“Lama tidak berjumpa, Agni.” Berkat Nona Cintya, Nona Agni yang menatapku dengan tatapan seolah ingin merebutku, langsung mengalihkan tatapannya kembali kepada Nona Cintya, sebelum kembali menatap ke arahku.
“Pengawal Kakak kali ini benar-benar tampan. Wajahnya benar-benar indah, matanya hitam seperti mata Kakak, hidungnya mancung seperti hidung Kak Bagaspati, bibirnya sedikit kemarahan dengan garis wajah kasar yang tegas. Tubuhnya tinggi dan bidang seperti model dan aktor terkenal. Bukankah sayang sekali jika membiarkan pria tampan ini menjadi pengawal?” Nona Agni berbicara sembari memperhatikan setiap bagian dari diriku dengan saksama seolah sedang melihat barang sebelum melakukan pembelian. “Siapa namanya, Kak?”
“Raditya.” Nona Cintya membalas pertanyaan itu dengan nada suara dingin sembari meremas lenganku yang berada di genggamannya sebagai pertanda jika saat ini dia sedang kesal dan berusaha untuk menahan amarah di benaknya.
“Raditya, nama yang bagus. Seperti namanya dia terlihat bak matahari yang menyinari bumi.” Nona Agni masih tidak melepaskan pandangannya dariku dan kali ini justru berbicara padaku. “Raditya, bagaimana jika kau ikut denganku? Aku tidak akan membuatmu jadi pengawalku. Aku akan membuatmu jadi bintang terkenal yang dipuja-puja oleh banyak wanita layaknya matahari yang sedang bersinar di langit saat ini.”
Aku menundukkan kepalaku menolak tawaran itu. “Mohon maafkan saya, Nona Agni. Tapi saya tidak suka menjadi pusat perhatian dan terkenal. Saya sudah sangat bersyukur menjadi pengawal untuk Nona Cintya.”
“Kalau begitu ... kalau kau tidak suka menjadi terkenal dan menjadi pusat perhatian banyak wanita, bagaimana jika menerima perhatian dariku saja dan menjadi priaku?”
Mataku membulat mendengar ucapan itu, akhirnya aku tahu alasan kenapa Nona Cintya tadi menyemprotkan parfumnya padaku dan membuatku berada di sisinya sembari menggenggam lenganku dengan alasan membantunya berjalan. Rupanya wanita yang dimaksud Nona Cintya yang selalu ingin merebut miliknya adalah wanita ini-Agni Wardana. Wanita ini dengan terang-terangan mengatakan apa yang ada di dalam benaknya dan niatnya kepada semua orang. Menurutku ... dia adalah tipikal wanita yang sangat-sangat menyebalkan bagiku dan terutama bagi Nona Cintya.
“Agni!” Tuan Muda Bagaspati memanggil nama adik perempuannya, kurasa dengan tujuan untuk menghentikan sikap adik perempuannya yang sedang berusaha mengintimidasi Nona Cintya.
“Ya, Kak?”
“Berhentilah melakukan hal itu, Agni! Bukankah sebentar lagi kau akan menikah?? Kenapa kau masih melakukan hal itu-mengumpulkan banyak pria sebagai mainanmu layaknya boneka??” Tuan Muda Bagaspati memandang sengit ke arah Nona Agni sebelum memberikan senyuman kepada Nona Cintya dan meminta maaf mewakili Nona Agni. “Tolong maafkan adikku ini, Cintya. Seperti yang sudah kau tahu, Ibuku sangat memanjakannya dan selalu menuruti keinginannya, jadi Agni terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya meski sudah tahu jika itu adalah milik orang lain.”
Nona Cintya menggenggam lenganku lebih erat daripada sebelumnya seolah ingin menegaskan sesuatu baik itu kepada Nona Agni dan Tuan Muda Bagaspati. “Aku tahu itu, Kak. Aku juga paham akan hal itu. Tapi kali ini ... soal Raditya, dia adalah pengawalku, pengawal yang aku pilih sendiri. Dia adalah milikku dan aku tidak akan pernah memaafkan siapapun yang berani mengambilnya dariku bahkan jika itu Agni sekalipun.”
Aku melirik ke arah Nona Cintya yang sedang menunjukkan dominasinya di depan semua keturunan dua bangsawan lainnya. Kali ini ... aku merasa Nona Cintya tidak sedang main-main dengan ucapannya karena dia benar-benar sudah sangat merasa kesal dengan ucapan Nona Agni. Mungkin juga ... ini bukan pertama kalinya, Nona Agni merebut milik Nona Cintya hingga akhirnya Nona Cintya kehilangan kesabarannya.
“Bisakah kalian menghentikan sikap kalian itu??” Kali ini giliran Tuan Muda dari Vamana-Gulzar yang membuka mulutnya dan memecah tekanan berat antara keluarga Yasodana dan keluarga Wardana. “Kita bertemu hari ini untuk bersenang-senang. Tidak bisakah kalian bersenang-senang dan berhenti memperebutkan sesuatu??”
“Ya kita harusnya bersenang-senang karena kita sudah lama tidak bertemu dan berkumpul seperti ini ... “ tambah Tuan Muda Bagaspati yang langsung mengubah ekspresinya dari tegang menjadi lebih hangat dari pada sebelumnya.
“Kalau bukan karena kau, Gulzar yang membujukku datang kemari,” Nona Cintya membuka mulutnya sembari melepaskan tangannya yang sejak tadi memegang lenganku. “Aku mungkin memilih untuk tidak datang kemari.”
“Terima kasih karena telah mempertimbangkan ajakanku, Cintya.” Tuan Muda Gulzar mengulurkan tangannya kepada Nona Cintya untuk membantunya berjalan. Nona Cintya menerima uluran itu dan hendak berjalan bersama dengan Tuan Muda Gulzar. Tapi sebelum melakukan itu, Nona Cintya melihat ke arahku dan berkata padaku. “Tunggu aku bersama dengan Pengawal yang lain, Raditya.”
Aku menundukkan kepalaku dan menjawab, “Saya mengerti, Nona.”
Setelah itu, aku berdiri berjaga bersama dengan pengawal lain sembari memperhatikan Nona Cintya yang sedang bercanda bersama dengan Tuan Muda Gulzr Vamana yang terlihat lebih ramah dan lebih menyenangkan dari Tuan Muda Bagaspati Wardana yang terlihat seperti memiliki tujuan lain pada Nona Cintya.
Di sisi lain ... aku yang berdiri bersama dengan pengawal-pengawal lain merasa sedikit tegang karena tekanan yang berat di antara para pengawal. Seperti kata Bara, persaingan juga terjadi di antara para pengawal. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan prestasi yang baik dan kemudian naik jabatan dengan menjadi pengawal dari kepala keluarga.
Bara sendiri bisa menjadi asisten dari Raka karena kemampuannya yang sangat baik. Meski Bara terlihat seperti orang yang santai, penyabar dan cukup perhatian, Bara akan jadi orang akan jadi orang yang berbeda ketika sedang berada di situasi genting. Dia tangkas dan berpikiran cepat ketika sedang menghadapi masalah. Satu kali, aku pernah aku melihat rekaman video yang sedang memperlihatkan Bara yang sedang menjaga Tuan Indra Yasodana yang sedang mendapatkan serangan dari musuh-musuh yang ingin membunuh Tuan Indra. Bara dengan hebatnya menjatuhkan satu persatu orang yang menyerang Tuan Indra. Bara seorang diri bergerak dengan cepat sembari menembakkan pistol miliknya dan menjatuhkan lawannya tanpa terluka sedikit pun.
“Kudengar baru tiga bulan kau bertugas?”
Aku melirik ke arah pria di sampingku dan mengingat wajah yang kulihat dari informasi yang diberikan oleh Nona Cintya tadi sewaktu perjalanan kemari. Pria di sampingku adalah pengawal dari Tuan Muda Gulzar yang bernama Bima.
“Ya, saya baru bekerja selama tiga bulan sebagai pengawal Nona Cintya.”
“Siapa yang membimbingmu? Bara atau Raka?” Pria bernama Bima bertanya lagi padaku seolah sedang ingin berbincang denganku.
“Bara.”
“Kamu beruntung sekali. Bara adalah pengawal muda yang masih baru tapi sudah mendapatkan kehormatan untuk menjadi pengawal dari Kepala Keluarga Yasodana. Banyak dari kami sebagai pengawal mengagumi kemampuan dari Bara.”
“Itu juga yang aku dengar ...” balasku.
Jika mereka tahu aku juga sekamar dengan Bara dan setiap pagi aku harus membuat Bara repot-repot untuk membangunkanku karena mimpi buruk yang selalu datang dalam tidurku, mungkin mereka akan menghujatku karena sikapku yang tidak tahu malu ketika semua orang selama ini menghormati Bara dan mengaguminya.
“Bisakah kau sampaikan salamku pada Bara??”
Wusshhhh ... Tadinya aku ingin melanjutkan percakapan itu dan membalas ucapan Bima itu. Tapi tiba-tiba telingaku mendengar suara sesuatu yang bergerak cepat membelah udara yang tenang. Setelah memperkirakan arah datangnya sesuatu itu ... aku segera berlari ke arah Nona Cintya yang sedang asyik berbincang dengan Tuan Muda Gulzar dan tidak menyadari bahaya yang akan mendatanginya dalam hitungan detik.
Brak. Begitu aku tiba di sisi Nona Cintya dan Tuan Muda Gulzar, aku membalik meja besar di dekat mereka dan membuatnya sebagai penghalang untuk melindungi mereka.
“Apa yang terjadi, Raditya?”
Aku mengabaikan pertanyaan dari Nona Cintya dan mengambil pistolku yang tergantung di pinggangku.
Wushhh ....
Dari posisiku saat ini yang sedang berdiri di depan meja yang melindungi Nona Cintya dan Tuan Muda Gulzar, aku dapat dengan jelas melihat peluru yang sedang bergerak ke arahku dari atap kaca.
Wushhhh .... Prang .... peluru yang datang menghantam kaca atap langsung memecahkannya. Kejadian yang berlangsung dalam hitungan detik ini, kemudian membuat ketenangan berubah menjadi kepanikan. Semua pengawal yang tadi terdiam dan tidak menyadari apa yang aku dengar, langsung berlari melindungi Tuan mereka masing-masing,
Dor .... aku melepaskan peluru dari pistol milikku untuk menghentikan peluru yang datang menembus atap kaca itu tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments