🌾🌾🌾🌾🌾
.
.
"Iya suruh saja langsung masuk!" titah si Presdir dari dalam ruangannya.
Setelah di bantu membukakan pintu ruangan CEO tersebut, oleh sekertaris nya sendiri. Ana langsung saja berjalan masuk dengan menundukkan pandangan matanya.
Sebelum sampai ke sofa tampat sang CEO mengobrol yang entah dengan siapa, karena Ana belum sampai disana. Wanita tersebut tidak henti-hentinya berdo'a agar dia jangan sampai menjatuhkan gelas kopi yang di pegang nya.
"Ha... ha... Apa kalian sudah lama tidak bertemu?" ucapan seseorang yang di dengar oleh Ana, saat dia hendak sampai di tepi sofa.
Ternyata suara yang di dengar nya tadi adalah suara CEO bersama kedua sahabatnya. Y... Ana memang tahu bahwa kedua laki-laki tersebut teman bos tempatnya bekerja.
Tapi dia belum pernah bertemu secara langsung, sama halnya dengan CEO itu sendiri. Jika tadi pagi dia tidak mengepel bagian lantai satu, yang kebetulan dekat lift khusus petinggi perusahaan. Maka Ana juga tidak pernah bertemu sedekat itu. Sampai-sampai dia hampir serangan jantung begitu melihat ketampanan bos nya.
"Permisi Tuan muda, maaf mengangu! Saya hanya mengantarkan kopi pesanan Anda." suara merdu Ana mengalihkan perhatian ketiga Pria tampan yang sedang mengobrol.
"I--i--ya, iya! Taruh saja di atas meja ini." jawab laki-laki yang bernama Arga tergagap begitu melihat Ana.
"Siapa gadis ini? Cantik sekali! Apakah dia hanya pegawai Clening Servis di perusahaan?"
Arga membatin begitu melihat ke arah Ana. Soalnya selama ini dia belum pernah bertemu dengan Clening Servis secantik Ana.
Tidak hanya Arga yang termangu melihat kedatangan gadis pengantar kopi. Tapi juga kedua sahabatnya.
"Gadis ini! Bukankah gadis yang aku peluk tadi pagi?"
Alvaro yang merupakan Presdir bertanya-tanya di dalam hatinya dan berusaha mengingat saat pandangan mata mereka bertemu sebelum dia membantu gadis itu berdiri.
"Ah... benar sekali, dia adalah gadis tadi pagi. Seragam mereka pun juga sama. Aku masih ingat tatapan matanya."
Alvaro terus menebak-nebak dan tidak menghiraukan kedua sahabatnya yang sama terpaku melihat gadis cantik di hadapan mereka bertiga. Tanpa Ana sadari kalau ketiga Pria di hadapannya sudah pergi ke alam tanya.
Sampai-sampai membuat Ana melihat ke kiri-kanan dan memperhatikan kearah pakainya mana tahu ada yang aneh. Tapi setelah dia perhatikan tidak ada yang aneh.
"Maaf Tuan, Tuan. Apa boleh kopinya Saya taruh sekarang?" sedikit tersenyum karena merasa aneh pada dirinya sendiri. Ana mengira ketiga Pria tersebut menjadi terpaku karena melihat penampilan nya yang aneh.
Padahal yang sebenarnya mereka sedang larut dengan pikirannya masing-masing. Antara percaya dan tidak bahwa ada pegawai Clening Servis secantik gadis di depan mereka bertiga.
"Tuan muda!" Pangil gadis itu untuk kedua kalinya dengan suara keras.
"Agh iya, sampai di mana tadi! Silahkan sampaikan persentase nya." seru Alvaro tersadar karena mendengar suara Ana yang nyaring di indra pendengaran nya.
"Maaf Tuan, Saya hanya ingin mengantarkan kopi bu--buka--bukaan mau menyampaikan persentase." cicit Ana tidak mengerti maksud dari sang CEO.
"Apa? Agh... Maaf Saya lupa! Soalnya tadi kami sedang pokus membahas pekerjaan." jawab Alvaro asal sehingga membuat kedua sahabatnya yang sudah kembali ke alam nyata, menahan tawanya.
Mereka tahu pasti Alvaro juga merasakan apa yang mereka berdua rasakan. Hanya saja Alvaro merasa malu sudah salah bicara. Ana saja yang tidak tahu kalau ketiga pemuda itu salting sendiri melihat kecantikannya yang alami.
"Letakan saja di sini." tunjuk Rizki pada meja yang ada di hadapan mereka bertiga.
Ana hanya mengangguk kan kepalanya sebelum melangkah mendekati meja. Gara-gara ketiga pemuda itu kegugupan gadis tersebut hilang dengan sendirinya. Jadi dia berjalan dengan sopan dan meletakan ketiga gelas kopi pada meja kaca di hadapan pria yang menjadi kekasih khayalan Ana selama empat bulan belakangan ini.
Sedangkan ketiga pemuda itu memperhatikan apa yang Ana lakukan. Menurut ketiganya, walaupun hanya gerakan meletakkan gelas kopi, tapi tetap keren di mata mereka.
"Apakah dia memiliki jurus saat meletakkan kopinya? Kenapa sepertinya sangat keren sekali?"
Arga kembali lagi tersenyum sendiri sambil menatap Ana dengan lekat.
"Kalau begitu Saya permisi Tuan muda... semuanya." pamit Ana hendak berdiri dan pergi dari sana, karena pekerjaannya menyampaikan amanah kopi sudah di laksanakan. Meskipun itu bukanlah bagian dari pekerjaan nya.
"Tunggu dulu!" suara Alvaro menghentikan tubuh Ana yang hendak membalikkan tubuhnya.
"Iya, Tuan muda!" sahut gadis itu melihat kembali ke arah ketiga nya.
"Itu, itu, apa namanya! Kenapa Kau yang mengantar kopinya? Bukannya tugas mu bukan mengantar kopi tapi---"
Alvaro tidak melanjutkan ucapannya, karena merasa tidak enak menyebutkan kalau gadis itu hanyalah tenaga kebersihan. Ana yang mengerti pun langsung menjawab dengan tersenyum kecil.
"Benar Tuan muda, ini memang bukanlah pekerjaan Saya. Saya cuma tenaga kebersihan di sini. Tapi kebetulan Saya cuma mengantikan barista yang tidak bisa mengantarkan kopinya."
Tidak malu Ana menyebutkan pekerjaannya. Meskipun dia diam-diam menaruh hati pada sang CEO. Tapi tetap saja gadis itu masih sadar siapa dirinya dan siapa orang yang dia sukai.
"Sungguh gadis hebat, dia tidak malu menyebutkan pekerjaannya. Ana... apa itu adalah namanya? Aaghk sepertinya aku harus sering-sering datang ke sini. Mana tahu bisa mendekati nya, sepertinya juga dia masih gadis."
Rizki kembali lagi berbicara di dalam hatinya. Sungguh dia benar-benar sudah terpana pada Ana begitu melihatnya.
"Baiklah kalau begitu Kau boleh pergi." ucap Alvaro yang bingung kenapa dia harus bertanya pada gadis itu. Padahal sebelumnya dia tidak pernah menanyakan kehidupan para pekerja di perusahaan miliknya.
"Iya Tuan, Kalau begitu Saya permisi." dengan hormat Ana meninggalkan ruangan tersebut. Namun, saat tangannya ingin membuka pintu. Namanya di pangil oleh Rizki yang berjalan kearahnya.
"Ana! Itu nama mu?" meskipun sudah tahu Rizki tetap bertanya, karena dia ingin mengenal lebih dekat gadis yang sudah berhasil mengetarkan hatinya. Diantara mereka bertiga memang hanya dia yang belum memiliki kekasih.
Tapi memiliki teman dekat yang dia sukai dari dulu. Hanya saja sekarang wanita itu sedang meneruskan kariernya di luar negeri. Kesibukan keduanya dan jarak yang jauh membuat hubungan mereka semakin jauh.
"Iya betul nama Saya Ana." jawab Ana kembali lagi melihat kearah Rizki.
"Rizki! Kenalkan itu nama ku." langsung mengulurkan tangannya kearah Ana yang terdiam di tempatnya. Antara percaya dan tidak, bagaimana mungkin pemuda setampan itu mengajaknya berkenalan.
Dengan ragu-ragu Ana menyambut uluran tangan untuk saling memperkenalkan diri mereka masing-masing.
"A--ana, nama Saya Ana Rehana." menjawab seperti orang takut.
"Tidak perlu sepormal itu. Pangil saja Rizki. Apa kita bisa berteman?" tidak menunggu waktu pendekatan, Rizki langsung menawarkan pertemanan pada Ana, karena telat sedikit saja, dia takut kedua sahabatnya yang bertindak duluan.
"Si Rizki sejak kapan dia yang duluan mengajak seorang gadis berkenalan lebih dulu?"
Arga kembali membatin di dalam hatinya. Namun, berbeda dengan Alvaro. Tanpa sadar dia menggertakan rahangnya. Entah mengapa dia tidak suka Rizki mengajak Ana berkenalan. Padahal gadis tersebut bukan siapa-siapa dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
istripak@min
visual donk author syangg
2024-07-08
1
Seuntai Kata
Ana, wanita yang cantik. Emm, bagaimana yah rupanya 🤔
2022-10-30
2
Seuntai Kata
Oh ini yah.😮
2022-10-30
1