Bab 03 : Kakek pemulung.

Pagi hari yang cerah, matahari mulai menampakan diri.

“Hoaaaam..” Yumi membuka penutup mata berbentuk panda yang selalu dia pakai saat tidur.

“Aaaah.. enak sekali rasanya tidurku kali ini.” Yumi meregangkan badan di atas kasur.

“Snif.. snif..” Yumi mencium bau gurih dari luar kamar, dia lalu keluar.

“Ckckck.. baru bangun?” Gyu-Sik sedang memasak di dapur.

Yumi mengusap-usap matanya, dia masih belum terbiasa melihat seorang laki-laki di rumahnya sepagi ini.

Dan yang lebih fantastis lagi, lelaki itu adalah seorang malaikat maut yang baru dibebastugaskan dan sekarang sedang memasak di dapurnya. 

Aura seram malaikat maut hilang dari Gyu-Sik, bahkan sekarang dia nampak menggemaskan karena memakai kaos Yumi yang berwarna kuning, celana olahraga Yumi yang nampak kekecilan, dan celemek pink bergambar kelinci.

Tidak sadar Yumi senyum-senyum sendiri melihat penampilan Gyu-Sik.

“Kenapa diam saja? Sana cuci muka lalu sarapan. Katanya kau ada janji pagi ini?” Gyu-Sik seperti seorang suami yang mengingatkan kegiatan istrinya.

“Iya.” Yumi lalu masuk ke kamar mandi.

Lima menit kemudian Yumi keluar dari kamar mandi.

“Howaaa..” Yumi tidak dapat berkata-kata saat melihat sup ayam hangat yang baunya gurih, nasi hangat yang membumbung di mangkok, dan juga pajeon.

*Pajeon \= pancake daun bawang, lauk khas Korea Selatan.

"Ayo makan, nanti keburu dingin." Ajak Gyu-Sik yang sudah siap di kursi makan.

"Jal meoggessseubnida." Yumi lalu melahap makanan yang dibuat Gyu-Sik.

*Jal meoggessseubnida \= saya akan menikmati makan ini. ( biasa diucapkan saat mau makan, sebagai tanda terimakasih terhadap penyedia makan )

Tidak butuh waktu lama untuk Yumi dan Gyu-Sik menghabiskan makan pagi mereka.

"Waaah.. gila.. enak sekali makanan yang kamu buat." Yumi sangat suka rasa dari makanan yang Gyu-Sik buat.

"Sudah sana mandi, lalu siap-siap." Gyu-Sik menyuruh Yumi untuk mandi.

"Emm.. aku harus panggil kamu dengan sebutan apa? Malaikat maut? Gyu-Sik ssi? Ahjeossi?" Yumi masih merasa canggung dan bingung mau memanggil Gyu-Sik dengan sebutan apa.

*Ssi \= honorific yang disematkan pada belakang nama seseorang saat belum terlalu akrab.

*Ahjeossi \= paman / om.

"Ahjeossi?? Memangnya muka ku setua itu?? Panggil aku oppa."

*Oppa \= Kakak laki-laki dipanggil oleh perempuan yang lebih muda. ( biasanya memakai kata oppa saat sudah akrab )

"Oppa?? Memangnya kita sudah seakrab itu sampai aku harus panggil kamu oppa?" Yumi tidak terima.

"Memangnya kita belum akrab? Kita tinggal bersama, makan bersama, bukannya sudah bisa dibilang akrab ya?" Kata Gyu-Sik.

'Eh? Benar juga.' Batin Yumi.

"Emm.. tapi tidak ah.. aku panggil nama saja, boleh?" 

"Terserah kau saja." Gyu-Sik sedang mengangkut piring-piring bekas makan ke tempat cuci piring.

"Aku mandi dulu." Yumi lalu pergi mandi.

Tiga puluh menit berlalu, Yumi keluar dari kamar mandi.

Pemandangan tidak biasa kembali dia lihat.

Gyu-Sik sedang beres-beres di ruang tamu.

"Emm.. hari ini apa yang akan kamu lalukan? Tanya Yumi pada Gyu-Sik yang sedang memakai vacum cleaner.

" Tidak tahu, aku hanya akan berdiam disini sambil memikirkan cara agar bola jiwa di dalam tubuh mu bisa keluar." Jawab Gyu-Sik.

"Emm.. baiklah, aku akan pulang saat jam makan siang. Aku akan membawakan mu makan siang." 

"Jangan lupa beli bahan masakan, di lemari pendingin hanya tersisa air mineral dan soju."

"Iya." Yumi berjalan menuju kamar.

"Kenapa dia berlaga seperti seorang ibu sih, ckckck.. benar-benar imajinasiku tentang malaikat maut hancur lebur karena dia." Yumi mulai mengeringkan rambut, lalu berdandan.

"Aku pergi dulu, kalau bosan dirumah kamu boleh keluar tapi jangan sampai tersesat ya." Yumi keluar dari rumah.

"Cch.. tersesat? Memangnya aku ini anak kecil? Sebelum kamu lahir aku sudah hapal seluruh jalan di kota ini." Gyu-Sik masih bersih-bersih.

...----------------...

Yumi sampai di gedung X-Vel, dia disapa banyak karyawan. Yumi adalah salah satu penulis novel eksklusif di X-Vel jadi dia diperlakukan baik di sini.

Tok…tok..

Yumi mengetuk pintu ruangan editorial.

"Masuk penulis Lee, editor Kang sudah menunggu di ruangannya." Sapa salah seorang editor saat melihat Yumi di depan pintu.

"Terimakasih." Yumi menyapa semua editor sebelum masuk ke ruangan Jae-Bom.

"Selamat pagi." Sapa Yumi ke Jae-Bom.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Jae-Bom.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja kan?" Yumi duduk di sofa berwarna merah.

Jae-Bom ikut duduk.

"Memangnya kamu kecelakaan apa sih?" Tanya Jae-Bom.

"Emm.. aku tiba-tiba sakit perut lalu pingsan di jalan saat menuju kesini." Jelas Yumi.

"Lalu apa kata dokter?" 

"Anehnya dokter sama sekali tidak menemukan hal aneh pada tubuhku, dan rasa sakitnya juga cepat hilang."

"Syukurlah."

"Oke kalau begitu, apa yang harus kita bicarakan kali ini?" Tanya Yumi semangat, dia selalu semangat saat membicarakan tentang pekerjaannya.

"Jadi begini.."

Pembicaraan mengenai rencana kerja Yumi dan X-Vel berlangsung serius, hingga tidak terasa sudah lebih dari satu jam.

"Ahhh.. akhirnya selesai." Yumi meregangkan badannya yang terasa sedikit kaku.

"Mau kopi?" Tanya Jae-Bom.

"Boleh." 

Jae-Bom mengajak Yumi ke cafe yang berada di seberang kantor X-Vel.

Mereka minum kopi sambil ngobrol.

Tiba-tiba Yumi melihat seorang pemulung laki-laki yang sudah tua sedang menarik gerobak berisi kardus-kardus bekas.

Di dahi laelaki tua itu terlihat tato merah bertilis 'D-2', Yumi terkejut.

"Emm.. maaf Jae-Bom, aku baru ingat ada janji, aku harus pulang, bye." Tiba-tiba Yumi berlari keluar cafe meninggalkan Jae-Bom.

"Aneh sekali sikapnya." Jae-Bom memperhatikan Yumi yang sedang berlari seolah sedang dikejar sesuatu.

...----------------...

Yumi mengejar pemulung itu.

"Harabeoji.. tunggu." Yumi berteriak hingga membuat pemulung itu berhenti.

*Harabeoji \= kakek.

"Hahh.. akhirnya." Yumi mengatur nafas sejenak.

"Ada apa anak muda?" Tanya pemulung itu.

"Emmm.. emmm.." Yumi tidak tahu harus berkata apa, fokusnya tercuri pada tato merah D-2 pada dahi pemulung itu.

"Ada yang bisa aku bantu?" Pemulung itu tampak bingung.

"Emm.. boleh aku membantu mu?" Tanya Yumi.

"Kamu pasti orang baik yang tidak tega melihat orang tua seperti ku menarik grobak, hehe.. tapi aku baik-baik saja. Ini pekerjaanku, jadi aku sudah terbiasa, terimakasih." Pemulung itu menolak bantuan Yumi dengan halus, lalu berjalan lagi.

"Apa yang harus aku lakukan?" Yumi merasa bingung harus melakukan apa.

Yumi kembali mengejar pemulung itu.

"Kakek, apa anda sudah makan siang?" Tanya Yumi.

"Hem? Apa ini sudah masuk jam makan siang?" Tanya kakek pemuling itu.

Yumi melirik jam tangannya, masih jam sebelas siang.

'Ahh.. sial, mau alasan apalagi ya?' Batin Yumi.

"Nak.. ada apa dengan mu? Kenapa sepertinya ingin menyampaikan sesuatu padaku? Katakan saja."

Mendengar kakek pemulung berkata seperti itu membuat hati Yumi sedih, dia tidak mungkin menyampaikan bahwa umur kakek pemulung itu tinggal dua hari.

"Kakek, apa aku boleh menjadi cucu mu?" Hanya pertanyaan ini yang Yumi dapat dari otaknya.

To be continued.....

Terpopuler

Comments

renjana biru

renjana biru

yg pengen blajar basa korea wajib baca novel ini sihh

2022-12-16

0

Utagusta

Utagusta

kayaknya bakal mengsedih2 gtu ya ni novel

2022-10-31

0

Lalaluna14

Lalaluna14

bau" cinta segitiga nihhhh, syukaaak😜

2022-10-28

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!