah penyebab Killa kuat menjalani hari-harinya yang tidak selalu berjalan mulus. Gara juga yang menjadi tujuan hidup Killa, dan memilih untuk tidak mengakhiri hidupnya, dulu.

"Itu sudah pasti, Sayang. Karena kamu hidup Mommy," sahut Killa sembari memeluk singkat tubuh Gara yang setinggi dadanya.

Sepertinya, Gara akan tumbuh menjadi pria yang tinggi dan bertubuh atletis. Melihat dari perawakan dia sekarang ini. Masih berusia lima tahun, tapi sudah setinggi dada Killa.

Kemudian mereka pun masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Jesselyn.

Menempuh beberapa menit, mobil yang dikemudikan oleh Jesselyn pun sampai juga di bandara. Mereka saling berpelukan, melepas rindu yang sudah menyapa. Padahal berpisah saja belum.

"Jangan rindukan aku ya, Kill. Baik-baik di sana. Jangan deket sama sembarang pria. Jangan lemah dan mau ditindas begitu saja sama betina lain. Pertahankan apa yang menjadi milikmu. Jangan terus kasihani orang yang salah. Jangan--"

"Stop!" ucap Killa menyela kalimat yang belum selesai diucapkan oleh Jesselyn.

Bisa-bisa ia akan ketinggalan pesawat kalau saja mendengarkan kalimat panjang Jesselyn. Sebab, pria itu akan terus mengoceh sampai berjam-jam lamanya jika sudah memberikan peringatan padanya.

"Kalau Uncle mengoceh terus, Gara kapan naik burung besinya?"

Bukan Killa yang melemparkan protes pada Jesselyn, melainkan Gara. Karena ini merupakan perjalanan pertama bocah kecil itu naik pesawat. Sehingga dia begitu antusias dan terlihat tidak sabaran.

Sedangkan Jesselyn yang disela dan mendapat protesan, langsung menekuk wajahnya.

"Inikan bentuk rasa sayangku pada kalian. Kenapa kalian tega banget, sih." Keluhnya dengan wajah yang sendu.

Melihat itu, Killa dan Gara kompak langsung memeluk pria setengah wanita itu. Memeluk lama, melepaskan rindu yang kelak menyapa.

"Ya udah, kalau begitu kita masuk dulu ya. Kamu baik-baik sama Leonel. Agar kelak bosa ke Indonesia bareng-bareng."

Killa mengurai pelukannya, lalu menepuk pelan lengan atas Jesselyn. Memberi senyuman terindahnya, lalu melambaikan tangannya dan berjalan menjauh.

Pun begitu yang dilakukan oleh Gara. Mengikuti apa yang Mommy-nya lakukan.

Jesselyn pun membalas lambaian tangan Killa. Sesekali mengusap pipinya yang sudah basah oleh air mata.

"Aku bakal susul kalian kesana!" Teriaknya. Sedang jarak mereka sudah jauh.

Killa menganggukkan kepalanya, untuk kemudian berjalan lebih dalam lagi.

Wanita itu menggandeng sang putra, hingga di dalam pesawat pun tangannya tak pernah lepas dari Gara.

Ada perasaan takut dan juga rindu. Namun, sebisa mungkin Killa harus tegar. Sebab ini sudah menjadi keputusan dirinya. Siap tidak siap harus menghadapi kenyataan yang ada di depannya nanti.

"Aku pulang." Gumamnya dalam hati, menatap ke bawah dikala sudah berada di kawasan langit yang tingginya ribuan mil dari daratan Indonesia.

Terpopuler

Comments

MommyRea

MommyRea

hadir Thor

2023-12-15

0

Mara

Mara

Gara dari bibit galah😁

2023-08-21

0

yohana fransiska atika sari

yohana fransiska atika sari

anakku itu umur 5th tinggi nya 125cm pas sedada ku

2023-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!