Zian dan Stella meninggalkan restoran tempat mereka menyantap makan siangnya. Tak sedikit uang yang harus Zian keluarkan hanya untuk empat jenis makanan dan dua minuman. Satu juta won, adalah nilai yang sangat fantastis hanya untuk 4 porsi makanan dan dua minuman.
Tak ada penyesalan sedikit pun yang terpancar dari mata kanannya yang dingin. Uang sebesar satu juta won tentu saja bukan apa-apa bagi seseorang seperti Zian.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang dari 30 menit. Mereka tiba disebuah mansion mewah yang memiliki 3 lantai, mansion mewah itu banyak dijaga oleh orang-orang berpakaian rapi dan bersenjata.
Bagi orang yang belum terbiasa, pemandangan semacam itu tentu sangat mengerikan, tapi tidak untuk Stella yang sejak kecil sudah terbiasa dengan kehadiran mereka.
Stella sendiri adalah cucu dari pendiri Black Phoenix, mendiang kakeknya yang mendirikan organisasi besar tersebut. Yang kemudian diserahkan pada ayahnya, dan sekarang kepemimpinan Black Phoenix berada di tangan Zian.
"Daddy, I'm Home!!"
Suara nyaring yang berasal dari teras depan mengejutkan Billy William yang sedang menikmati kopinya. Cairan hitam itu menyembur keluar dari mulutnya dan mengotori kemeja putih yang dia pakai.
Mata Billy memicing melihat sosok yang tampak begitu familiar itu. Kemudian ia memakai kacamatanya, dan kedua matanya langsung membelalak sempurna.
"Stella?!"
Gadis itu melempar tasnya lalu melompat ke dalam pangkuan sang ayah. "Daddy, I Miss You," ucap Stella sambil mengeratkan pelukannya.
"Tunggu dulu, Daddy butuh penjelasan sekarang. Bagaimana tiba-tiba kau bisa berada disini, bukankah saat ini seharusnya kau masih melanjutkan studimu di New York?!"
"Gadis ini melarikan diri dari New York dan pulang diam-diam," sahut Zian menimpali.
"Stella!!!"
Gadis itu meringis ngilu karena jeweran sang ayah pada telinga kanannya. "Daddy, sakit." Pekik Stella sambil memegangi telinganya yang baru dijewer oleh ayahnya. Stella mempoutkan bibirnya.
"Bukan salahku, tapi salah Daddy. Kenapa kau malah mengirimku ke luar negeri hanya untuk kuliah, sementara kalian berdua ada disini, Daddy pikir enak hidup tanpa sanak saudara di sana. Pokoknya aku tidak mau kembali ke New York, Daddy harus mengurus kepindahanku dan aku mau melanjutkan kuliahku disini!!"
Billy William menghela napas panjang. Menghadapi Stella yang keras kepala terkadang membuatnya merasa frustasi. Tapi Billy tidak bisa marah apalagi sampai membentaknya, dia telah berjanji pada mendiang istrinya untuk selalu menjaga buah cinta mereka dan memperlakukannya dengan baik.
"Baiklah, biarkan Paman Kim yang mengurusnya." Ucap Tuan William pada akhirnya.
Stella tersenyum lebar dan kembali memeluk ayahnya seperti tadi. "Daddy memang yang terbaik, aku semakin mencintaimu. Baiklah, aku istirahat dulu." Stella mencium pipi ayahnya dan pergi begitu saja.
Tuan William hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya. "Sejujurnya Stella adalah anak yang sangat malang. Sejak lahir, dia belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Karena ibunya meninggal tak lama setelah melahirkannya."
"Dan Itulah alasanku kenapa selalu memanjakannya dan menuruti semua kemauannya. Aku hanya ingin putriku menyadari satu hal, jika dia masih memilikiku sebagai ayah dan ibunya." Tutur Tuan William masih dengan senyum tipis di bibirnya.
Zian tak memberikan tanggapan apapun. 15 tahun dia mencari jawaban dari satu pertanyaannya, dan hari ini akhirnya dia menemukan jawaban yang selama ini dicarinya. Yakni tentang ibu Stella, yang ternyata sudah meninggal sejak lama.
"Pa, kepalaku agak pusing, aku ke kamar dulu." Ucap Zian dan pergi begitu saja.
.
.
Zian menghentikan langkahnya di depan kamar Stella yang sedikit terbuka. Tampak seorang dara jelita berambut panjang terurai tengah berdiri di depan jendela kamarnya yang terbuka.
Mata kanan Zian memicing, seingatnya rambut Stella tadi tidak sepanjang itu. Dan warnanya bukan coklat terang melainkan hitam legam. Sampai akhirnya matanya menangkap sesuatu yang akhirnya membuatnya sadar. Jika sebenarnya rambut Stella sangatlah panjang, yang kemudian dia sembunyikan dibalik wig-wig pendeknya.
"Boleh Kakak masuk?"
Gadis itu menoleh kemudian mengangguk, mempersilahkan Zian untuk masuk. "Kak, kenapa kau terlihat agak kurusan. Apa selama ini kau tidak makan dan tidur dengan teratur?" Ucap Stella saat memperhatikan penampilan Zian.
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja, bahkan bulan ini berat badanku bertambah satu kilo. Bukan tidak teratur, hanya membatasi asupan kalori." Jawabnya.
Tubuh Zian tak bergeming sama sekali saat Stella tiba-tiba memeluknya. "Kak, aku sangat merindukanmu, kenapa aku merasa selama 6 bulan ini kau sengaja menjauhiku. Dulu kau sering datang dan pergi, tapi kenapa sikapmu seolah berubah setelah malam itu. Apa kau marah padaku karena menyukaimu?" Stella mengangkat wajahnya dari pelukan Zian, sepasang biner hazel-nya menatap mata dingin itu, dalam.
Zian membuang muka ke arah lain. Kemudian dia melepaskan pelukan Stella. "Kau pasti lelah, sebaiknya istirahat saja. Masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan!!" Zian kemudian berbalik dan pergi begitu saja.
Kedua mata Stella menatap kepergian Zian dengan berkaca-kaca. Hatinya terasa seperti dicabik-cabik, kenapa dia harus jatuh cinta pada orang yang salah?!
.
.
"Kak, aku mencintaimu. Bukan sebagai seorang adik, tapi sebagai seorang wanita!!"
Zian menutup rapat-rapat mata kanannya. Kata-kata yang Stella ucapkan 6 bulan lalu masih terasa begitu segar di dalam ingatannya. Gadis itu menyatakan perasaannya dan mengatakan jika dia mencintainya. Membuat Zian terbungkam dan terbisu.
Bohong, jika Zian mengatakan dia tidak mencintai Stella. Karena pada kenyataannya dia sudah lama memiliki perasaan itu padanya. Tapi Zian masih waras, dia tidak akan mengecewakan orang yang telah menyelamatkan hidupnya dengan mengencani putrinya.
"Tuan, kami berhasil menemukan keberadaan orang itu. Anda mau turun tangan sendiri atau~"
"Kalian urus saja, aku sedang tidak ingin pergi kemana pun!!" Zian menyela cepat.
Laki-laki itu mengangguk paham. "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu." Dia membungkuk dan pergi begitu saja.
Zian dalam keadaan kacau saat ini. Stella mengungkit tentang perasaannya lagi, dan itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Zian pikir Stella akan melepaskan perasaannya dan melupakan pernah mencintainya. Tapi ternyata Zian salah, gadis itu bahkan masih mencintainya hingga detik ini.
"Stella, perasaan itu memang tidak seharusnya ada diantara kita!!"
-
-
Suara ketukan pada pintu mengalihkan perhatian Stella dari ponselnya. Gadis itu berseru dan meminta orang itu untuk masuk karena pintu kamarnya memang tidak dikunci. Seorang pelayan menghampirinya.
"Nona, Tuan Besar memanggil Anda untuk makan malam."
Stella mengangguk. "Katakan pada Daddy, lima menit lagi aku turun,"
"Baik, Nona."
Stella meletakkan ponselnya diatas nakas kecil samping tempat tidurnya, kemudian dia beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan kamarnya.
Setibanya dimeja makan, Stella hanya melihat ayahnya saja, dan sosok Zian tidak tampak batang hidungnya.
"Dad, dimana kakak, apa dia tidak ikut makan malam bersama kita?"
"Kakakmu masih di kamarnya, sebentar lagi juga turun. Tidak perlu menunggunya, dia akan segera bergabung bersama kita."
Stella mengangguk. "Baiklah,"
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
lanjut
2022-11-28
1
Tuti Tyastuti
lanjut
2022-11-05
1
Yanti Jambi
wahhhh sm² cinta rupanya..cm Zian takut pd tuan Willam...
2022-10-28
2