Aku mau membuka pintu itu tapi mas Jarot melarangnya. Malah dia yang berlekas pergi ke depan buat bukain pintu itu.
"Ada apa ya bu?" tanya mas Jarot sembari membuka pintu depan rumah.
"Maaf, hm selamat pagi? Saya ada keperluan dengan Asri apa dia ada didalam? Saya beserta ibu-ibu komplek yang lain mau membahas soal rencana kerja bakti bersama di bukit belakang sini,"
Mas Jarot terlihat terdiam sejenak, aku memperhatikannya dari ruang tengah. Apa mas Jarot akan memanggilku untuk keluar menemui ibu tetangga itu?
"Iya, Asri ada didalam kok. Tapi, dia sedang kurang enak badan bu. Jadi mungkin dia tidak bisa ikut kerja bakti bersama kalian para ibu-ibu komplek hari ini. Saya tidak ingin istri saya bekerja disaat sedang sakit seperti itu."
"Oh gitu ya mas Jarot?" tanya ibu-ibu tetangga itu. Tapi wajahnya tampak tidak yakin dengan perkataan suamiku.
Mas Jarot berbohong kepada ibu-ibu tetanggaku. Padahal aku sendiri memang sedang sakit. Sakit hati dan juga sakit fisik, tapi aku tidak sedang sakit karena penyakit. Rasanya aku ingin melangkah kedepan sana tapi aku merasa enggan. Aku masih merasa takut dengan mas Jarot yang sekarang berubah menjadi kasar seperti itu.
Kemudian mas Jarot menutup pintu depan meski ibu tetangga itu belum pergi. Dia seperti mengusir ibu tetangga itu namun secara halus, lalu mas Jarot kembali dan menyuruhku untuk duduk di kursi. Aku dipaksa makan telur gosong itu sebagai lauk sarapanku.
Daripada disiksa lagi aku pun memakan telur gosong ini meski rasanya pahit sekali. Aku memakannya sampai habis meski mulut dan perutku rasanya jadi tidak nyaman. Sesuai dugaanku mas Jarot tidak marah lagi ketika aku menghabiskan telur gosong ini.
"Pokoknya, selama memar di wajah kamu itu belum hilang aku melarangmu pergi keluar buat bersosialisasi dengan warga sekitar, mengerti?"
"Tapi siapa yang beli bahan masakan kalau aku tidak belanja mas? Dirumah kita tidak ada pembantu?"
"Kamu gak usah memusingkan soal itu, nanti aku saja yang belanja kebutuhan rumah buat seminggu kedepan. Yaudah, aku mau berangkat kerja udah terlambat nih gara-gara kamu!" ucap mas Jarot kencang kemudian dia bangkit dari duduknya.
Aku juga bergegas bangkit untuk merapikan dasinya yang masih kurang rapi. Setelah itu aku merasa lega ketika laki-laki kasar itu sudah pergi dari rumah ya meski nanti malam dia pulang dan kembali. Tapi aku berharap semoga dia tidak bersikap kasar lagi kepadaku.
Untuk kali ini aku masih bisa memaafkan dan aku akan berusaha memisahkan mas Jarot dengan perempuan itu. Aku tidak mau terus menerus dikhianati oleh mas Jarot. Lalu seperti biasa aku mulai melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mencuci pakaian di mesin cuci, menyapu, mengepel, melakukan rutinitas ibu-ibu rumah tangga pada umumnya.
Meski rumah kami cukup besar tapi mas Jarot belum ada niatan sama sekali buat menggunakan jasa pembantu. Mungkin kalau aku sudah hamil nanti, dia baru akan menggunakan jasa pembantu buat meringankan tugasku di rumah.
Tiba-tiba saat aku sedang mengepel lantai aku mendengar seperti ada suara ketukan di bagian jendela depan rumah. Aku menaruh mopel yang sedang aku pegang ini di tembok dan bergegas mengintip siapakah orang yang mengetuk jendela depan rumah itu, saat aku intip ternyata dia adalah ibu tetangga yang tadi datang.
Aku bingung mau menemui dia atau tidak soalnya mas Jarot melarangku buat keluar dulu selama luka lebam ini masih ada tapi mungkin ibu tetangga itu mau membicarakan hal yang penting. Aku tidak mungkin mendiamkan dia begitu saja kita kan tetanggaan.
Tapi tadi mas Jarot bilang aku lagi sakit, aku bisa saja tidak menemui ibu tetangga itu dengan alasan sakitku. Ah, aku jadi serba bingung.
"Asri, Asri, kamu didalam kan?" panggil ibu tetangga itu dengan nada tinggi.
"Asri, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kamu? Apa kamu sedang tidur Sri?" lanjut ibu tetangga itu mencariku.
Nama ibu tetangga itu adalah Yani. Bu Yani adalah orang yang baik. Dia menjabat sebagai ibu RT di komplek ini. Segala permasalahan yang sedang terjadi di komplek ini, dia ikut andil untuk membantu atau menyelesaikannya sampai masalah itu usai.
Ya sudah aku keluar saja buat menemui bu Yani. Sepertinya memang benar-benar penting hal yang ingin ia bahas denganku. Aku membuka pintu rumah kemudian aku menyapanya.
"Selamat pagi bu Yani? Ada apa ya ibu mencari saya?"
Bu Yani tampak terkejut melihat luka lebam yang ada di wajahku. Netranya terus menatap dengan intens luka memar yang ada di pelipis mataku, tepian bibir, dan juga pipi. Kemudian bu Yani mengajak aku untuk duduk diatas teras depan rumah ini.
"Rumah tanggamu sedang tidak beres, suamimu melakukan kekerasan kepadamu ya Sri? Tadi aku mendengar suara ribut suamimu? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Berkatalah dengan jujur, Asri?"
Kemudian aku kembali menitikkan air mata kesedihan. Aku menangis dalam pelukan bu Yani. Aku mengangguk dalam pelukan ini sembari menatap kearah kupu-kupu cantik yang sedang hinggap diatas sebuah bunga.
"Mas Jarot tiba-tiba berubah menjadi kasar setelah aku mengetahui perselingkuhan dia dengan wanita lain. Semalam, wajahku menjadi samsak atas kemarahannya." aku menceritakan itu kemudian melepas pelukanku dengan bu Yani.
Bu Yani menghapus air mataku dia juga ikut bersedih. Aku lihat raut wajah sedihnya yang begitu tulus. Sebagai sesama wanita dia pasti bisa merasakan apa yang sedang aku rasakan. Suatu kesedihan yang pastinya itu sangat pedih buat diriku.
"Ayo kita laporkan Jarot ke pihak yang berwenang? Kekerasan dalam rumah tangga itu bukanlah hal yang bisa dibiarkan begitu saja. Itu harus ditindaklanjuti biar suamimu yang durjana itu menjadi kapok dan ga akan lakuin hal yang sama lagi kepadamu Asri?"
Aku menggelengkan kepala.
"Untuk saat ini aku belum kepikiran buat lakuin itu bu Yani. Kecuali kalau mas Jarot benar-benar sudah sangat keterlaluan. Sekarang aku mau fokus mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan mas Jarot saja."
"Kamu ini asalnya hidup sebatang kara Asri, kamu ini tidak punya siapa-siapa di kampung, apa kamu membutuhkan bantuanku? Aku siap membantumu kapan saja kamu perlu, Asri?"
Aku kembali menggelengkan kepala. Aku ingin berusaha sendiri dalam mencari tahu siapa wanita selingkuhan suamiku itu. Tapi, kita berdua tiba-tiba dikejutkan dengan kembalinya mas Jarot ke rumah. Dia datang naik mobilnya.
Dia keluar dari dalam mobilnya lalu dia menatap terkejut kearahku dan juga bu Yani. Bu Yani mendadak amarahnya muncul ketika melihat mas Jarot dihadapannya. Bu Yani bergegas bangkit lalu sepertinya dia akan melabrak mas Jarot.
"Jarot! Keterlaluan kamu ya! Laki-laki biadab kamu! Lihat luka memar yang ada diwajah istrimu! Kamu ini harus dikasih pelajaran ya! Kamu harus bertanggungjawab!" marah bu Yani sembari menunjuk-nunjuk wajah mas Jarot.
Dimarahi bu Yani aku lihat kedua mata mas Jarot menatapku dengan tatapan marah, mas Jarot mendelikan bola matanya. Pasti dia marah besar karena bu Yani tahu KDRT yang dia lakukan kepadaku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments