ONCE AGAIN
Narator’s POV
Di Amaraloka(1), hari ini.
Hyang(2)Yuda(3) yang baru kembali dari tugasnya membantu Hyang Marana(4), berniat untuk mencari Hyang Tarangga(5). Hyang Yuda langsung mencari Hyang Tarangga di ruang kerjanya dan tidak menemukannya.
(1)Amaraloka dalam bahasa Sanskerta berarti surga.
(2)Hyang dalam bahasa Sanskerta berarti dewa.
(3)Yuda dalam bahasa Sanskerta berarti Perang. Dalam cerita ini Hyang Yuda adalah Dewa Perang.
(4)Marana dalam bahasa Sanskerta berarti mati. Dalam cerita ini Hyang Marana adalah Dewa Kematian.
(5)Tarangga dalam bahasa Sanskerta adalah bintang. Dalam cerita ini Hyang Tarangga adalah Dewa Bintang yang mengatur takdir.
“Ke mana Hyang Tarangga??” Hyang Yuda mengeluh karena tidak menemukan Hyang Tarangga setelah memeriksa ruangan Hyang Tarangga.
Hyang Yuda kemudian berkeliling ke seluruh penjuru Amaraloka untuk menemukan Hyang Tarangga. Namun setelah berkeliling dan bertanya kepada semua Hyang yang ditemuinya, Hyang Yuda tidak menemukan Hyang Tarangga. Alhasil ... satu-satunya jalan untuk menemukan Hyang Tarangga, Hyang Yuda menemui Hyang Amarabhawana(6) untuk bertanya di mana Hyang Tarangga saat ini.
(6)Amarabhawana dalam bahasa Sanskerta adalah langi. Dalam cerita Hyang Amarabhawana adalah Dewa Langit yang memimpin seluruh Hyang di Amaraloka.
“Apa yang membawamu kemari, Hyang Yuda?” Hyang Amarabhawana langsung mengajukan pertanyaan ketika melihat Hyang Yuda masuk ke dalam ruangannya, bahkan sebelum Hyang Yuda sempat memberikan salamnya kepada Hyang Amarabhawana.
“Salam, Hyang Amarabhawana.”
“Salam, Hyang Yuda.” Hyang Amarabhawana membalas salam dari Hyang Yuda.
“Maafkan aku jika aku mengganggumu, Hyang Amarabhawana. Aku kemari untuk mengetahui di mana Hyang Tarangga pergi. Aku sudah berkeliling ke seluruh Amaraloka untuk menemukan Hyang Tarangga tapi aku tidak menemukan Hyang Tarangga.”
“Kenapa tidak menggunakan saluran komunikasi untuk menemukan Hyang Tarangga??” Hyang Amarabhawana mencoba memberi saran kepada Hyang Yuda.
“Aku sudah melakukannya tapi saluran komunikasi milik Hyang Tarangga mati. Jadi aku tidak punya pilihan lain selain datang kemari untuk bertanya.”
Hyang Amarabhawana yang sedang menerima keluhan dari para manusia dan makhluk-makhluk lain, menutup laporan yang diterimanya. Hyang Amarabhawana kemudian bangkit dari duduknya dan berusaha untuk menemukan Hyang Tarangga dengan pikirannya. Sebagai pemimpin dari para Hyang di Amaraloka, Hyang Amarabhawana mampu menemukan lokasi hyang yang lain hanya dengan menggunakan pikirannya.
“Hyang Tarangga yang kau cari sepertinya sedang mengerjakan tugas penting. Dia sedang duduk melihat di Janaloka(7).” Hyang Amarabhawana kemudian mengirimkan lokasi Hyang Tarangga kepada Hyang Yuda sebagai balasan untuk permintaan Hyang Yuda.
(7)Janaloka dalam bahasa Sanskerta berarti dunia.
“Terima kasih banyak, Hyang Amarabhawana.” Setelah mendapatkan lokasi dari Hyang Tarangga, Hyang Yuda langsung menggunakan wulung caksu miliknya untuk memastikan bahwa Hyang Tarangga benar-benar ada di lokasi itu dan benar saja ... Hyang Tarangga sedang berdiri melihat manusia-manusia di Janaloka.
Dengan menggunakan Gaganacara(8) miliknya, Hyang Yuda kemudian lamgsung berpindah tempat dalam sekejap mata ke lokasi di mana Hyang Tarangga sekarang berada.
(8)Gaganacara adalah kemampuan dari Hyang. Untuk lebih jelasnya silakan baca Novel Hyang Yuda.
“Hyang Tarangga.” Hyang Yuda langsung melontarkan sapaannya kepada Hyang Tarangga ketika tiba di lokasi Hyang Tarangga dan hal itu sama sekali tidak membuat Hyang Tarangga terkejut, tidak seperti Hyang Marana.
“Kau di sini, Hyang Yuda?” ujar Hyang Tarangga yang sama sekali tidak terkejut.
“Ya, Hyang Tarangga. Hyang sama sekali tidak pernah terkejut?? Reaksi Hyang yang datar ini terkadang membuatku bertanya-tanya berapa emosi yang kau miliki, Hyang Tarangga??”
Hyang Tarangga membuat simpul senyuman kecil mendengar pertanyaan Hyang Yuda. “Jika kau jadi aku-Dewa Bintang yang mengurus takdir manusia dan makhluk lainnya, kau mungkin juga akan seperti aku ini, Hyang Yuda.”
“Benarkah??” Hyang Yuda menggaruk kepalanya dan kemudian duduk di samping Hyang Tarangga.
Lokasi di mana Hyang Tarangga sekarang berada adalah sebuah gedung tiga lantai yang berada di kota dengan nama Andana Kusuma. Hyang Yuda tahu beberapa kali Hyang Tarangga sengaja datang ke kota ini untuk memperhatikan manusia. Sebagai dewa yang mengatur takdir manusia, terkadang melihat langsung takdir manusia adalah hiburan bagi Hyang Tarangga. Hanya saja ... tidak banyak manusia yang mampu membuat Dewa Bintang yang mengurus takdir mereka bisa tertarik seperti ini hingga langsung turun ke Janaloka untuk melihat mereka.
“Kali ini siapa manusia yang beruntung ini?” Hyang Yuda mengajukan pertanyaan kepada Hyang Tarangga karena tahu alasan Hyang Tarangga duduk di sini-di Janaloka.
“Haruskah aku mengatakannya beruntung?” Hyang Tarangga berbalik mengajukan pertanyaan kepada Hyang Yuda dan membuat Hyang Yuda bingung.
“Kenapa malah bingung begitu, Hyang Tarangga?”
Huft. Hyang Tarangga menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan dari Hyang Yuda. “Mendengar pertanyaan Hyang Yuda, aku bingung bagaimana harus menjawabnya karena kebanyakan manusia yang mampu menarik perhatianku adalah manusia dengan takdir yang tidak mudah. Sama seperti dengan Hyang Yuda sewaktu masih hidup sebagai manusia dengan nama Sena, manusia kali ini pun punya takdir yang cukup berat.”
“Kali ini takdir berat apa yang ditanggung manusia malang ini, Hyang Tarangga?”
Hyang Tarangga terdiam sejenak. Tidak lama kemudian Hyang Marana turun dari Amaraloka dan muncul dalam sekejap di samping Hyang Tarangga.
“Salam, Hyang Tarangga.” Hyang Marana langsung memberikan salamnya kepada Hyang Tarangga. Namun mata Hyang Marana langsung membulat ketika melihat Hyang Yuda duduk di samping Hyang Tarangga. “Hyang Yuda??”
“Salam, Hyang Marana. Kita bertemu lagi.” Hyang Yuda tersenyum menyapa Hyang Marana.
“Kenapa kau di sini, Hyang Yuda?? Aku tidak meminta bantuanmu untuk membawa Atma yang sebentar lagi harus aku jemput.”
“Atma??” Hyang Yuda melihat ke arah Hyang Tarangga dan Hyang Marana dengan secara bergantian. “Apa sebentar lagi di sini akan ada kematian??”
“Tentu saja.” Hyang Marana menjawab dengan yakin. “Jika tidak ada kematian, tidak mungkin dewa kematian sepertiku datang ke Janaloka untuk membawa jiwa-jiwa manusia yang akan mati dalam hitungan menit.”
Hyang Yuda menatap ke arah Hyang Tarangga. Kali ini tatapan Hyang Yuda menuntut jawaban dari Hyang Tarangga. “Apakah manusia yang menarik perhatian Hyang Tarangga sebentar lagi akan mengalami kematian?”
“Harusnya tidak.” Hyang Tarangga memberikan jawaban yang sangat singkat dan jawaban itu justru membuat Hyang Yuda semakin merasa bingung dan mengerti.
“Harusnya tidak?? Apa maksudnya dengan itu, Hyang Tarangga? Apa ada manusia yang melawan waktu kematian mereka?”
“Bunuh diri adalah usaha untuk melawan takdir kematian, Hyang Yuda. Apa kau lupa, Hyang Yuda?” Hyang Tarangga memberikan jawaban kepada Hyang Yuda.
“Ah maaf, Hyang Tarangga. Lalu ... manusia kali ini akan bunuh diri?” Hyang Yuda bertanya lagi.
“Tidak. Hanya saja ... dia selalu memilih mati untuk menyelamatkan kekasihnya, Hyang Yuda. Dan itulah alasanku turun kemari memastikan agar diat tidak memilih mati. Aku turun dari Amaraloka untuk melihat manusia itu kali ini akan memilih mati lagi atau tetap pada takdirnya.”
“Mati lagi??” Hyang Yuda masih tidak mengerti. “Apa mungkin ini bukanlah kehidupan pertamanya, Hyang Tarangga?”
“Ya, Hyang Yuda. Manusia yang kali ini menarik perhatianku adalah manusia yang memiliki takdir tidak jauh berbeda denganmu dan Pawestri(9) Manohara. Hanya saja ujian mereka masih belum berhenti bahkan setelah melewati tujuh kehidupan.”
(9)Pawestri dalam bahasa Sanskerta berarti Putri.
Hyang Yuda yang merasa penasaran kemudian melihat ke arah yang dilihat oleh Hyang Tarangga. Hyang Yuda duduk diam menunggu kejadian yang sedang ditunggu oleh Hyang Tarangga dan Hyang Marana dalam hitungan menit.
“Siapa nama manusia itu, Hyang Tarangga?” Hyang Yuda bertanya lagi.
“Dulu mereka hidup dengan nama Dewangkara dan Gayatri. Lalu sekarang mereka hidup dengan nama Raditya dan Cintya.”
Dengan menggunakan wulung caksu(10) miliknya, Hyang Yuda mencari manusia dengan nama Raditya dan Cintya. Dengan menggunakan mata elang miliknya, tidak butuh waktu lama bagi Hyang Yuda untuk menemukan dua manusia yang sedang menarik perhatian Hyang Tarangga saat ini.
(10)Wulung Caksu adalah kemampuan milik Hyang Yuda. Untuk lebih jelasnya silakan baca novel Hyang Yuda.
Sekarang ... apa yang akan terjadi pada Raditya dan Cintya??, Hyang Yuda bertanya pada dirinya sendiri sembari melihat dan menunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments