Di sebuah mansion besar di kota Hiroshima Jepang, terjadi keributan antara anak dan ayah. Dia adalah Fuji Chisako Orochi dan Eiji Orochi.
Prank...!!! (Guci itu pecah akibat Eiji yang mendorong tubuh Fuji ke arah guci)
"Dasar anak tak berguna! Seharusnya kau merasa beruntung, bisa naik ke ranjang Tuan Max. Bukannya malah melukainya bodoh!" pekik pria berusia setengah abad itu dengan lantang. Dia adalah Eiji yang memiliki perawakan tampan dengan wajah Jepang asli—ayah dari Fuji.
Fuji bangkit berdiri dan berjalan perlahan ke depan. Dengan tegas dan tatapan tajamnya, dia tersenyum remeh. Lantas ia membalas ucapan ayahnya, "Lalu siapa yang berguna menurutmu, Ayah? Dia?! Hahaha, dia hanya seorang ja-lang! Kenapa kau tidak suruh dia saja, untuk merangkak naik ke ranjang Tuan Max si bau tanah itu?"
Fuji menunjuk seorang wanita yang sedang menangis di belakang ayahnya dengan wajah dingin yang menyiratkan kebencian. Ia sangat tau jika tangisan itu hanya akting seorang Ayumi Hinata Orochi—istri ayahnya. Lambat laun Fuji kembali tersenyum sinis menatap Ayahnya yang berjalan kearahnya dan menjambak rambutnya kebelakang.
"Tutup mulutmu anak terkutuk! Aku bahkan tidak pernah menganggap anak perempuan sepertimu anakku! Enyah kau dari sini! Anak pembawa sial!" Eiji menghentakkan tangannya hingga Fuji tersungkur ke lantai.
"Aku memang mau pergi dari rumah terkutukmu ini tua bangka! Kau sudah membunuh ibuku dan memilih ja-lang sialan ini! Tanpa kau suruh pun, aku akan pergi dengan senang hati." Fuji bangkit berdiri dengan tatapan tajamnya.
"Jangan harap kau keluar dari rumah ini! Kau akan ku nikahkan besok dengan Tuan Max. Jangan mencoba kabur lagi! Aku tidak akan segan-segan membunuh anak sepertimu!"
Tiba-tiba Fuji tertawa nyaring namun begitu memilukan. Ia berhenti tertawa dan menatap Eiji dengan tegas. Lantas ia berkata, "Aku pikir, setelah menemukanku, kau akan menyesali semua perbuatanmu dimasa lalu. Tapi ternyata pikiranku terlalu naif. Hanya demi harta ibuku, kau berusaha keras untuk menikahkan ku setelah menemukanku. Kau tidak malu!?! Bukankah kau juga punya harta yang banyak? Tapi masih ingin memiliki harta dari orang yang pernah kau cintai dan kau bunuh dengan sadis? Ck, kau terhasut rayuan ja-lang sialan gila harta itu bodoh!"
"Kau—" ucapan Eiji terhenti saat mendapati usapan lembut di punggungnya yang berasal dari tangan lembut istrinya—Ayumi.
Ayumi dengan wajah yang penuh air mata berbisik kecil pada Eiji, "Tenanglah, sayang. Aku tidak mengapa jika anak tidak tau diri itu menghinaku. Aku tidak mau penyakitmu kambuh. Tenanglah, okey!"
Eiji berjalan ke arah dinding yang tergantung sebuah katana (pedang yang dipakai oleh para pendekar samurai). Ia mengambilnya dan mengayunkannya ke depan seolah menunjuk mereka yang ada di sana. "Pengawal, jaga seluruh pintu masuk dan keluar. Jangan lupa seret juga wanita ini ke kamarnya. Perketat penjagaan! Karena besok aku akan menikahkannya dengan Tuan Max. Jangan biarkan dia kabur! Atau kalian yang akan merasakan katanaku!" ancamnya.
"Siap, Tuan!" jawab mereka serempak seraya melaksanakan tugasnya.
Fuji yang ditarik paksa, berusaha melepaskan genggaman pengawal tersebut. "Aku bisa berjalan sendiri! Singkirkan tangan kotor kalian!" Fuji menghempaskan tangannya dan menendang mereka hingga tersungkur. Ia kemudian berlari ke arah tangga dan naik menuju kamarnya.
Brak!
Fuji membanting pintu kamarnya seraya berjalan ke arah nakas. Wajahnya datar namun tanpa jelas menyiratkan kebencian serta kekecewaan yang mendalam. Ia membuka laci nakas, kemudian mengambil sebuah map berwarna coklat. Membuka map yang isinya berupa kertas.
Fuji menatap kertas tersebut seraya tersenyum miris. "Mereka akhirnya menemukanku setelah pelarian ku selama 13 tahun ini. Kupikir setelah menemukanku, ayah akan menyesali perbuatannya dimasa lalu. Ck... tapi ternyata, dia malah ingin menghancurkan anak kandungnya sendiri hanya demi harta. Ahh... aku muak dengan ini semua," ucap Fuji dengan air mata yang perlahan menetes dari pelupuk matanya.
"Setelah kejadian 13 tahun yang lalu, dan aku berhasil kabur dari mereka. Tapi mengapa mereka belum puas setelah membunuh Ibu di depan mataku? Dan sekarang mereka juga mau menguasai harta ibuku dengan cara menikahkanku," gumam Fuji. Ia menunduk menatap kertas di tangannya.
"Ibu, apa yang harus kulakukan sekarang? Mereka ingin menghancurkanku hanya untuk harta peninggalan Ibu," batin Fuji seolah ibunya bisa mendengarkan isi hatinya saat ini. Ia tak dapat menahan kesedihannya sekarang. Tetesan air matanya bahkan sudah mengalir membasahi kertas yang berisikan surat warisan ibunya yang menerangkan tentang pemindahan harta ibunya seluruhnya akan diberikan kepada Fuji dengan syarat sudah menikah atau memiliki anak/pewaris.
Surat warisan itu memang dipegang oleh ayahnya. Ia baru mengetahui semuanya setelah mencari tau maksud Eiji bersikap baik setelah menemukannya seminggu yang lalu. Eiji berhasil menemukan Fuji di kota Nagasaki setelah 13 tahun yang lalu melarikan diri.
Fuji pikir Eiji menyesali semua perbuatannya dengan berbuat baik padanya. Ia sudah akan berusaha menerima ibu tirinya itu jika itu memang yang terjadi. Tapi setelah ia menyelidikinya, ia malah menemukan fakta bahwa Ayumi menyarankan Harry agar membuat Fuji naik ke ranjang Tuan Max—salah satu partner bisnis Eiji. Hingga Fuji sendiri yang akan menyetujui pernikahan yang mereka atur karena telah ternodai oleh Tuan Max lebih dulu.
Mereka merencanakan ini seolah mereka bukan andil dibaliknya. Bahkan mereka berpikir setelah Fuji menikah, mereka akan mengelabuinya dengan menandatangani surat pemindahan harta ibunya kepada Ayumi dan Eiji. Sungguh serakah mereka berdua.
Fuji yang akhirnya mengetahui itu semua, mencoba mengambil berkas surat warisan ibunya di ruang kerja ayahnya dan menyimpannya di laci nakasnya. Lalu malam ini ternyata menjadi malam dimana rencana yang telah mereka susun itu terlaksana.
Fuji tentu saja berusaha kabur dari kamar yang di sediakan untuknya dan Tuan Max setelah sadar dari obat bisu. Bahkan ia berhasil melukai Tuan Max. Setelah berhasil kabur dari sana, ia malah tertangkap oleh pengawal ayahnya hingga diseret ke mansion dan terjadilah perdebatan tadi.
"Aku berharap, aku bisa tidur nyenyak malam ini, sebelum melakukan aksiku besok," gumam Fuji menghapus air matanya seraya meletakkan kertas di laci nakas. Ia juga mengambil ponselnya di sana, lalu mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Ting! Bunyi notifikasi dari ponsel Fuji. Ia kemudian menghela nafas dan segera menyimpan kembali ponselnya seraya merebahkan tubuhnya ke ranjang. Perlahan matanya terpejam bersamaan dengan air mata yang kembali menetes di mata kirinya.
Orang bilang, jika seseorang mengeluarkan air mata dari mata kirinya lebih dulu, artinya seseorang tersebut merasakan kesakitan yang mendalam. Begitulah perasaan Fuji sekarang. Dari dulu hingga sekarang ia belum merasakan apa itu kebahagian.
.
.
.
.
...****************...
Cletak!!! Akh... hikss... hiks... (Suara cambukan terdengar nyaring bersamaan dengan rintihan kesakitan dan tangis)
"Sakit, Ayah. Ampuni Fuji, Ayah. Fuji janji akan berlatih lebih keras, Ayah..." lirih Fuji menahan sakit.
"Kau harus dihukum! Dasar perempuan tidak berguna! Begitu saja lemah!" Eiji meninggikan ucapannya seraya terus mencambuk punggung kecil gadis berusia dua belas tahun itu.
Sementara dari ujung ruang, Alice berlari untuk menolong anaknya. "Tolong lepaskan Fuji, Eij. Tolong, dia hanya anak kecil. Jangan lampiaskan amarahmu padanya. Aku mohon... dia kesakitan... dia putri kita!" Alice Hilton berlutut memohon pada suaminya agar menghentikan cambukannya. Ia sangat tau, jika suaminya itu sedang emosi dan dibawa pengaruh alkohol.
Alice menangis, batinnya sungguh sakit melihat putrinya terluka di depan matanya. Ia memeluk kaki suaminya untuk menghentikan semua ini.
Rintihan kesakitan terus keluar dari bibir kecil Fuji. Ia hanya bisa menangis dan berdoa agar semuanya berakhir.
Sementara Eiji yang sangat emosi, tetap mencambuk putrinya. Lalu menghempaskan Alice yang ada di kakinya. Dengan wajah memerah, ia berjalan ke arah dinding dan mengambil katana yang tergantung.
Perlahan Eiji berjalan ke arah istrinya seraya menyeret katana yang terlihat sangat tajam dengan ujung runcing dan mengkilat. Ia menjambak rambut istrinya kebelakang dan menatap bengis wanita yang katanya sangat ia cintai.
"Kau tau Alice, aku sangat mencintaimu. Tapi sayangnya, kau membuatku kecewa dengan melahirkan anak perempuan itu. Jika seandainya kau melahirkan bayi laki-laki waktu itu, aku pasti akan selalu menjadikanmu ratu hatiku."
"Eiji, kumohon jangan melukai anak kita. Jangan menyiksanya anak kita, Eij. Lampiaskan semuanya padaku, jangan padanya. Kumohon... " lirih Alice dengan air mata yang mengalir dan wajah yang mendongak menatap mata suaminya karena tarikan rambutnya.
"Aku juga muak dengan kalian berdua. Jadi tenang saja, Sayang. Aku pasti akan melampiaskan semuanya padamu. Dengan cara—" Eiji menjeda ucapannya sebelum melayangkan katana di tangannya.
"Membunuhmu... " sambung Eiji dengan nada rendah yang ditekan.
Sring!
"Tidak! Tidak! Hiks... hiks..." teriak Fuji hingga suaranya menggema memenuhi kamar. Keringat dingin membasahi wajahnya. Nafasnya tersengal, jantungnya berdebar kencang. Ia terduduk di atas kasur seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Mimpi itu selalu menghantuiku selama tiga belas tahun. Kapan aku bisa tidur nyenyak tanpa mimpi buruk ini? Hiks... Ibu... aku merindukanmu," gumam Fuji disela tangisnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🍾⃝ͩғᷞʟͧᴏᷠɴͣ🦚⃟🎮
sabar fuji pasti akan ada kebaikan dlm hidupmu nanti
2022-12-20
1
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
Kasar banget sih apa mungkin emng gitu didikan ortunya🙄
2022-12-20
2
🌸Santi Suki🌸
😭😭 nyesek ya. Aduh Thor kamu bikin aku berkaca-kaca
2022-12-20
2