Medelline awalnya tidak yakin dengan apa yang dilihat. Gadis itu terus mengedipkan matanya dan mulai mencubit pipinya sendiri. Ia mengaduh, merasakan sakit. Hal itu membuat dirinya yakin, itu sebuah kenyataan. Dengan perlahan, Ia mulai mendekati sangkar besar tadi.
Gadis berambut warna tembaga itu, mengamati benda besar di hadapannya. Mengikat rambutnya, lalu memikirkan cara untuk melepaskan makhluk yang terjebak dalam kungkungan benda tadi. Setelah beberapa lama mencoba, ia tidak bisa membuka pintunya. Kemudian ia mulai mengetuk-ngetuk sangkar tersebut.
Pada akhirnya, Meddeline memutuskan untuk meminta bantuan orang lain. Orang yang pertama terpikirkan olehnya, tentu saja, Robert. Ayahnya. Ia mulai mendayung cepat, mengejar kapal yang sudah bergerak sangat jauh dari tempatnya tadi.
Sesampainya di ruang kru kapal, ia tidak menemukan sang ayah. Ia melihat adik ipar ayahnya, baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Paman? Apa kau lihat di mana ayahku?"
"Oh, dia. Di ruang mesin, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, Paman. Aku akan menemui ayah."
Tanpa mendengar jawaban sang paman, Medelline pergi. Menyusuri koridor sempit, menuju ruang mesin. Gadis itu memandang pada roda-roda bergerigi yang diputar oleh mesin uap. Matanya mencari posisi ayahnya. Seorang laki-laki seumurnya, menunjukkan di mana Robert berada, saat ia bertanya.
"Meddy! Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?"
Medelline menarik lembut Robert, menjauh dari kru kapal yang lain.
"Ayah, kumohon ... bantu aku!" ucap gadis itu di telinga ayahnya.
"Membantu apa?"
Suara berisik mesin, mulai menganggu Medelline. Ia meminta sang ayah untuk keluar dari ruangan tadi. Mereka berdua sudah berdiri di buritan kapal di dek paling dasar.
"Kau yakin? Aku sudah bilang, Mermaid itu tidak ada! Mereka hanya legenda!"
Robert kesal bukan main saat Medelline menceritakan apa yang ia temukan.
Medelline kesal saat Robert menolak mentah-mentah, permintaannya. Ia jengkel, hampir menangis.
"Sudahlah! Aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Aku di sini bekerja. Bukan sedang bermain. Kau kembalilah ke ruang kru kapal!"
Medelline teringat dengan pamannya tadi. Ia berencana meminta bantuan kepada pria tersebut.
"Kau gila? Atau kau habis minum rum?"
"Tidak, Paman. Aku sungguh-sungguh!"
"Sudahlah! Aku sedang sibuk sekarang. Perjalanan kapal ini telat karena badai kemarin. Nahkoda kapal meminta kami bekerja keras kali ini!"
Medelline merasa sedih, tidak ada laki-laki dewasa yang mau membantunya. Mau tidak mau, ia harus berusaha sendiri. Beberapa peralatan yang dianggap berguna, dibawanya le dalam sebuah sekoci. Kemudian, mendayung ke tempat sangkar tadi.
Sesampainya di dekat sangkar. Medelline berusaha membuka dengan peralatan yang ia bawa. Cukup lama ia berusaha, akhirnya, benda itu terbuka. Dengan tenaga yang tersisa, ia menggapai-gapai Merman yang masih belum siuman tersebut. Namun, ia malah tercebur. Kepalang tanggung, gadis itu berenang dan mulai mengeluarkan makhluk itu.
Sesampainya di sekoci, Medelline menaikkan makhluk temuannya itu ke atasnya. Khawatir terjadi apa-apa, ia memasukkan sedikit air ke dalam sekocinya, berharap itu cukup untuk mempertahankan sang merman.
Meddeline menutupkan kain yang sudah dibasahi air laut ke tubuh Cyrano. Kemudian kembali mengejar kapalnya. Dengan napas yang tersengal-sengal, ia berhasil merapatkan sekoci itu ke kapal. Beberapa menit kemudian, gadis itu mencari-cari tempat untuk menyembunyikan Merman yang telah diselamatkan.
Sebuah kotak kayu bekas penyimpanan ikan, terlihat di sudut dek kapal paling bawah tersebut. Dengan susah payah, Medelline membalik kotak itu dan mengisi separuhnya dengan air laut.
Terhuyung-huyung, Medelline menyeret makhluk itu dan memasukkannya ke dalam kotak.
"Akhirnya! Semoga kau tidak apa-apa!" gumamnya pada Merman yang masih terpejam di dalam air. Ia kembali ke atas untuk mengambil makanan untuknya dan untuk duyung yang ia bawa.
Selepas kepergian Medelline, Cyrano terbangun. Ia terkejut saat memandang sekeliling. Semua terlihat gelap di matanya, dan jelas itu bukanlah dasar laut. Ia menyembulkan kepalanya keluar dari air tempatnya berada sekarang.
"Di mana aku?" gumamnya.
"Wah! Ternyata kau bisa berbahasa manusia."
Cyrano menoleh ke sumber suara. Matanya menangkap seorang gadis dengan rambut berwarna merah tembaga. Di gendongannya, terdapat berbagai macam benda. Ia mulai berpikir.
"Tenang, aku tidak akan mencelakakanmu. Apa kau lapar? Mana yang bisa kau makan dari ini semua?" Medelline menyodorkan benda-benda di tangannya.
Tangan Cyrano terjulur. Ia menyentuh benda tersebut satu-satu. Seperti mengerti apa yang dipikirkan duyung jantan itu, Medelline mulai menyebutkan satu per satu benda tadi.
"Lalu, kau makan apa?"
Cyrano berdehem.
"Aku makan manusia!"
Mendengar perkataan Cyrano, Medelline berdiri, dan melangkah mundur. Gadis itu ketakutan. Kemudian, laki-laki itu tertawa.
"Bodoh! Sebagian Mermaid memang suka makan manusia, tetapi aku tidak. Dari kecil, aku lebih suka memakan tanaman laut."
"Tetapi aku tidak punya satu pun tanaman laut."
"Aku ingin mencoba itu!"
Cyrano menunjuk sebuah benda berwarna merah tua dan keras. Ia meminta Medelline mendekat, mengetuk benda tadi dengan jarinya yang berkuku tajam.
"Ini apa?"
"Apel! Aku sangat suka makan buah ini."
"Buah?"
"Ya, cobalah. Kau akan tahu rasanya dan suka."
Cyrano menyemburkan benda yang ia makan. Memandanginya dengan keheranan.
"Rasa macam apa ini? Kenapa kau bisa suka?"
"Asam, manis dan sedikit bergetah. Aku suka rasa itu. Cobalah makan lebih banyak."
Cyrano menggelengkan kepala, ia meminta benda lain dan menggigitnya satu per satu. Kepalanya terus menggeleng saat mencecap rasa-rasa aneh yang menyapa lidahnya. Ia senang saat menemukan ada sebuah makanan yang bisa ditelannya. Sayuran berdaun hijau. Rasanya penuh dengan air.
"Eww! Kau suka sayuran itu? Selada? Aku paling tidak suka." Medelline berseru saat melihat Cyrano memakan sayuran itu dengan lahap.
"Setidaknya, ini yang bisa kutelan. Lainnya payah!"
Medelline tertawa, lama.
"Kau tahu? Kau seperti kuda tetanggaku di kampung. Ia suka makan selada. Meskipun sudah busuk."
Cyrano tidak mengerti dengan perkataan gadis di hadapannya. Ia mengunyah makanan di tangannya.
"Oh iya, apa seorang Mermaid atau Merman punya nama?"
"Tentu saja!"
"Kalau begitu, siapa namamu?"
"Cyrano!"
"Aku Medelline."
Medelline mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Cyrano. Namun laki-laki itu hanya memandanginya.
"Manusia menjabat tangan manusia lain saat pertama kali bertemu atau berkenalan," papar Medelline.
"Seperti ini?" Cyrano ikut menjulurkan tangannya.
Medelline duduk bersandar pada kotak. Di tangan gadis itu terdapat banyak kertas bergambar. Sementara Cyrano, di dalam kotak mengamati gambar-gambar tersebut.
"Itu mermaid? Kau melukis semua ini?"
Medelline mengangguk.
"Kau tahu? Dulu aku dan ayahku hampir mati. Kemudian, seorang Mermaid tampan, menyelamatkan kami."
Sejenak, Medelline terdiam. Kemudian ia tersentak. Menempelkan lukisannya ke wajah Cyrano. Kedua bola matanya terbelalak.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
dheselsa
Aku teringat anak Neptunus di Spongebob
2022-10-29
1