Chapter 4

Hari Jumat malam, rumah Alice dipenuhi anak-anak seusianya.

"Selamat ulang tahun, Alice."

"Hai, Shannon. Kau terlambat. Semua orang sudah datang."

Shannon Meyer melangkah memasuki ruang depan. Terdengar dentaman kencang musik dari ruang sebelah, diikuti suara tawa. "Sepertinya aku datang tepat pada waktunya," Shannon berkata, kemudian mengulurkan sebuah kotak persegi berbetuk pipih yang dibungkus kertas tisu merah-biru ke arah Alice. "Hadiahmu," katanya. "Ini mobil," Shannon menambahkan. "Kurasa kau perlu dua."

"Jangan sebut-sebut soal mobil baruku," Alice memprotes seraya membelalakkan matanya, memelototi Shannon. "Baru berumur dua hari dan sekarang sudah masuk bengkel."

"Sudah ketemu apa yang tak beres pada setirnya?" Shannon bertanya.

"Belum," jawab Alice masam. "Mereka tidak menemukan ada yang salah, tapi ayahku memaksa mereka untuk tetap memeriksanya sampai mereka menemukan masalahnya. Ayahku terlihat lebih jengkel daripada aku. Padahal aku yang hampir mati tertabrak truk tangki itu." Alice menghela napas. "Hei... Di mana Will?"

William Gates adalah kekasih Shannon.

"Aku di sini." Cowok bernama Will itu muncul di belakang Shannon dengan senyuman lebar menghiasi wajah tampannya. "Selamat ulang tahun," katanya seraya mengulurkan sebuah bungkusan kecil berbentuk pipih ke arah Alice.

Mungkin buku, tebak Alice.

"Semoga kau suka cerita thriller." Will berkata.

Benar saja kan?

"Oh, jangan bohong, Will." Shannon menyikut tulang rusuk Will. "Bukan thriller," katanya mengoreksi William.

Will mengangkat bahu. "Kata Shannon kau menyukai cerita thriller."

"Akan kutaruh ini di ruangan lain bersama hadiah-hadiah yang lainnya," kata Alice.

Will lumayan, pikirnya. Dulu ia heran kenapa Shannon sangat menyukai cowok itu. Baiklah, Will memang tampan. Tapi dia terlalu blak-blakan dan terlalu rapi. Dia jadi terkesan kaku dan kelihatan sombong.

Lihat saja penampilannya sekarang dalam setelan favoritnya---celana panjang cokelat kuning dan kemeja pullover putih dengan logo kuda poni Polo berwarna hitam kecil di bagian dadanya. Rambut cokelatnya yang pendek berombak dibelah dengan sempurna. Dia benar-benar terlihat seperti murid baru di sekolah elit.

Namun setelah cukup lama bergaul dengan Will dan Shannon, Alice menyadari bahwa kesan pertamanya tentang Will benar-benar keliru. William sebenarnya baik dan ia sangat cerdas. Sikapnya juga ramah setelah Alice mengenalnya lebih dekat.

Shannon tampak cantik seperti biasanya. Rambut hitamnya yang lurus diikat ekor kuda dengan pita putih polos, tergerai lembut di punggungnya. Blus sutranya yang berwarna hijau serasi dengan matanya. Celana jeans ketatnya yang berwarna hitam memperlihatkan postur tubuhnya yang seperti model terkenal.

Alice menarik-narik rambut hitamnya yang ikal gelombang namun selalu berantakan. Ia telah mencoba menyisirnya sebelum pesta. Aku tak boleh iri pada Shannon, pikir Alice, seraya memandangi rambut temannya ketika ia mengekorinya ke ruang pesta yang bising dan luas. Aku takkan membiarkan kegembiraanku dicemari oleh perasaan iri justru di hari ulang tahunku.

"Hei, Alice... Asyik lho!" Panggil Marie Froster. Bunyi musik ingar-bingar. Di tengah keramaian itu Marie turun berpasangan dengan Billy Calson.

Gaya Billy benar-benar buruk. Ia lebih mirip penguin tertatih-tatih. Alice pernah berkencan dengan Billy waktu kelas satu. Melihat Billy berjingkrak-jingkrak mengikuti musik bersama Marie, Alice mendadak tak habis pikir membayangkan kenapa dulu ia sudi berakrab-akrab dengan cowok itu.

"Kau sudah dapat keripik?" David Martin bertanya. Ia duduk di kursi berlengan di pojok ruangan seraya memegangi semangkuk keripik kentang di pangkuannya, makan sekenyang-kenyangnya. Benar-benar rakus!

Christy Minor menjulurkan tangannya dari belakang kursi David, meraih mangkuk keripik kentang di pangkuan pria itu dan menuangkannya ke kepalanya.

David berteriak, mengumpat-umpat dan berusaha mengejar Christy.

Tetapi Christy sudah lebih cepat melesat melintasi separuh ruangan.

"Hei... Di mana Aaron?" Shannon bertanya dengan berteriak untuk mengatasi suara musik, meskipun ia sudah bergerak mendekat ke arah Alice.

Pertanyaan bagus, pikir Alice. "Dia terlambat," jawabnya juga dengan berteriak. "Bukan hal yang baru, kan?"

Aaron Kingsley adalah orang yang paling tidak tepat waktu di dunia. Tapi Alice tetap kecewa pria itu tidak berusaha datang tepat waktu pada hari ulang tahunnya. Alice mengedar pandang ke sekeliling ruangan, dan menyadari Aaron-lah satu-satunya orang yang terakhir belum datang.

Apakah dia masih marah padaku gara-gara kejadian malam itu? Alice bertanya-tanya dalam hatinya. Diliriknya jam dinding yang melekat di atas pintu yang mengarah ke ruang tamu.

Tidak, katanya lagi dalam hati. Aaron sangat pemaaf. Lagi pula cowok itu sudah menelepon Alice pada hari berikutnya setelah kejadian itu. Mereka bahkan mengobrol lumayan lama.

Kau tak perlu gelisah begini, Alice. Alice memarahi dirinya sendiri. Aaron belum terlalu terlambat.

Tak lama kemudian bel pintu depan sepertinya berdering. Memang susah sekali untuk bisa mendengar sesuatu di tengah ingar-bingar musik dan dan kegaduhan orang banyak. Alice bergegas keluar ruangan pesta untuk memastikannya. Didapatinya Aaron sedang meringis dari balik pintu.

Aaron mengenakan T-shirt biru tanpa lengan dan celana pendek tenis warna putih, memperlihatkan kulit cokelatnya yang terbakar matahari selama liburan musim panas.

Dia kelihatan hebat, batin Alice. Kemudian bergegas menyambutnya.

"Hai." Aaron mengecup pipi Alice sekilas dan menyodorkan sebuah kotak kecil yang dibungkus kertas warna perak ke tangan Alice. "Bukalah."

"Jangan sekarang." Alice memegangi tangan Aaron. "Nanti saja."

"Bersama yang lainnya?" Aaron tampak tersinggung.

Alice mendekat ke arah Aaron dan berbisik, "Tunggu sampai semua orang sudah pulang," katanya. "Aku akan membukanya nanti.

"Hei, Aaron...!" David Martin berteriak dari kursinya. "Taruhan, aku tahu apa yang kauhadiahkan untuk Alice!" Ocehannya yang norak, ditambah dengan kerlingan matanya yang genit, membuat semua orang tertawa.

"Shut up!" Teriak Aaron. Tapi tetap saja ia ikut tertawa juga.

Alice meninju dadanya dengan bergurau, dan Aaron terhuyung mundur.

"Masih ada keripik lagi tidak?" Tanya David seraya mengangkat mangkuk keripiknya yang sudah kosong.

"Tambah!" teriak seseorang. "Tambah volume musiknya!" Ia berkelakar. "Aku masih bisa mendengar suara Martin!"

Seisi ruangan kembali tertawa.

Tak lama kemudian seseorang melemparkan kotak tisu ke arah David. "Kalau masih kurang kau bisa memakan semua pot bunga di sekeliling rumah," katanya menggoda David.

David memutar-mutar bola matanya dengan tampang konyol. "Ayolah, Guys!" Katanya setengah mengerang. "Tidak ada pesta kalau tidak ada keripik," keluhnya tak tahu diri. David sudah melahap habis semua stok keripik di rumah Alice. Dan sekarang ia mengeluh seolah ia tak berhasil menemukan hal menarik yang bisa membuatnya menikmati pesta sejak awal.

Dasar rakus!

"Kubilang tambah volume musiknya!" teriak orang tadi sekali lagi.

"Kubilang tambah keripiknya!" David balas berteriak mengatasi suara musik dan suara tawa teman-temannya.

Marie Froster sudah berpindah ke dekat jendela dan mengobrol dengan teman-temannya.

Sementara Billy Calson masih asyik di lantai dansa sendirian. Ditariknya Christy Minor ke tengah ruangan, tapi Christy hanya berdiri dan memelotinya. Tanpa mempedulikan sikap Christy, Billy memperlambat gerakannya dengan tetap memegangi kedua tangan Christy sambil berjingkrak-jingkrak. Hingga pacar Christy datang menyelamatkannya.

Tak lama kemudian musik keras mulai berganti lembut, beberapa pasangan mulai berdansa. Alice hampir tertawa menyaksikannya William berdansa setegak gagang sapu. Tapi Shannon yang menjadi pasangannya tidak tampak terganggu sedikit pun. Gadis itu memejamkan matanya. Terlihat jelas bahwa ia begitu menikmati tarian mereka.

Alice kemudian mencari Aaron untuk sekedar mencari tahu barangkali ia ingin berdansa. Tapi sepertinya Aaron sedang asyik mengobrol dengan seseorang di pojok ruangan. Mereka sedang mendemonstrasikan pukulan forhand swing. Pasti mereka sedang berdiskusi soal tenis, Aaron Kingsley memang fanatik dengan olahraga yang satu ini.

Terpopuler

Comments

Esther Nelwan

Esther Nelwan

aku msih nyimak ni...apakah mbilnya ada hantunya y

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!