00:35 waktu Seoul.
Yumi tidak bisa tidur, padahal matanya sudah terasa lelah setelah menulis novel-novelnya selama lebih dari empat jam.
"Aaargh.. sial! Kenapa aku belum mengantuk sih?" Yumi menendang gulingnya hingga terjatuh dari kasur.
Yumi keluar kamar, dia menuju lemari pendingin untuk mengambil soju.
*Soju \= Alkohol khas Korea Selatan.
Yumi menuang soju ke gelas minum alkohol.
"Ahhh.. segar sekali." Yumi meneguk satu gelas minum soju.
Yumi menatap Gyu-Sik yang tertidur pulas di sofa.
"Hah.. hidup benar-benar susah ditebak. Siapa sangka aku akan tinggal bersama malaikat maut? Ckckck.."
Yumi kembali meneguk satu gelas minum soju.
"Ahhh.. soju memang tidak pernah salah, nikmat sekali."
Yumi kembali meneguk soju, hingga menghabiskan satu botol.
"Kenapa cepat sekali habis sih?" Yumi menempelkan pipinya ke meja, kesadarannya mulai menurun akibat pengaruh alkohol.
Yumi berjalan sempoyongan mendekati Gyu-Sik.
Yumi berjongkok sambil menatap wajah Gyu-Sik.
"Kenapa malaikat maut bisa tampan seperti ini? Dia benar-benar merusak imajinasiku."
"Lihat hidungnya yang tinggi itu." Yumi menyentuh pelan hidung Gyu-Sik.
"Alisnya tebal, dagunnya lancip, bibirnya juga menarik." Yumi menyentuh hampir semua bagian wajah Gyu-Sik.
"Sekilas mirip aktor Ji Chang-Wook, hehe.." Alkohol sudah merasuki otak Yumi.
"Tapi sayangnya dia seorang malaikat maut, haaaah.."
"Hmmm? Memang kenapa Yumi kalau dia bukan malaikat mau? Apa kau akan suka?" Monolog Yumi masih berlangsung.
"Emm.. tapi dia tampan, masakannya enak, dan rajin bersih-bersih rumah. Cocok dijadikan suami. Aha! Apa aku lamar saja ya dia?"
"Uhukk.. uhukk.. uhukk.." Gyu-Sik akhirnya tidak bisa menahan diri lagi, sebenarnya sejak Yumi menyentuh hidungnya dia sudah sadar.
"Oh? Kamu belum tidur ternyata??" Yumi berdiri sambil menunjuk Gyu-Sik.
"Yaaak!! Jam berapa ini? Kenapa minum alkohol malam-malam begini. Sana tidur!"
"Hehe.." Yumi tersenyum tidak jelas.
BRUK..
Tiba-tiba Yumi pingsan, untung Gyu-Sik sigap menangkapnya.
"Hah.. orang ini menyusahkan saja." Gyu-Sik menggendong Yumi sampai ke kasur.
"Ji Chang-Wook? Chh.. jelas-jelas aku lebih tampan." Gyu-Sik keluar dari kamar Yumi.
...----------------...
"Aaaargh.. kepalaku." Pekik Yumi saat terbangun dari tidurnya.
Yumi duduk bersandar di ranjangnya.
Tiba-tiba di otaknya terputar adegan mabuknya semalam.
"Haaaah" Yumi menutup mulutnya dengan tangan.
"Tidak, tidak mungkin." Yumi mulai ingat apa yang terjadi semalam.
"Hahhh.. aku harus bagaimana?" Yumi mondar mandir sambil menggigit kuku.
"Hahhhh.. eotteohke…….." Yumi menenggelamkan kepalanya di bawah bantal.
*eotteohke \= bagaimana ini?
Tok.. tok.. tok..
"Lee Yumi kau baik-baik saja?"
Yumi kaget saat Gyu-Sik mengetuk pintu kamarnya.
"Kalau sudah bangun keluarlah, aku buatkan sup pereda mabuk."
"Hahhh.. dia ini apa-apaan sih." Yumi kembali menenggelamkan kepalanya di bawah bantal.
"Huft.. tarik nafas.. hembuskan.. huft.. tarik nafas.. hembuskan.. Lee Yumi hadapilah." Yumi akhirnya keluar kamar.
"Ahh.. kepala ku pusing sekali." Yumi berjalan menuju kamar mandi.
"Tentu saja semalam kau mabuk berat, memangnya tidak ingat?" Sindir Gyu-Sik.
"Oya? Emm.. emm.. aku tidak ingat, hmm.. sepertinya aku memang mabuk berat." Yumi cepat-cepat masuk ke kamar mandi.
"Bohong, padahal dari gerak tubuhnya saja sudah ketahuan kalau dia ingat kejadian semalam, dasar Lee Yumi." Gyu-Sik sedang menyiapkan sup pereda mabuk untuk Yumi.
Lima menit kemudian Yumi keluar kamar mandi.
"Aku membuatkan mu kongnamul guk, makanlah."
*Kongnamul guk \= Sup tauge, sup sederhana yang bisa dimakan untuk penghilang pengar setelah mabuk.
Yumi melirik ke arah meja makan, sup itu terlihat menggiurkan.
"Kenapa diam saja?"
Yumi akhirnya duduk di kursi makan berhadapan dengan Gyu-Sik, di otaknya kembali terputar adegan mabuknya semalam.
'Sial! Kenapa teringat terus sih?' Batin Yumi.
"Aku akan ikut." Tiba-tiba Gyu-Sik berucap.
"Ikut apa?" Tanya Yumi.
"Ikut menemui kakek pemulung yang kau ceritakan kemarin."
"Benarkah? Kenapa tiba-tiba ingin ikut?"
"Aku bosan di rumah terus."
"Nah.. gitu dong! Kalau begitu nanti kita bertemu kakek Dong-Il. Tapi aku harus ke kantor X-Vel dulu, ada berkas yang harus aku ambil." Yumi menikmati sup buatan Gyu-Sik.
"Baiklah, kalau begitu aku mandi dulu." Gyu-Sik beranjak dari kursi makan.
"Kamu tidak makan?"
"Sudah." Gyu-Sik masuk kamar mandi.
"Bagaimana bisa malaikat maut mahir masak seperti ini, ckck.. Aku jadi ragu, jangan-jangan dia bukan malaikat maut?" Yumi masih dibuat heran dengan hasil masakan Gyu-Sik.
...----------------...
Yumi dan Gyu-Sik ke rumah kakek Dong-Il.
"Kakeeeek.".Yumi berlari ke arah Dong-Il yang sedang memakai sepatu.
" Kau kemari lagi? Ada apa?" Tanya Dong-Il.
Yumi terdiam sejenak, tato merah di dahi Dong-Il kini telah berubah menjadi D-1.
"Yumi?" Tegur Dong-Il.
"Maaf kek." Yumi baru sadar.
"Aku membawa orang ini." Yumi menarik lengan Gyu-Sik.
"Orang ini??" Dong-Il heran kenapa Yumi menggunakan kata itu.
"Hehe.. maksudku aku membawa seorang teman, dia akan membantu kakek hari ini."
"Tidak perlu repot-repot aku.. uhuk.. uhuk.. uhuuuuuk…"
"Kakek." Yumi terkejut melihat Dong-Il batuk hingga mengeluarkan darah dari mutulnya.
"Kakek ayo kita ke rumah sakit." Yumi panik.
"Tidak usah, sudah biasa. Aku mau bekerja seperti biasa." Dong-Il membersihkan bibirnya dengan sapu tangan.
"Tapi kek.."
"Benar sekali kek, lebih baik kau lakukan apa yang kau inginkan. Pergi ke rumah sakit pun tidak akan membantu, waktumu sangat berharga kek, pakailah sesukamu." Gyu-Sik berkata dengan nada yang dingin dan terdengar tidak sopan.
"Dia seolah bilang bahwa umurku tinggal sebentar." Bisik Dong-Il pada Yumi.
DEG.
Hancur hati Yumi, sekuat tenaga dia menahan air mata.
"Aku akan menemani mu hari ini, kemana saja, melakukan apa saja tidak masalah." Kata Gyu-Sik.
"Terimkasih, tapi ngomong-ngomong siapa namamu nak?" Tanya Dong-Il.
"Han Gyu-Sik."
"Kalau begitu ayo kita pergi mencari kardus." Dong-Il menarik grobaknya.
"Kek.. aku ada urusan dulu, nanti aku susul. Dimana kita bertemu nanti?" Tanya Yumi.
"Mau makan bungeoppang?" Tanya Dong-Il.
*Bungeoppang \= kue berbentuk ikan yang mirip dengan wafel, berisi pasta kacang merah.
Yumi mengangguk.
"Kalau begtiu kita bertemu di kedai bungeoppang di selatan taman kota, kau tahu kan?"
"Jelas saja tahu kek, bungeoppang di kedai itu memang juara."
"Kalau begitu cepat sana pergi, nanti kamu terlambat."
"Baik kek, tapi aku mau bicara sebentar dengan Gyu-Sik." Yumi menarik Gyu-Sik untuk menjauh dari Dong-Il.
"Kenapa?"
"Tolong jangan keluarkan kata-kata kejam seperti tadi, umur kakek itu tinggal satu hari, kau seharusnya menghiburnya, membuatnya senang. Dan satu lagi bicara yang sopan, walau umurmu sudah sangat tua, tapi wajahmu masih terlihat muda, bersikaplah seperti manusia biasa." Yumi memprotes sikap Gyu-Sik.
"Iya.. iya.. ya sudah sana pergi."
"Awas kau!" Yumi pergi.
"Cch.. apa-apaan dia."
"Kek.. ayo berangkat." Ajak Gyu-Sik sambil mendorong gerobak Dong-Il.
"Sudah berapa lama kau mengenal Yumi?" Dong-Il membuka pembicaraan.
"Belum lama."
"Dia anak yang baik, tolong jangan sakiti dia."
"Memangnya mukaku ini tampak seperti penjahat?" Gyu-Sik tidak terima dengan kata-kata Dong-Il.
"Tidak juga, aku hanya mengingatkan. Maaf kalau kau tersinggung."
Gyu-Sik tidak menanggapi.
.
.
.
.
.
Beberapa waktu mereka habiskan tanpa berbicara.
To be continued..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Agusrita Wijayanti
malaikat maut , bicaranya yg halus donk kasian kakek Dong-II 😗
2022-11-12
0
Utagusta
lhah aku bayanginnya Lee Jongsuk🤣
2022-10-31
1
Lalaluna14
Beneran di mention Ji Chang-Wook nya🤣🤣
2022-10-31
1