"Ayo ikut saya ke kelurahan!" ajak bu Yani sembari menarik tangan mas Jarot.
Mas Jarot langsung menepis tangan bu Yani kemudian mas Jarot langsung mendorong bu Yani pelan tapi tidak sampai bu Yani tersungkur. Aku bergegas berlari menghampiri mereka. Aku melihat sekeliling tidak ada orang yang sedang melihat kejadian ini.
Tanpa mereka bertiga sadari ada seseorang yang sedang merekam menggunakan kamera ponsel keributan yang tengah terjadi diantara mereka. Siapakah orang itu?
"Bu Yani, aku mohon jangan ikut campur urusan rumah tangga saya ya bu? Masalah KDRT ini tidak ada urusannya dengan anda!" tandas mas Jarot dengan tatapan nyolot.
Bu Yani memperhatikan tatapan mata mas Jarot tapi ekspresi wajahnya terlihat tetap tegas, sama sekali tidak takut dalam menghadapi amarah seorang laki-laki seperti mas Jarot ini. Dapatkah aku bisa untuk bersikap tegas dan kuat seperti sosok bu Yani ini?
"Oh jelas saya akan ikut campur mas! Seorang istri yang mengalami KDRT dalam rumah tangganya, jelas saya tidak akan tinggal diam melihatnya! Saya akan melaporkan perbuatan kasar anda kepada pihak yang berwenang, camkan itu!" balas bu Yani tidak gentar menghadapi aura mencekam yang ada pada diri mas Jarot.
Aku aja gemeteran melihatnya. Aku melirik kearah tangan mas Jarot, dia mengepalkan tangan kanannya lalu aku bergegas melerai mereka berdua sebelum tangan itu mendarat anarkis ditubuh bu Yani.
"Sudah cukup kalian berdua! Bu Yani?" aku berkata sembari memegang kedua tangan bu Yani.
"Aku mohon bu Yani jangan laporin mas Jarot ke pihak yang berwenang ya? Biar permasalahan KDRT ini menjadi urusan mas Jarot denganku. Lagipula, aku udah memaafkan perbuatan mas Jarot kok bu, dia juga udah berjanji ga akan mengulangi lagi. Iya kan mas?"
Mas Jarot mengangguk kemudian dia masuk kedalam rumah duluan.
"Kamu jangan terlalu lemah begini Asri, laki-laki kalau sudah pernah bermain tangan itu tandanya hubungan kalian sudah nggak sehat lagi. Saya khawatir kejadian kasar yang sama akan kembali terulang. Mari kita laporkan bareng-bareng suami kamu kepada pihak yang berwenang?" ajak bu Yani, bu Yani tetap keukeuh mengajak aku buat laporin perbuatan mas Jarot.
Aku tetap menggeleng. Aku sendiri korban tapi aku tidak mau memperpanjang masalah ini. Harapanku, semoga mas Jarot masih mau berubah dan juga memutuskan hubungan dengan wanita lain itu. Aku memutuskan masih memberi kesempatan untuk mas Jarot.
"Saya yang disakiti jadi saya yang berhak buat melaporkan atau tidak. Kalau bu Yani lapor nanti takutnya masalah ini akan semakin runyam dan rumit, bu? Aku mohon jangan laporin mas Jarot ya? Aku baik-baik aja kok bu, sungguh," aku berbicara dengan hati dan wajah yang berusaha untuk tegar. Meyakinkan bu Yani bahwa aku ini kuat dan baik-baik saja.
"Aduh kamu ini bikin hati ibu menjadi gedeg saja melihat kamu yang over baik seperti ini. Yasudah kalau itu sudah menjadi keputusan kamu Asri,"
Bu Yani mengusap bahuku kemudian beliau memelukku. Aku sangat tahu bu Yani ini adalah orang yang sangat baik dan peduli terhadap masalah yang bermunculan di sekitarnya tapi, aku tidak mau memperpanjang urusan dengan melaporkan perbuatan mas Jarot.
"Kalau itu sudah menjadi keputusan kamu saya bisa apa Asri, hanya korban yang berhak buat melaporkan masalah KDRT itu kedalam jerat hukum yang berlaku. Tapi kamu jangan khawatir, saya pasti akan tetap memantau kamu dari dekat kamu? Jaga diri kamu baik-baik ya Asri,"
"Iya bu, makasih banyak."
Aku dan bu Yani saling melepaskan pelukan kami kemudian aku akan segera masuk kedalam rumah. Sebelumnya aku melihat dulu langkah bu Yani yang sedang menuju kedalam rumahnya. Setelah bu Yani masuk kedalam rumah dan menutup pintu rumahnya, aku berbalik badan, menatap rumah yang aku tempati selama tiga bulan terakhir ini.
Didalamnya sedang ada laki-laki yang pasti dia sedang marah besar karena sudah ada orang yang tahu soal masalah KDRT yang terjadi kepadaku.
Aku sebenarnya takut buat masuk kedalam, didalam kemungkinan besar ada siksaan yang sedang disiapkan oleh laki-laki itu kepadaku karena kejadian pagi ini.
Tapi aku harus tetap berani buat masuk kedalam. Aku langkahkan kakiku meski rasanya berat, kemudian aku masuk dan melihat mas Jarot sedang berdiri di tengah-tengah ruangan sembari memegang ikat pinggang yang ia pakai.
Apakah dia akan menyabet aku menggunakan ikat pinggang itu?
"Mas?"
Mas Jarot masih terdiam saja, tatapan matanya terlihat benar-benar mengerikan! Aku seperti seekor kelinci yang bertemu dengan harimau buas didalam hutan. Kelinci itu tidak berkuasa, kelinci itu tidak berdaya, kelinci itu tidak punya suara untuk berteriak meminta pertolongan.
Lalu, mas Jarot melangkah kedepanku, sepertinya memang benar kalau dia mau sabet aku menggunakan ikat pinggangnya.
Dia pelintir ikat pinggang itu dan bersiap untuk menyabetku tapi aku berhasil menghindari sabetan ikat pinggang itu. Aku lompat ke belakang, malah ikat pinggang itu mengenai vas bunga diatas meja sampai jatuh dan pecah diatas lantai.
Mas Jarot tampak kesal karena gagal menyabet wajahku.
"Mas, kamu mau KDRT lagi? Apa kamu nggak mau berubah? Tolong mas jangan siksa aku lagi? Aku takut mas," ucapku lirih sembari berusaha menyadarkan mas Jarot dengan ekspresi wajahku yang ketakutan melihatnya. Aku berupaya meluluhkan hati mas Jarot dengan tangisan pilu yang aku lakukan dengan harapan dia bisa iba melihatku menangis tapi semua itu selalu saja gagal.
Mas Jarot melihat pintu depan yang masih terbuka lalu dia memaksa aku buat segera menutup pintunya.
"Cepat tutup pintu itu!" titah mas Jarot dengan nada tinggi. Urat-uratnya di tenggorokan seperti menonjol semua.
Aku bergegas berjalan cepat buat menutup pintu itu kemudian aku terduduk pasrah bersandar di pintu itu. Aku menundukkan kepalaku, aku pasrah jika harus disakiti olehnya kembali.
Aku menangis sejadi-jadinya tapi bukan tangisan yang terlalu kencang. Mas Jarot kembali memelintir ikat pinggangnya kemudian ia sabetkan itu ke wajahku sampai terdengar bunyi sabetan yang cukup memilukan.
"Kenapa kamu keluar dan menceritakan itu kepada bu Yani? Kamu mau nama aku jadi hancur ya?"
"Hiks, bukan gitu mas, kan tadi aku udah melarang bu Yani buat laporin kamu. Bu Yani udah setuju mas dia gabakalan laporin perbuatan bejat kamu asalkan kamu mau berhenti menyakiti aku? Hentikan mas, aku sakit Hu hu hu,"
Setelah mendengarkan perkataanku mas Jarot pun menghentikan siksaannya. Dia memakai lagi ikat pinggang itu lalu dia menarikku kedalam kamar. Aku didorong ke kasur olehnya. Lalu aku diikat menggunakan sebuah tali.
"Mas kenapa kamu mengikatku seperti ini! Mas jangan?"
"Ikatan ini akan aku lepaskan setelah aku kembali dari kantor!"
Mas Jarot benar-benar tega. Ternyata dia aslinya semengerikan ini. Tapi aku harus bisa bertahan untuk sementara waktu. Ya Allah, tolong kuatkanlah aku, sadarkanlah mas Jarot bahwa apa yang ia lakukan kepadaku ini sangat keterlaluan.
Lalu mas Jarot pun pergi. Jarot mengunci semua pintu dan jendela. Sampai siang hari telah tiba, aku masih terdiam dalam keadaan terikat baik kaki dan juga tangan aku.
Badanku rasanya lemas tak bertenaga. Saat menatap dinding aku mendengar ada suara kendaraan yang berhenti di jalan depan rumah. Lalu tak berselang lama aku mendengar ada suara wanita yang datang memanggil di depan rumah.
Tapi suara itu tampak asing bagiku. Siapa ya wanita itu?
"Permisi, apa ada orang didalam?" panggil wanita muda itu yang sebenarnya adalah selingkuhan dari Jarot.
Aku jelas tidak bisa menjawabnya karena mulutku juga dibekap menggunakan lakban oleh mas Jarot.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments