BAB 2

Laki-laki yang sudah mendapatkan nama baru itu kini sedang mencoba untuk makan dan minum sendiri,tapi kelihatannya dia kurang menikmati makanan yang Dilla hidangkan.

Mungkin karena tidak sesuai dengan seleranya.

"Ada apa Bang Banyu?,Apa makanannya tidak enak?. " tanya Dilla.

Mata Dilla menatap Banyu dengan harap-harap cemas menunggu jawaban dari laki-laki didepannya.

"Eh... enak kok ...enak." Jawab Banyu karena merasa tidak enak hati.

"Kalau begitu buruan dihabiskan,setelah itu Abang Banyu minum Obatnya ya. " Ujar Dilla.

Gadis itu pun pamit karena harus melakukan pekerjaan rutinnya.

Banyu hanya menatap kepergian Dilla dan tidak berkata apa-apa.Walaupun sekarang dia sedang amnesia,tapi dia merasa kalau makanan yang sedang ia makan saat ini bukanlah makanan favoritnya.Rasanya sangat asing di lidahnya.

Lauk yang Dilla suguhkan hanya berupa makanan kampung, sayur lompong(batang keladi) ,sambel terasi dan juga ikan asin hasil buatan gadis itu dan keluarganya.

Banyu memaksakan mulutnya untuk menelan makanan itu, karena sejujurnya ia sangat kelaparan sekarang.Mungkin dari kemaren dia sama sekali belum makan apapun.

Akhirnya dia hanya menyisakan sedikit saja di piringnya.Sesuai apa yang tadi Dilla katakan padanya, Banyu mengambil obat yang sudah Dilla siapkan disamping tempat duduknya dan lalu meminumnya dengan air.

Sekarang Banyu menjadi bingung,kenapa rasanya tempat ini sangat asing baginya.Dia mencium bau ikan asin yang menyengat dirumah itu.Hampir saja dia memuntahkan isi perutnya.

Banyu memutuskan untuk melihat-lihat keluar rumah.Dari teras rumah yang sangat sederhana itu,Banyu melihat Dilla yang sedang sibuk menyusun ikan-ikan yang akan dijemur di damparan penjemuran ikan yang sudah ia dan Ibunya rendam semalaman dengan menggunakan garam.Tadi setelah mencucinya dua kali, barulah Dilla menjemur ikan-ikan itu.

Sedangkan Ibunya kini sedang mengantarkan ikan asin yang sudah kering kemaren ke pasar.Di pasar sudah ada pengepul yang akan membeli ikan-ikan asin hasil produksi Dilla dan keluarganya.

Banyu yang penasaran dengan apa yang sedang Dilla kerjakan kini sedang berjalan mendekati gadis itu.

"Kamu sedang apa?. " tanya Banyu.

"Apa Abang tidak lihat, saya sedang menjemur ikan untuk dijadikan ikan asin. " jawab Dilla sambil terus melakukan kegiatannya.

"Sebanyak itu??, apa kamu tidak capek?. " tanya Banyu lagi.

Dilla menghela nafasnya mendengar pertanyaan Banyu.

"Jelaslah saya capek, tapi ini adalah pekerjaan saya. Jadi saya harus mencintai pekerjaan saya, agar kami bisa tetap bertahan hidup. Di pulau ini hanya ada 2 desa, dan semuanya adalah Desa nelayan.Pekerjaan yang tersedia disini hanya berhubungan dengan Laut dan juga Ikan. " Jelas Dilla pada tamunya itu.

Tamu tak diundang tepatnya.

Sejenak Banyu berfikir,entah bagaimana dia bisa sampai di pulau ini. Entah kenapa juga dia tidak sedikitpun mendapatkan bayangan kalau dia pernah tinggal atau menetap di sini.

"Apa kamu mengenal saya sebelumnya?. " tanya Banyu Biru.

"Nggak, saya kemaren sore yang menemukan Abang terbaring disana,di bibir pantai. " tunjuk Dilla pada pasir yang disapu ombak.

"Disana?. " tanya Banyu Biru penasaran.

"Iya." jawab Dilla singkat.

Banyu pun berjalan menuju lokasi dimana dia ditemukan oleh Dilla kemaren.Dia mencoba mengamati daerah sekitar situ, dan mencoba mengingat-ingat dari mana dia berasal hingga bisa sampai disana.

Tiba-tiba kepalanya sakit sekali dan dia memegangi kepalanya yang sakit luar biasa.Kepalanya yang 🤕terluka itu begitu membuatnya tersiksa.

Banyu mengerang kesakitan, Dilla yang mendengar teriakannya sontak berlarian mendekati Banyu.

"Bang Banyu kenapa???. " tanyanya sambil memastikan luka dikepala Banyu tidak terbuka perbannya. Dilla jadi panik bukan main.

Dia sampai meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai dan mengantarkan Banyu untuk kembali ke rumahnya.

Sesampainya dirumah,Dilla mendudukkan Banyu yang masih meringis kesakitan di bale-bale tempatnya tidur semalam.

"Bang Banyu tunggu disini dulu ya, saya akan mencoba membuatkan obat yang bisa meredakan sedikit rasa sakit di kepala Abang"

ujar Dilla.

Banyu hanya menganggukan kepalanya, karena dia tidak tahan lagi dengan sakit kepala yang menyiksa ini.

Dilla pergi ke halaman belakang rumahnya, disana ada kebun tanaman obat peninggalan sang nenek yang selalu ia rawat dengan baik selama ini.

Banyak sekali jenis tanaman obat disini,Dilla memilih beberapa tanaman Obat yang ia butuhkan untuk meracik obat pereda nyeri khususnya dikepala seperti yang dirasakan oleh Banyu Biru.

Setelah satu jam, barulah obat racikan yang Dilla buat jadi,Obat yang mirip seperti jamu tradisional itu disaring nya dan diberi tetesan madu.

Jangan tanya pada Author ya resepnya, karena Author juga tidak tahu, ini resep turun temurun keluarga Faradilla Cahyani soalnya 🤭.

Dilla pun membawa obat itu ke hadapan Banyu dan meminta laki-laki itu meminumnya.

Banyu nampak meragukan minuman itu,dia memperhatikan nya secara seksama dan mengendus-endus baunya.

Dilla yang kesal dan tidak sabar jadi geram sendiri.

"Minumlah ,obat itu tidak akan membunuhmu, percayalah padaku!. " Ujar Dilla sambil mendekatkan gelas itu kebibir Banyu, dan memaksa laki-laki itu meminumnya.

Dengan sedikit merasa tertekan, Banyu meminum ramuan buatan Dilla. Ternyata tak sepahit yang dia kira.

"Bagaimana?, enak kan?. " tanya Dilla sambil mengambil kembali gelas yang sudah kosong.

"Iya, aku kira pahit,ternyata nggak. "jawab Banyu.

" Makanya jangan lihat luarnya aja,Abang gak akan tau rasanya kalau belum dicoba. "ujar Dilla dengan senyuman manisnya.

Banyu menatap gadis di depannya dengan tatapan meneliti, Mengamati setiap bentuk yang terlukis di wajah gadis cantik itu.

Banyu baru menyadari bahwa gadis yang berdiri dihadapannya ini ternyata cantik dan manis juga.

Matanya yang meneduhkan, senyumannya yang menghanyutkan, pipinya yang kemerahan, dan bulu matanya yang lentik, juga postur tubuhnya yang aduhai.Semua itu tersembunyi dibalik pakaian yang ia kenakan, Baju yang Dilla pakai memang sedikit over size dan juga bukanlah pakaian mahal.

Apalagi saat sedang bekerja, Dilla cenderung memakai pakaian yang sudah lusuh dan penuh dengan bau ikan asin.

" Bang Banyu kenapa ngeliatin nya kayak gitu banget?. "tanya Dilla gelagapan karena dari tadi Banyu terus saja memperhatikan dirinya secara intens.

" Gak kenapa-napa kok. "jawab Banyu.

" Ooo kirain. "

Dilla jadi Kege-eran.

"O iya, siapa nama kamu?. " tanya Banyu.

Dari sejak dia sadar, dia hanya mendengar Ibunya Dilla memanggil gadis itu dengan sebutan Dilla.

"Ooo, nama saya Faradilla Cahyani Bang. " jawab Dilla.

"Nama yang cantik,kayak orangnya. " sahut Banyu.

Kata-kata Banyu itu sukses membuat Dilla merasa tersanjung dan tersipu malu.

Banyu bisa melihat kalau gadis itu sedang merasa malu-malu padanya.

"Abang bisa memanggil saya dengan sebutan Dilla kayak yang lain." ujar Dilla.

Banyu hanya mengangguk disertai dengan senyuman. 😊

"Eee, kalau begitu sebaiknya Bang Banyu istirahat lagi barang sebentar.Nanti kalau saya sudah selesai menjemur ikan, saya akan antarkan Abang ke sungai untuk mandi. " ujar Dilla.

"Mandi di sungai??. " Banyu terkejut mendengarnya.

Tak tau entah bagaimana,tapi alam bawah sadarnya merasa kalau dia tidak pernah melakukan hal tersebut sebelumnya

**Bersambung 🤗

jangan lupa dukung karya author ini ya

Mohon dukungannya 🙏🙏🙏

like, komen, rate Bintang⭐ 5,dan juga jadikan novel favorit kalian 😘terimakasih**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!