Merman, I'M In Love!

Merman, I'M In Love!

Lahirnya Kekuatan Dahsyat

Seorang perempuan berambut merah menangis di tepi teluk Orelia. Ia menggendong bayi yang baru ia lahirkan. Terus memanggil nama seseorang di sana dengan penuh cinta kasih.

Sesosok wanita cantik yang berjalan di atas permukaan laut, menghampiri, perempuan itu tanpa disadarinya.

“Ikutlah aku, Medelline! Aku akan melindungi kalian berdua.”

“Te-tetapi Yang Mulia. Saya ingin bersama dengan suami saya. Mempertemukannya dengan putranya ini.” Medelline menunjukkan bayi dalam gendongannya.

“Aku tahu. Tetapi tidak aman jika kau berada di sini. Pasukan Merman akan menangkap dan membunuhmu juga anakmu itu.” Sosok dengan mahkota berkilauan di atas kepalanya itu terlihat khawatir.

“Selamatkan saja putra kami, Yang Mulia. Dan aku ingin menukar perlindungan Anda dengan ekor mermaid untukku!”

Ratu Merine menggelengkan kepala. Heran dengan keinginan manusia di hadapannya.

“Baiklah, jika itu maumu.”

Kemudian, perempuan itu mengulurkan sebuah botol berisi ramuan dengan warna keemasan yang baru saja ia munculkan di telapak tangan dengan sihirnya.

“Maafkan ibumu, Nak. Ibu akan kembali padamu setelah menemui Ayahmu.” Medelline mengecup dahi bayi dalam gendongannya. Kemudian ia menyerahkan anak itu kepada Ratu bangsa Nereid.

“Ini, bawa ini juga, Medelline! Liontin kerang dengan sihir nereid di dalamnya. Sentuh itu jika kau dalam kesulitan atau bahaya.”

Ekor berwarna merah keemasan cemerlang, mengganti kaki Medelline. Kepalanya tertunduk, menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhya itu. Setelah menyambar liontin di tangan Ratu Merine, ia menggelepar lalu menceburkan diri ke lautan. Terus dan terus berenang ke dasar laut.

***

Puluhan tahun sebelumnya ....

Samudra yang biasanya tenang, tiba berombak besar dan tinggi. Kilat menyambar-menyambar di batas cakrawala. Badai besar menerjang setiap daratan yang dilalui. Beberapa kapal nelayan atau kapal-kapal besar yang masih berlayar, terombang-ambing di atas air yang bergejolak, tanpa kepastian. Setiap orang berdoa penuh harap untuk keselamatan masing-masing.

Di dunia bawah laut pun tidak ada bedanya. Kekacauan membuat ikan-ikan berenang ke sana ke mari tanpa arah jelas. Terkadang mereka saling bertabrakan. Beberapa prajurit dari Nereid, membantu para manusia dengan cara menahan kapal-kapal mereka agar tidak terbalik karena amukan cuaca.

Para Mermaid berenang dengan cepat masuk ke dalam ceruk-ceruk gua di bawah laut. Penduduk Mertopia menatap air di sekitar mereka dengan rasa khawatir. Seolah-olah lautan sedang diaduk-aduk. Merman penjaga, berpatroli untuk mengevakuasi penduduknya yang kesulitan.

“Apa Yang Mulia belum kembali dari Olympus, Panglima?”

“Belum, Tuan Putri.”

“Ibunda juga entah di mana.”

Di belahan lautan lain, seorang wanita dengan mahkota di kepalanya, berjalan mondar-mandir di depan singgasananya. Ia telah mengerahkan banyak orang dari kaumnya untuk mengendalikan badai dan ombak di lautan. Namun, semuanya masih sia-sia.

Ya, bangsa Nereid adalah peri yang hidup di alam bebas. Namun, mereka menguasai lautan di sisi lain. Nerepolis adalah tempat tinggal mereka di bawah laut Aegis. Berbeda dengan bangsa Mermaid yang tinggal di Mertopia, Nereis—sebutan untuk rakyat mereka—bertubuh seperti manusia sempurna. Satu kemampuan mereka yang tidak dimiliki oleh bangsa peri laut lain adalah pengendalian cuaca di lautan.

Seorang prajurit Nereid datang menghadap pada sang ratu yang tengah duduk di singgasananya. Baju zirah bermotif seperti sisik ikan, melekat di tubuh prajurit tersebut. Wanita itu bersoja.

“Apa kau sudah tahu penyebab kacaunya samudra, Prajurit?”

“Ya, Yang Mulia. Menurut penyelidikan kami, ada sebuah kumpulan energi di sebuah titik, di dasar samudra.”

“Energi apa yang kau maksud?”

“Itu ... energi pengendalian badai dan cuaca. Berasal dari kediaman putri Penelope.”

Merine terkejut mendengar nama adiknya disebut. Seperti yang diketahui oleh bangsa Nereid, Penelope dirawat jauh dari Nerepolis, di suatu tempat, karena tubuhnya yang lemah sejak lahir. Keberadaannya tidak diketahui oleh rakyat biasa. Namun, perempuan itu tidak yakin dengan apa yang baru saja di dengar. Tidak mungkin bahwa saudarinya, mampu menghasilkan energi sebesar itu, pikirnya.

“Ada apa dengan Penelope?”

“Apakah Yang mulia Ratu tidak tahu bahwa Putri Penelope hamil dan sedang berjuang untuk melahirkan?”

Kali ini, Merine langsung berdiri dari singgasananya. Ia terdiam lama. Kemudian, ia bergegas pergi. Beberapa pengawal kerajaan mengikuti tanpa perintah.

Di sisi lain, Triton mendampingi sang kekasih, Penelope yang sedang berjuang melawan rasa sakit saat melahirkan. Laki-laki itu memberi semangat agar wanitanya itu sanggup bertahan. Tangannya terus menggenggam tangan yang mulai melemah itu. Sementara di sekelilingnya, pelayan menyiapkan segala keperluan untuk lahirnya bayi.

“Aku mohon, Sayang. Sedikit lagi, bertahanlah!” pinta Triton.

Penelope mengangguk, ia mengerahkan segala tenaga terakhir yang ia miliki. Beberapa menit kemudian, seorang bayi mungil lahir. Kulitnya putih bersih dengan wajah yang rupawan, kornea mata hijau seperti yang dimiliki sang ibu. Pipi bersemu merah dan ketampanan yang dimiliki ayahnya, menurun kepada bayi laki-laki tersebut. Namun sayangnya, bayi itu juga memiliki ciri seperti mer-baby. Bayi Mermaid.

“Lihatlah bayi kita, sangat rupawan bukan?”

Penelope tersenyum mendengar perkataan laki-laki yang ia cintai itu.

“Jika aku tidak ada, apa Yang Mulia akan merawat putra kita?”

“Jangan berbicara seperti itu, Peny, Sayangku. Kau akan tetap hidup sampai putra kita dewasa.”

“Tidak, Yang Mulia. Aku sudah tidak kuat lagi. Aku mohon, jaga putra kita Yang Mulia. Biarkan ia tinggal di Mertopia dalam perawatan dan kasih sayang Anda.”

Penelope menggenggam tangan Triton dengan kedua telapak tangannya. Ia menggenggam kuat-kuat, lalu melepaskannya perlahan. Mata perempuan itu mulai terpejam buliran air matanya menjadi kristal jernih yang mengambang di air.

Triton menangis, ia tahu kalau perempuan Nereid yang ia cintai itu, sudah pergi. Begitu pun gadis pelayan, semua menunduk, sedih. Seakan tahu akan kepergian ibunya, bayi setengah Mermaid setengah Nereid itu menangis kencang. Tangisannya membuat pusaran badai dan petir yang menyambar-nyambar di atasnya.

Triton ingin membawa jasad kekasihnya itu untuk disemayamkan di kerajaannya. Namun, para gadis pelayan mencegahnya. Mereka khawatir hal itu akan menyebabkan pertikaian kedua ras penguasa bawah laut. Pada akhirnya, laki-laki itu berniat pergi hanya membawa bayi yang terbungkus kain tersebut.

Kenangan-kenangan indah tentang perjalanan cinta mereka berkelebat di kepala Triton. Dengan berat hati, ia meninggalkan peri cantik kecintaannya itu. Meminta pelayan untuk memberi penghormatan terakhir yang paling indah.

Triton menyihir tanaman laut kesukaan Penelope menjadi seperti rangkaian bunga untuk mempelai, Halymenia merah. Kemudian meletakkannya di tangan perempuan tersebut.

“Kau terlihat sungguh cantik, Peny. Aku sungguh mencintaimu.” Triton mengecup dahi Penelope dengan penuh kasih sayang sebelum ia pergi.

Badai di samudra mulai reda ketika Triton menggendong bayi yang dilahirkan Penelope.

Beberapa waktu kemudian, Ratu Merine sampai di kediaman Penelope. Wanita itu menangis saat melihat tubuh sang adik terbaring tak bernyawa. Ia bertanya pada gadis pelayan, di mana keponakannya berada. Salah seorang pelayan bercerita bahwa bayi itu dibawa pergi oleh Raja Mertopia, Triton. Ia hampir saja menyusul Triton untuk mengambil bayi tersebut. Namun seorang Nereis tua yang tinggal bersama Penelope mencegahnya.

“Jangan, Yang Mulia Ratu. Putri Penelope memang menitipkan bayi itu kepada Raja Triton. Jika Anda bersikeras untuk mengambil anak itu, hal itu akan mengakibatkan perseteruan dua ras.”

“Hish, Raja mata keranjang itu! Tidak ada bedanya dengan sang ayah. Lalu, apa yang harus aku lakukan?”

“Kita adakan acara pemakaman Putri Penelope terlebih dulu, Yang Mulia.”

Merine mengusap kedua ujung matanya. Kemudian ia memerintahkan prajurit dan pelayan untuk menyiapkan acara penghormatan terakhir bagi adik yang sangat dikasihi itu.

Setelah sampai di kediamannya, Mertopia, Triton melepaskan kain yang membungkus putranya itu. Ia menyentuh dahi bayi tersebut tepat di tengah-tengahnya. Bayi itu membuka mata, menggeliat dan mulai berenang-renang mengitarinya.

“Ya, ya! Kau memang putraku! Aku beri nama Cyrano. Agar kau kelak hidup mulia melebihi kemuliaanku di samudra, Putraku.”

Triton mengusap kepala Cyrano yang berenang tegak di hadapannya. Bayi itu tersenyum, mata hijaunya berkedip-kedip. Kemudian, sang raja meniup trompet kerang sakti, pusaka miliknya. Memperbaiki beberapa bangunan kerajaan yang hampir roboh karena badai yang terjadi sebelumnya.

Di sudut istana, seorang gadis Mermaid merasa kesal saat ia melihat kebahagiaan ayahnya bersama saudara yang entah dari mana asalnya tersebut. Semenjak itu, ia sudah merasa terintimidasi oleh kehadiran Mer-baby tersebut.

“Vaelia, kemarilah, Putriku! Temui saudaramu, Cyrano!” panggil Triton saat menyadari kehadiran sang putri.

“Cisss!” desis Vaelia. Meski kesal, gadis itu menuruti kemauan sang ayah.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!