Percayalah, detak jam di dinding seolah lamban dari biasanya. Sepasang kaki itu tak mau diam di tempat, seolah mewakili rasa tak menentu di dada.
Berulang kali Della melirik jam dan ponsel secara bergantian, sebuah novel laris pada masanya di tangan Della tak dapat membuat pikirannya teralihkan.
"Ck! Kenapa jadi harus Della yang takut sih, lagian kan Della ngga ngapa-ngapain tuh anak!" Della memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, diliriknya berulang kali kaca jendela ke arah rumah Seno.
"Ngapain juga warung orang ditabrak, mau uji nyali apa gimana?!" Dumelnya mengomel.
Hingga waktu menunjukkan waktu hampir magrib, dan terdengar suara motor Ghaisan di luar datang.
"Gimana ma?" Tanya papa yang berada di kursi teras dekat garasi, pria paruh baya itu melipat koran pagi nya yang belum sempat dibaca semua.
"Nggak apa-apa. Cuma baret-baret aja, lagian katanya ngga sengaja bawa mobil cepet pas banget di depannya macet, dia-nya ceroboh karena liat kerjaan di hape, jadi banting stir nabrak warung di pinggir jalan. Mas Rendy sama mbak Anggi sudah tanggung jawab sama pemilik warung."
Suara mama yang pulang dijemput Ghaisan membuat hati Della sedikit tenang, ia menunduk, tak seharusnya ia marah-marah seperti tadi. Ya walaupun agak kasar, tapi Seno sudah berbesar hati mau mengantarnya, sifat Seno kan memang begitu, sering meledak-ledak, tapi pun melow dan baperan, sering nekat, usil, ngeselin dan yang pasti ceroboh.
"Sukur kalo gitu," balas papa.
"Dell!" Panggil mama.
Della cukup tersentak dengan panggilan mama yang mengejutkannya dari tempat ia mengintip dan menguping.
"Iya!!" Bergegas Della menghampiri mamanya yang baru datang.
"Seno nanyain kamu, katanya kamu ngga ikut? Besok jenguk gihh, ngga enak kalo udah ditanyain terus ngga jenguk!" Pinta mama.
"Ahhh, males ma. Emang separah apa gitu cederanya, mesti dijenguk segala?!" Basa-basinya pura-pura tak tau, Della duduk di sofa ruang keluarga, menaruh bantal sofa di pangkuannya.
"Ngga parah sih, ya...ngga etis aja lah ditanyain sama yang sakit terus ngga datang. Tetangga Dell...tetangga...ya udah mama mau ganti baju dulu ah!"
"Ya elahhh! Sakit aja masih ngeselin!" Gumam Della menggerutu.
Seperti permintaan mama-nya, Della akhirnya mau tak mau datang dengan membawa sekeranjang buah. Maunya sih datang bawa parang, biar dia sambit saja kepala si anak usil itu.
"Masa jenguk orang sakit ngga bawa apa-apa! Ngerakeun (malu-maluin)!" Sewot mama, Della memutar bola matanya malas.
"Aduhhhh, si ganteng playboy gue sakit ya Dell. Ngapain sih aa Seno nabrak warung orang. Padahal tabrak aja hati gue, gue ikhlas!" Seloroh Rista membuat cebikan di bibir Della, "ihh jijik!" Keduanya sedang berjalan menuju arah keluar kelas. Seharusnya hari ini Della sarapan dan makan siang banyak agar mampu menghadapi cobaan berikutnya, setelah barusan ia menghadapi dosen killer yang tentu saja menguras otak dan emosi, selanjutnya ia harus menghadapi makhluk atlantis macam Seno yang ajaibnya naudzubillah.
"Tadinya gue pengen ikut Del, jenguk Seno. Tapi apa daya, emak minta anter ke kondangan. Jadi maaf ya, titip salam aja buat Seno gws."
Della mengangguk paham, "ngga apa-apa, lagian gue juga cuma mau kasih buah, terus ngucapin get well soon, balik deh!" Jawabnya polos, Rista tertawa melihat kekampretan kawannya itu, benar-benar gadis yang kadar menyebalkannya diambang batas normal.
"Terserah lu deh Del,"
Keduanya berpisah di parkiran kampus, jika Rista naik motor maticnya, Della setia menjadi pelanggan ojol, katanya sih mau ikut berpartisipasi dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia, dengan cara tak mahir memakai kendaraan bermotor, baik itu roda satu, dua, tiga, empat sampai seribu sekalipun.
Pikirannya berkelana, ber-adventure, dan berkemah, tak ingin cepat kembali, sampai suara mamang ojol yang menegurnya membuyarkan lamunan Della.
"Neng, udah sampe!"
Della tersentak, untung saja keranjang buah yang sudah dibeli sebelumnya tercengkram kuat di tangan Della.
"Ah iya! Maaf kang, barusan anginnya sepoi-sepoi jadi enak buat ngelamun!" Akunya jujur sambil menampilkan deretan gigi putih nan rapi, Della turun..sadar akan bangunan dihadapannya adalah bangunan rumah sakit, ia menghembuskan nafasnya berat.
Satu kata yang tergambar jelas di benaknya, "MALES!"
Della masuk ke dalam pintu rumah sakit yang bisa terbuka sendiri saat ia menginjak sensor di depannya, rumah sakit kalangan elite sepertinya.
"Ck- cuma baret sama kekilir dikit mah bawa aja ke tukang urut, manja banget mesti masuk rs segala!" omelnya julid.
"Misi sus, kalo ruangan Venus, kamar nomor 3 dimana ya?" Tanya Della pada seorang suster yang melintas.
"Oh, teteh-nya naik lift aja ke lantai 3 nanti tinggal belok kanan udah nyampe ruangan Venus, disitu ada nomor kamar-kamarnya," jelas ramah si suster berbaju putih, ya iyalah masa serba item dikira mau takziah.
Della memangku sekeranjang buah di kedua tangannya, sesekali kepalanya bergerak demi menyingkirkan rambut yang terbawa angin membuat geli di wajahnya. Della masuk bersama beberapa orang lain, hingga lift terhenti tepat di lantai 3.
"Belok kanan," gumamnya.
'Ruang Venus'
"Kamar 1, 2, ahhh 3!" Matanya berbinar.
Tangannya terulur membuka handle pintu ruangan.
"Makan dulu Sen," bujuk tante Anggi dengan tangan yang menggenggam sendok berisi nasi dan lauknya.
"Assalamualaikum," kedua makhluk yang berada di dalam ruangan sontak menoleh.
"Waalaikumsalam, eh...Della!" Seru tante Anggi, sementara Seno...ada segurat senyum tipis darinya, pemuda yang nampak baik-baik saja, hanya terlihat beberapa luka dan lebam tak berarti di lengan dan wajahnya, masih tampak seperti Seno biasanya, belum kaya Lucinta Luna abis operasi.
"Iya tante. Della denger Seno abis kecelakaan ya," Della tersenyum meringis setengah dipaksakan. Jika bukan karena ada tante Anggi, mungkin sudah ia lempar keranjang buah di tangannya pada makhluk tak tau malu itu. Yang begini katanya sakit? Orang picek saja tau badannya sehat bugar, lihat saja sekarang apa yang sedang ia lakukan, memangku laptop dan mengerjakan sesuatu yang pastinya berbau menguras kinerja otak. Tak terlihat seperti orang yang sakit parah.
"Ah iya Del, cuma accident kecil aja." Jawab tante Anggi, Della menaruh keranjang buah di meja depan ranjang pasien.
"Eh, apa ini. Ngga usah repot-repot!" Seru tante Anggi.
Della menggeleng, "ngga apa-apa tante, ini tadi Della beli di jalan kok."
Della melirik Seno yang mencuri pandang dan tersenyum anjay padanya, ini kalau begini mode usil bersiap meluncur dari diri si makhluk merkurius ini.
1--2--3---
"Ma, mama belum makan siang kan? Mumpung ada Della disini, mama mendingan makan siang dulu gih di cafetaria," usul Seno.
"Monyetttt!" Gerutu Della dalam hati.
Wajah Della memelas meminta dikasihani pada tante Anggi, "eh, tapi..."
"Oh iya, Della juga masih lama kan ya, disini? Lagi ngga sibuk kan?" Tanya tante Anggi antusias dengan ide Seno, Della anak yang baik, tak mungkin ia menolak, pikirnya.
"Tante, Della----" Seno cepat-cepat memotong ucapan Della.
"Ngga kok ma, dia mah kan jomblo. Mau sibuk ngapain? Orang ngga ada yang ngajak jalan," tukas Seno tersenyum penuh kemenangan melihat Della. Senyum yang dimana ada maksud tertentu di dalamnya.
Della memelototkan mata ke arah Seno, melemparkan ancaman tak segan-segan jika Seno sampai berani macam-macam.
Pemuda itu langsung menutup laptopnya dan menaruh di nakas samping ranjang. Merebut piring makan siangnya dari tante Anggi dan meletakkannya di tangan Della.
"Biar Seno disuapin Della aja," katanya, gadis itu hanya bisa diam tanpa kata, syok? Sudah jelas! Tak apa Della, setelah tante Anggi pergi maka akan ia cekik Seno dengan selang infusan! Ha-ha-ha ia tertawa jahat melalui tatapan.
"Tante minta tolong sebentar ya sama Della, ngga keberatan kan?" Ditanya begitu sepaket wajah malaikat tante Anggi, membuat jiwa si anak baiknya menjerit-jerit.
"I--iya tante. Tapi jangan lama-lama ya tante," Della menjawabnya dengan susah payah dan berat hati.
"Sen, jangan lupa makan dulu! Kalo gitu mama keluar dulu sebentar!" Ucapnya, tuh kannnnn! Emaknya aja pengen cepet-cepet pergi karena anaknya nyebelin.
Lirikan mata Della terasa slow motion melepas kepergian tante Anggi keluar ruangan.
"Suapin aku!" Titahnya dengan seenak jidat. Mata Della memicing, "nih! Makan aja sendiri, sakit juga engga, manja amat! Lagian siapa suruh kamu nabrak warung orang?! Ngga ada kerjaan lain apa?! Cuma bisa nyusahin aja, cepet balik!" Omel Della, Seno terkekeh karena meskipun mengomel gadis ini tetap menyuapinya.
Blammm!
Satu suapan besar masuk ke dalam mulut Seno. Gerakan tangan Della kasar, ia tak segan-segan menyuapkan nasi sebesar-besar suapan gajah ke dalam mulut Seno, hingga si pemuda itu sedikit kepayahan melahapnya, kalau bisa sama nampannya, Della akan memasukkan nasi beserta nampannya sekalian ke dalam mulut Seno.
"Dell--- pelan-pelan kenapa si, ngga ada manis-manisnya kamu jadi perempuan!" Keluh Seno terbatuk-batuk di sela-sela kunyahannya.
"Mau dimanisin minta sama cewek kamu!" Cebik Della bersungut-sungut memotong tahu di nampan almunium itu penuh emosi. "Lagian apa sih yang ada di otak kamu, sampe nabrak warung orang segala?! Dasar so sibuk, tau lagi nyetir pake ngurusin kerjaan, kamu tuh cuma punya tangan dua, mata dua, ngga bisa ngerjain semuanya dalam sekali gerakan!"
"Aku mikirin kamu, Del.." sayangnya Seno hanya bicara dalam hatinya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Attaya Zahro
Kira'in beneran diungkapin,ternyata cuma dalam hati 🤭🤭
2025-01-27
0
Be snowman
ah meltingg
2025-01-04
0
Queen Mother
Oooowhh ternyataaaa
2024-10-02
1