Stella mengangkat kepalanya setelah mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang datang. Seorang pemuda tampan namun minim ekspresi terlihat menuruni tangga dengan tenaganya. Pakaian yang melekat ditubuhnya tampak berbeda dari yang dia pakai sebelumnya.
Langkah kakinya terhenti di tangga terakhir. Bukan pada Stella, tapi pandangannya tertuju lurus pada sang kepala keluarga William, yakni Billy William yang merupakan ayah Stella juga ayah angkat si pemuda.
"Zian, kau mau kemana? Kenapa sudah rapi, apa kau mau keluar?" Tegur tuan William pada putra angkatnya tersebut.
Zian mengangguk. "Aku ada janji dengan seseorang untuk makan malam diluar. Malam ini mungkin aku pulang agak sedikit terlambat. Papa tidak perlu menungguku!!" Ucapnya. Sebelum pergi, pandangan Zian bergulir pada Stella yang menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
Mengakhiri kontak matanya. Kemudian Zian pergi begitu saja. "Aku pergi dulu," ucapnya di tengah langkah.
Stella menghembuskan napas berat. Gadis itu bangkit dari duduknya tanpa menyentuh makan malamnya. "Daddy, aku sudah kenyang. Aku duluan ya." Ucapnya dan pergi begitu saja.
Tuan William menatap Stella dan makanan di piringnya secara bergantian. "Kenyang bagaimana, jelas-jelas makanannya masih utuh. Dasar anak-anak tidak berhati, masa iya membiarkan ayahnya makan malam sendirian, sungguh terlalu kejam!!" Dan akhirnya ayah dua anak itu pun menyantap makan malamnya sendirian.
-
-
Zian menghentikan mobil mewahnya di sekitar sungai Han. Pemuda itu kemudian turun dari mobilnya dan berdiri menatap sungai yang mengalir dengan tenang itu.
Salah satu tangannya merogoh saku celananya, mengambil sebungkus rokok dan pematiknya. Mengeluarkan satu lalu menyulutnya. Kepulan asap putih keluar dari sela-sela bibir Kiss Able-nya, yang kemudian terbang ke udara dan hilang tersapu angin.
"Kau terlihat begitu kacau," komentar seseorang dari arah belakang. Zian menoleh dan mendapati seorang pria berwajah kebarat-baratan berjalan menghampirinya.
"Kau hanya asal tebak!!"
"Benarkah?! Tapi aku rasa tidak, penampilanmu yang rapi tidak bisa menipu mataku, bung. Aku mengenalmu dengan baik, Zian. Sebenarnya masalah apa yang sedang kau hadapi sampai membuatmu sekacau ini?"
"Jangan sok tau dan seolah peduli pada semua masalahku, Max!! Karena kau tidak benar-benar mengenalku dengan baik!!"
Max tersenyum tipis. Ia melangkahkan kakinya lalu berdiri tepat disamping Zian. "Ya, tapi setidaknya aku adalah orang pertama dan satu-satunya yang bisa bertahan dengan manusia kutub sepertimu!! Lebih tepatnya satu-satunya teman yang kau miliki!!" Ucapnya.
Zian tertawa sinis. "Bukankah sangat aneh jika seorang anggota CIA yang tugasnya memberantas kejahatan tapi malah berteman dengan Bos Mafia?!"
"Bukan aneh, tapi unik. Mungkin kita adalah yang pertama dan satu-satunya." Jawab Max menegaskan.
Zian menghisap batang rokoknya."Bagaimana kau bisa tau aku ada disini?" Suasana diantara mereka berdua mulai mencair. Tidak sedingin tadi.
"Aku hanya kebetulan lewat dan melihat mobilmu, tapi kau tidak kelihatan. Karena takut kau bunuh diri, jadi aku langsung kemari." Ujar Max.
"Konyol!!"
Max dan Zian bertemu sekitar 5 tahun yang lalu. Saat itu Max sedang terluka parah karena tertembak oleh target yang diburunya. Dan disaat dirinya berada diantara hidup dan mati, tiba-tiba seseorang datang dan menyelamatkan nyawanya. Berkat orang itu, nyawa Max pun berhasil diselamatkan.
Awalnya Max sangat terkejut saat mengetahui siapa orang yang telah menyelamatkannya itu. Bukan warga sipil ataupun rekan kerjanya, melainkan Bos utama dari para Terget yang sedang diburunya.
Dan saat Max bertanya kenapa Zian menyelamatkannya, dia memberikan jawaban yang sangat unik dan tidak masuk akal. Zian mengatakan jika dirinya mati lalu siapa yang akan memburunya. Itu adalah jawaban terkonyol yang pernah Max dengar.
"Bagaimana kalau kita ke cafe, aku akan mentraktirmu minum kopi," usul Max.
Zian membuang puntung rokoknya yang hanya tinggal setengah. "Kebetulan aku juga belum makan malam." Ucapnya lalu masuk ke dalam mobilnya. Mereka pergi dengan mobil masing-masing.
-
-
Stella memandang jalanan kota Seoul dan menghela napas berat. Sejauh ini tidak ada yang menarik dimatanya, hanya hilir mudik kendaraan yang berjalan silih berganti. Gedung-gedung tinggi, pertokoan, para remaja yang sedang berkencan dan para pejalan kaki.
Stella merasa seperti anak hilang. Bagaimana tidak, duduk dipinggir jalan sendirian dengan pakaian yang sangat kontras dengan udara malam ini.
Orang-orang yang berlalu lalang menatapnya dengan berbagai tatapan, mungkin saja mereka berpikir jika Stella adalah gadis yang terusir dari rumahnya. Tapi Stella tak mau ambil pusing, toh dia juga tidak mengenal mereka.
"Hei, Nona. Kenapa kau sendirian saja disini, bagaimana kalau ikut kami dan kita bersenang-senang?!"
Stella mengangkat wajahnya dan menatap dingin beberapa pemuda brandal yang berdiri menjulang di depannya. Sedikitnya ada 5 orang, dan sangat jelas mereka bukan pemuda baik-baik.
Aroma alkohol begitu menyengat dari tubuh masing-masing dan itu membuat Stella ingin muntah, bahkan tiga diantaranya juga masih memegang botol minuman keras yang isinya hanya tinggal setengah.
"Pergilah, aku tidak berminat sama sekali,"
"Ayolah, jangan jual mahal begitu. Kita akan sama-sama merasa enak kok. Kau puas, kami juga puas, kita sama-sama saling menguntungkan,"
"Jangan menyentuhku!!" Bentak Stella sambil menarik lengan orang yang menyentuhnya dan membantingnya ke tanah.
Gadis itu berdiri dan menatap tajam empat pemuda brandal yang masih berdiri dengan tegak. "Kebetulan sekali aku ingin menelan orang hidup-hidup. Dan kalian datang diwaktu yang tepat. Katakan, siapa yang harus aku habisi terlebih dulu?!"
"Wow, kau sangat liar, Sayang. Dan kami semakin bergairah untuk membuka lebar-lebar kakimu!!" Ucap ketua dari para berandal itu.
"Tunggu apa lagi ketua, langsung disergap saja,"
"Kalian benar-benar menjijikkan!!"
Tanpa banyak basa-basi, Stella langsung menghajar keempat berandal itu tanpa ampun. Mereka yang awalnya sombong dan arogan langsung tidak berkutik dihadapan gadis berdarah campuran Korea-America tersebut.
Dua diantara mereka berhasil Stella lumpuhkan hanya dalam hitungan menit saja, tersisa dua orang lagi yang masih bisa berdiri dengan tegap.
Meskipun hanya seorang gadis yang terlihat lemah dan tidak berguna, tapi bagaimana pun juga Stella adalah putri dari mantan Bos Mafia yang paling ditakuti dan disegani, jadi tidak salah jika dia menguasai ilmu bela diri dengan sangat baik.
"Sekarang giliran mu, kau ingin membuka lebar-lebar kakiku kan?! Maka terima ini!!"
Stella menendang senjata tempur ketua brandal itu dengan keras. Membuat matanya langsung membulat dan dia jatuh terduduk ditanah. Kedua tangannya memegangi mentimunnya yang mungkin saja salah satu telornya pecah akibat tendangan maut Stella.
"Masih ingin tambah lagi?!"
"A..Ampun, Nona. Ka..Kami tidak berani lagi."
"Makanya jangan main-main dengan perempuan, jangan hanya karena kami mahluk yang lemah. Maka kalian bisa merendahkan dan mel*cehkan kami begitu saja. Dasar kalian para sampah!!"
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Yusha Krya
keren nih stella. kamu cocok deh jadi pendamping Zain😍
2023-01-07
0
Nurma sari Sari
kalau telurnya pecah, dibikin mata sapi aja 🤭
2022-11-28
1
Tuti Tyastuti
woow keren stella
2022-11-05
1