Tiara menyusuri rak-rak, membaca setiap judul buku yang terpajang, mengambil salah satu yang menarik menurutnya, kemudian membaca blurb-nya sekilas lalu meletakkan kembali pada tempatnya. Begitu seterusnya hingga beberapa buku, tapi sama sekali tak ada yang menarik hatinya.
Ia berpindah ke rak lain, tangannya menyusuri deretan buku yang tersusun rapi sambil membaca tiap judulnya. Ia ingat, tiga bulan lalu ia membeli novel serial milik seorang penulis terkenal, dan masih kurang dua buku lagi untuk melengkapi semua serinya. Ia bermaksud untuk membeli kedua buku itu. Beruntung, ia menemukan kedua buku itu di rak sebelahnya.
Namun, baru saja ia akan meraih novel tersebut, seorang pemuda sudah lebih dulu mengambilnya kemudian berlalu begitu saja. Sialnya, seri yang terakhir terbit itu tinggal satu-satunya yang ada di rak tersebut. Dengan cepat Tiara mengejar pemuda itu, bermaksud meminta buku tersebut.
"Maaf, Mas," sapanya pada pemuda itu.
"Ada apa, ya?" tanya pemuda berkulit putih itu dengan alis bertaut.
"Bisa nggak, novelnya buat saya aja. Soalnya saya yang lihat duluan," pintanya sopan.
"Oh, kamu juga mau beli novel ini?" tanyanya, Tiara mengangguk, "Wah, sayang banget, aku juga mau beli. Tunggu dulu, aku tanyain ke petugasnya, masih ada stok apa nggak," balas pemuda itu. Setelah Tiara mengangguk setuju, pemuda itu pun berlalu.
Tak lama kemudian, pemuda itu pun kembali dengan wajah kecewa.
"Belum ada stok lagi, katanya minggu depan baru ada," ujar pemuda itu.
"Yah. Ya udah deh, nggak apa-apa," ujarnya kecewa, sementara pemuda itu tampak sedang berpikir.
"Hm, novelnya buat kamu aja, deh. Aku belinya kapan-kapan aja." Pemuda itu menyerahkan novel itu pada Tiara.
"Eh, nggak usah. Aku nggak apa-apa nggak jadi beli," tolak Tiara, merasa tidak enak.
"Udah, ambil aja." Pemuda tinggi berkisar 175 Senti itu tersenyum tulus.
Dengan ragu ia menerima novel tersebut lalu berkata, "Nggak apa-apa, nih, buat aku?"
Pemuda itu mengangguk. "Iya. Oh iya, kenalin namaku Rian. Kamu?" Pemuda itu mengulurkan tangannya.
"Tiara," jawab Tiara singkat seraya menjabat tangan pemuda itu.
"Salam kenal, Tiara," ucap Rian ramah. "Oh iya, kamu penggemar novel ini juga?" tanyanya kemudian.
"Iya. Aku mau melengkapi semua seri-nya," jawab Tiara diiringi senyum.
"Wah! Kok sama? Aku juga ngoleksi semua serinya. Sebenarnya aku udah beli novel ini, tapi dipinjam teman dan nggak dibalikin. Makanya aku mau beli lagi," jelas Rian.
"Kamu suka baca novel juga?" tanya Tiara ragu.
"Suka. Tapi yang genre-nya fantasi kayak gini. Nggak suka novel romance." Rian terkekeh pelan, sementara Tiara hanya tersenyum canggung.
Tiara memperhatikan sekilas cowok yang ada di hadapannya dengan tatapan menilai. Sedikit lebih pendek dari Dhika, kulit putih dan style layaknya anak boyband. Rian orang yang ramah dan supel, itu penilaian Tiara saat ini. Berbeda dengan Dhika yang menurut Tiara seperti gunung es saat pertama kali bertemu. Bicara pun hanya sekadarnya.
Hal yang menarik perhatian Tiara adalah; Rian menyukai buku, seperti dirinya. Jarang sekali cowok jaman sekarang --apalagi dengan penampilan gaul seperti Rian-- menyukai buku. Menurutnya, biasanya penyuka buku itu tak jauh dari penampilan cupu dan berkaca mata tebal. Bahkan Dhika, yang tampak cerdas pun tak pernah ia lihat membaca buku.
"Tiara!"
Tiara tergagap. "Iya, kenapa?"
"Jadi beli novelnya?" tanya Rian.
"J-jadi," jawabnya singkat, berusaha fokus.
Apa yang dipikirkannya barusan? Kenapa pula ia membanding-bandingkan Dhika dengan orang yang baru saja ia kenal?
"Ya udah, kalau gitu aku duluan, ya. Bye!" Pemuda itu melambaikan tangannya, Tiara hanya mengangguk pelan.
Pemuda itu pun berbalik, tapi baru beberapa langkah ia sudah kembali mendekati Tiara lalu menyodorkan ponselnya pada Tiara. Sedang Tiara hanya mengernyit bingung.
"Boleh minta nomor HP atau WA, nggak?"
"Buat apa?"
"Hm, gini, aku baru di sini dan belum punya teman. Yah, buat berteman boleh, dong," kata Rian.
Dengan ragu Tiara mengambil ponsel Rian, mengetikkan nomor teleponnya di sana, lalu mengembalikannya lagi. Tidak apalah ia memberikan nomor teleponnya pada orang yang baru dikenalnya, hitung-hitung untuk membalas kebaikan lelaki itu karena sudah mengalah dan memberikan buku itu padanya.
"Makasih. Nggak apa-apa 'kan kalau aku telepon nanti," ucap Rian.
Tiara mengangguk. "Sama-sama," balasnya.
"Ya udah, aku permisi dulu," kata pemuda itu lalu melangkah cepat keluar dari toko buku.
Setelah pemuda itu berlalu, Tiara melangkah kembali ke rak tadi untuk mengambil buku satunya, lalu menuju kasir untuk membayar. Sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya, bahwa pemuda yang baru ditemuinya itu, akan menjadi bagian di hatinya di kemudian hari.
Sementara itu, Dhika melangkah lebar menuju toko buku. Namun, tepat saat ia akan memasuki toko buku tersebut, seseorang juga berjalan cepat keluar, membuat keduanya nyaris bertabrakan dan sama-sama berseru kaget.
"Dhika!"
"Rian!"
"Elo ngapain di sini?" tanya Dhika akhirnya.
"Cari-cari buku. Elo sendiri?" Rian balik bertanya.
Dhika menggaruk kepalanya yang tak gatal. Haruskah ia berkata jujur, kalau ia sedang mencari seorang gadis yang ia sendiri pun tak tahu apakah gadis itu ada di toko buku ini atau tidak.
"Oh, gue mau cari buku dongeng buat keponakan gue," jawab Dhika sedikit terbata.
Jangan sampai Rian curiga kalau ia berbohong. Ya, ia memang berbohong. Ini semua karena Tiara yang bilang akan ke toko buku, tapi tidak menyebutkan toko buku mana, akhirnya Dhika berinisiatif untuk menyusul Tiara ke toko buku yang biasa didatangi Tiara. Siapa tahu Tiara ada di sana, pikir Dhika.
"Beli bukunya nanti aja, deh. Mending kita makan siang dulu, udah waktunya makan siang, nih." Rian melirik arlojinya. "Elo juga masih punya utang makan bareng sama gue," kata Rian.
"Duh, gimana, ya." Dhika tampak ingin menolak.
"Ayolah, bentar doang," kata Rian sedikit memaksa.
Dhika tampak berpikir sejenak sebelum berkata, "Ya udah, bentar doang tapi, ya. Soalnya gue harus balik kerja lagi," ujar Dhika.
"Iya. Sama temen sendiri gitu banget, sih, elo." Rian memukul bahu Dhika pelan.
Dhika tersenyum kecut. Teman? Apakah setelah kejadian lima tahun lalu, ia masih menganggap Rian sebagai seorang teman?
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
apakah akan ada cinta segitiga diantara mereka?
2022-12-13
0