Salah Della Bukan Sih?

Tak ada busana berlebihan di diri Della yang menonjolkan karakter diantara para gadis lainnya. Della sama seperti gadis kebanyakan yang senang memakai celana jeans dan blouse atau atasan swetter, ia juga hanya menyisir rapi rambutnya dan menggerai begitu saja tanpa ikatan apapun.

"Mama jangan telat kirim uang jajan Della! Sore ini Della mau beli buku accounting!" Teriaknya bisa disamakan dengan tukang sol sepatu yang biasa lewat depan rumah.

"Teriak terosss, teriakk terosss! Ini rumah apa hutan, penghuninya tarzan yang sukanya teriak-teriak?!"

Pluk!

Sepasang sepatu ditaruh kasar begitu saja di lantai keramik oleh si empunya, mahasiswa semester akhir yang sudah masuk jadwal skripsi ini adalah Ghaisan, kaka Della.

Della memicing disebut tarzan oleh kakaknya, "termasuk abang berarti,"

"Oh sorry-- si dorry sohibnya nemo nih! Abang sebentar lagi mau magang di luar kota, jadi udah bukan penghuni rumah sini lagi!" Balasnya tak mau kalah.

"Tapi sekarang masih disini kan?!" Bibirnya tersungging sepaket wajah nyinyirnya.

Papa keluar dengan pakaian rapi bersama mama, Romi and Julie era reformasi ini tak pernah lepas gandengan mirip lokomotif dan gerbong kereta.

"Apa sih, pagi-pagi udah ribut! Nanti kalo pisah kangen, mending puas-puasin dulu deh romantis-romantisan kakak adeknya, sebelum Ghaisan magang," sahut papa duduk di kursi, bersiap makan, perut buncit papa sampai bersentuhan dengan ujung meja, membuat kedua anaknya tertawa.

"Offset akang bro! Makanya olahraga, kecilin perutnya!" Bukan Ghaisan atau Della, melainkan mama.

"Nih, istri yang udah bosen nerima tunjangan. Udah tau offset pake diumbar lagi!" Ujar Ghaisan.

"Lagian mama tiap hari masak enak, jadi papa betah di rumah. Jangan salahin papa dong!" Bela Della.

"Oke, kalo gitu mulai sekarang mama bakalan masak yang ngga enak!" Angguk mama.

"Dih jangan!!!" Tolak ketiganya.

"Si kodel nih kalo ngomong suka seenak jidat lohan, asal bunder aja!" omel abangnya menegakkan badan saat sudah selesai dengan sepatunya.

Della tak berangkat dengan papa, ataupun Ghaisan. Ia lebih memilih janjian bersama Rista dan minta tebengan di jok belakang, sebagai sesama jomblowati Rista ayo-ayo saja, lagian Della terkadang memberinya uang bensin.

Tumben sekali pagi itu Rista belum datang, membuat Della berdecak sambil menggerutu menunggunya.

"Ini si Rista kemana sih, udah tau Della harus ngejar si Uki, pemuda berkacamata yang selalu menggosok-gosok hidungnya karena punya penyakit polip ini adalah asisten dosen mata kuliahnya di kampus.

Tiit!

Della menoleh, matanya selalu menatap malas penuh permusuhan padanya. Mobil sedan berwarna hitam dengan garis merah itu milik si Tom alias Seno.

Della berjalan menjauhi pagar rumahnya mengarah ke depan kompleks.

"Abdel, tumben kamu jalan?" Pemuda petakilan nan centil itu menurunkan kaca jendela mobilnya, perlahan namun pasti velg racingnya berputar seirama dengan langkah tegas nan cepat Della.

"Abaikan Della--abaikan! Anggap si tomcat cuma serangga yang hinggap di daun, cuma pengganggu! Hama!" Jampi-jampinya selama berjalan. Seno terkekeh mendengar sumpah serapah, sepaket hinaan komplit Della untuknya.

Nada sumbang yang keluar dari mulut Della, tak pernah ia anggap serius meski si gadis memarahinya dengan kekuatan lava pijar api gunung Merapi. Justru baginya, gerutuan Della adalah suplemen untuknya memulai hari, Della adalah candu untuknya tanpa ia sadari.

Seno tetap mengikuti gerakan Della yang gelisah menunggu Rista dengan mengendarai mobil, gadis bersurai panjang kecoklatan ini melirik intens arloji, lalu berdecak dan merengut, sebentar lagi pasti meledak!

"Temen kamu mana?" Akhirnya pemuda tampang keren ini bertanya.

"Kepo!" Sewotnya sengak.

Sudah 10 menit Della berdiri di depan kompleks mirip tugu perjuangan, ia mengomel dalam hati pada Rista, membiarkannya menunggu tanpa kepastian. Selama itu pula Seno menemani Della meski di dalam mobil, suntuk--bosan?! Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk keluar, menarik tangan Della tanpa ijin dan permisi apalagi salam.

"Eh!" Refleks gadis itu berontak, namun rupanya cengkraman Seno jauh lebih kuat ketimbang sentakan tangan Della.

"Lepasin Della, Tomcat!" Bentaknya sengit meminta dilepaskan.

"Bukannya kamu mau ngejar asdos matkul? Jadi asdos tuh bukan perkara mudah, bukan orang yang ngga ada kerjaan cuma nungguin temen mahasiswa lain buat ngumpulin tugas! Buru! Gue anter, mumpung lagi baik!"

"Tau! Jangan mentang-mentang kamu asdos pake ngedikte Della, lepasin! Kalo ngga ikhlas ngga usah, Della bisa sendiri--ga butuh kamu! Mending kamu pergi sekarang jauh-jauh dari Della, biar Della naik ojol, kamu cuma ganggu aja!" Omel Della, rahang tegas itu mengeras namun ia tak sampai hati melampiaskannya di depan Della, jangan sampai fasenya membuat tindakan ceroboh yang akan merugikan hubungan karib Seno dan Della.

Benar saja, Seno meninggalkan Della dengan wajah tak dapat diartikan, Della terlalu sibuk marah padanya sampai tak memperhatikan wajah Seno.

Brummmmmm!!!!!

Mesin mobil digerungkannya kencang membelah jalanan kota, kondisi di depan kompleks tak macet seperti biasanya.

"Kurang kenceng mas bro, wooooo!!!" Della berseru layaknya supporter bola yang kecewa.

Seno memukul-mukul stir mobil dengan brutal, kata-kata Della barusan terasa menyesakkan baginya. Seno sering mendapatkan kata-kata kasar baik itu dari teman-temannya, atau mantan-mantannya dan ia baik-baik saja. Tapi Della, entah kenapa membuat hatinya seketika remuk redam.

Tak jarang Della menolaknya, tapi penolakan kali ini sungguh membuat Seno sakit nan marah.

Sore itu Della pulang dengan ojek online, matanya selalu tertarik untuk melihat ke sebrang rumah, tepatnya rumah tante Anggi. Hanya ada motor matic yang biasa tante Anggi pakai, namun tak ada mobil Seno atau om Rendy, itu tandanya kedua lelaki di rumah itu belum pulang.

Della menggidikkan bahunya seraya melengkungkan bibir acuh.

"Udah dibayar lewat aplikasi ya mas, makasih!" Della menyerahkan helm hijau milik si mamang ojek.

"Makasih mbak, jangan lupa bintang 5 ya," Della mengulas senyuman manis sambil mengangguk.

"Maahhh!" Panggilnya masuk ke dalam rumah. Terlihat mama-nya sudah rapi dan bersiap untuk pergi, wanita paruh baya itu juga kelihatan buru-buru.

"Del, makan udah mama masakin. Nanti kalo ada pak Rt kasih uang di atas meja rias mama!" Ucapnya bersolek di depan kaca lemari koleksi gelas dan piring keramiknya.

Della mengernyitkan dahi melihat tampilan rapi mama-nya yang terlihat buru-buru, "mama mau kemana?"

"Mama mau ke rumah sakit," balasnya mulai melangkah menuju luar rumah.

"Ha? Siapa ma yang masuk rumah sakit?" Tanya Della santai, gadis itu membungkuk demi mengambil botol minum di dalam kulkas, kebiasaan Della jika pulang ngampus pasti memburu kulkas, paling-paling ibu kompleks mana lagi yang kena diabetes atau darah tinggi.

"Seno,"

Gleuk! Della tersentak meneguk air dingin hingga membuat tenggorokannya pegal. Matanya membulat sempurna seperti bola globe. Baru tadi pagi ia bertengkar dengan pemuda itu, tapi sekarang ia sudah berada di rumah sakit, padahal Della belum memukulnya.

"Kok bisa? Kenapa?" Tanya Della sedikit khawatir, sayang sekali hati nurani Della masih bekerja dengan baik untuk mengkhawatirkan Seno.

"Nabrak warung orang, ya udah mama jalan dulu nemenin tante Anggi!"

"Loh, bukannya tante Anggi di rumah? Itu motornya di garasinya?" Tanya Anggi mengikuti mama sampai pintu depan.

"Tante Anggi naik taksi, katanya biar nanti om Rendy yang jemput ke rumah sakit, ya udah mama pergi ya! Assalamualaikum," pamit mama karena ternyata di depan sudah ada taksi online pesanan mama.

"Waalaikumsalam, hati-hati ma," Della menggigiti bibir botol bekasnya minum, hatinya gundah mendengar ucapan mama tadi.

"Bukan salah Della kan ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

.

.

Terpopuler

Comments

Rita

Rita

salahmu secara g langsung

2024-01-17

4

Rita

Rita

yg g punya bipolar aja klo dgr kt2 Della pasti rada tersinggung aplg yg baperan aplg ini Seno

2024-01-17

2

Rita

Rita

mencerna pelan2 bacanya

2024-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!