Marrying The Grim Reaper
Hari yang cerah, musim semi tampaknya sudah berakhir.
Derap langkah para penghuni kota Seoul meramaikan jalanan di distrik Gangnam.
Distrik ini terkenal dengan keelitannya.
Seorang wanita tiga puluh tiga tahun bertubuh mungil berlari sambil menggendong tas laptopnya.
Rambut panjangnya yang dicat warna coklat tua dan masih setengah basah berkibar.
“Hahh.. capek sekali.” Lee Yumi berhenti mendadak karena nafasnya mulai ngos-ngosan.
Lee Yumi adalah seorang penulis novel online di salah satu platform novel online yang sedang hot di Korea selatan bernama X-Vel.
Pagi ini dia harus bertemu editor di kantor X-Vel yang berada di distrik Gangnam.
Pagi-pagi Yumi harus menaiki subway dari rumahnya yang berada di distrik Yongsan menuju distrik Gangnam. Lalu dia harus berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk sampai ke kantor X-Vel.
Bruk.. Bruk..
Orang-orang yang sedang mengejar waktu tidak sengaja menabrak tubuh Yumi.
“Hah.. lebih baik aku menepi sebentar.” Yumi menepi di depan sebuah toko kue, dia meneguk air mineral lalu berniat untuk melanjutkan perjalanan.
Yumi beristirahat sejenak sambil memperhatikan orang-orang yang sedang menyeberang jalan.
“Oh?? Awassssssss.” Yumi seketika berlari menuju seorang siswi berseragam yang sedang menyeberangi jalan, padahal lampu lalu lintas sudah berganti hijau.
BRUK…
BRUK…
Yumi berhasil memeluk siswi itu.
SEEEET!
Seorang laki-laki berpakaian serba hitam menarik tubuh Yumi hingga pelukannya pada tubuh siswi itu terlepas.
'Apa itu tadi yang keluar dari mulut ku? Bola jiwa?? Tidak mungkin!' Batin lelaki itu.
Sesuatu yang bercahaya dari tubuh lelaki itu keluar lalu masuk ke tubuh Yumi melalui mulut.
CIIIIIIIIT..
Suara decitan ban sebuah truk pengirim barang yang mengerem mendadak.
Truk itu berhenti tepat di belakang tubuh Yumi yang saat ini berada dalam pelukan laki-laki yang tidak dia kenal.
Kejadian ini sontak membuat gaduh pengendara maupun pejalan kaki.
“Mwohaneungeoya?? Pikyeo!” Supir truk mengeluarkan kepalanya dari jendela sambil berteriak.
*Mwohaneungeya?? Pikyeo! \= Apa yang kamu lakukan? Minggir!
Yumi melepaskan diri dari pelukan laki-laki yang berpakaian serba hitam dan memakai mantel panjang berwarna hitam pula, sungguh bukan pakaian yang tepat untuk musim panas di Seoul.
Yumi menatih siswi yang dia selamakan menuju tepi jalan.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Yumi pada siswi itu.
“Iya, eonni baik-baik saja?” Tanya siswi itu ke Yumi.
*Eonni \= Panggilan untuk wanita yang lebih tua diucapkan oleh wanita.
“Hmm.. aku baik-baik saja. Lain kali jangan menyeberang sembarangan, bahaya.”
“Iya, aku permisi.” Siswi itu berlalu, lelaki misterius itu mengikutinya.
"Hmm.. lelaki itu mencurigakan? Kenapa dia mengikuti siswi itu?” Yumi berlari ke arah lelaki misterius.
“Siapa kau? Dari tadi kau mengikuti siswi itu?” Yumi menahan tangan lelaki itu.
“KAU MELIHAT KU??” Tanyanya kaget.
‘Pertanyaan macam apa itu?’ Batin Yumi.
“Aku punya mata yang masih sehat, tentu saja aku melihat mu. Jadi siapa kamu? Kenapa sejak tadi mengikuti siswi itu?"
“Sebentar.. sebentar.. kamu benar-benar bisa melihat ku? Bisa menyentuh ku dan mendengar suara ku??” Lelaki itu tampak kebingungan.
“Kau sedang pura-pura gila ya? Agar tidak ketahuan kalau sedang mengikuti siswi tadi?” Yumi mulai terbawa emosi karena respon lelaki itu terdengar aneh.
“Tentu saja aku harus mengikuti siswi itu karena….”
“Arrrgh.. arrrgh.. kenapa ini? Kenapa perut ku sakit sekali.” Tiba-tiba Yumi merasa perutnya sakit luar biasa hingga akhirnya tak sadarkan diri.
Orang-orang di sekitar Yumi panik melihatnya.
“Agassi, kau baik-baik saja?” Seorang wanita paruh baya menggoyang-goyangkan tubuh Yumi.
*Agassi \= Nona.
“Kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Kata seorang wanita lagi.
“Jeogiyo.. bukannya anda bersama wanita ini? Kenapa anda diam saja? Cepat gendong dia.” Seseorang mengajak bicara lelaki berbadan tegap itu.
*Jeogiyo \= Permisi/kalimat untuk menarik perhatian seseorang.
“Aku??” Lelaki itu tampak bingung, dia malah celingukan.
“Iya kamu! Kalau memang kamu tidak kenal wanita ini setidaknya pakai rasa kemanusiaan mu untuk membantunya, dia sedang pingsan!” Wanita paruh baya memarahi lelaki bermantel hitam itu.
‘Rasa kemanusiaan? Bagaimana aku bisa tahu perasaan itu? Aku ini bukan manusia! Aku adalah Han Gyu-Sik, MALAIKAT MAUT.' Batin Gyu-Sik.
"Kenapa malah melotot ha?" Gyu-Sik semakin kena semprot wanita paruh baya itu.
Ninot.. ninot.. ninot..
Suara sirine mobil ambulan mengalihkan semua perhatian.
Petugas kesehatan membawa Yumi dengan tandu masuk ke mobil ambulan.
Wanita paruh baya menarik tangan Gyu-Sik mendorongnya untuk masuk ke mobil ambulan.
"Temani dia."
"Tapi aku.." Gyu-Sik mencoba melarikan diri.
"Hei anak muda!! Pakai sedikit rasa kemanusiaan mu! Ayo cepat masuk!" Seorang laki-laki mendorong Gyu-Sik masuk ke mobil ambulan.
'Apa-apaan ini? Kenapa aku bisa terlihat oleh manusia?' Gyu-Sik duduk di sebelah Yumi yang masih pingsan.
"Anda pacarnya?" Tanya petugas kesehatan yang duduk di sebelah Gyu-Sik.
"Hah.. yang benar saja, bukan! Aku tidak mengenalnya." Jawab Gyu-Sik dengan nada ketus.
'Wanita ini yang menggagalkan tugas ku untuk mencabut nyawa remaja tadi. Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Selama dua ratus tujuh puluh tahun aku menjadi malaikat maut baru kali ini tugas ku bisa digagalkan oleh manusia. Aneh!' Gyu-Sik sibuk dengan pikirannya sendiri sambil terus menatap Yumi yang masih tergolek lemas.
'Jangan-jangan yang aku lihat tadi benar? Bola jiwa keluar dari tubuh ku dan masuk ke tubuh wanita ini??' Gyu-Sik masih menerka-nerka kejadian luar biasa yang terjadi barusan.
'Lalu bagaimana nasib remaja tadi? Masa dia tidak jadi meninggal?' Gyu-Sik benar-benar sibuk memikirkan kejadian tadi.
Akhirnya mobil ambulan sampai di rumah sakit.
Petugas kesehatan membawa Yumi ke ruang gawat darurat.
"Maaf.. mari ikut saya." Seorang perawat mengajak Gyu-Sik untuk ikut bersamanya.
Walau tidak tahu kenapa dia harus mengikuti perawat itu, tapi Gyu-Sik membuntut.
"Silahkan isi dan tanda tangan disini." Perawat membawa Gyu-Sik ke meja pengisian data pasien.
Gyu-Sik melihat formulir pasien yang di sodorkan oleh perawat.
"Maaf.. tapi saya tidak kenal dengan wanita itu. Saya baru bertemu dengannya."
"Saya adalah walinya." Seorang laki-laki paruh baya berpakaian serba hitam datang.
"Timjangnim akhirnya kau datang." Gyu-Sik merasa lega atasannya datang.
*Timjangnim \= Panggilan kehormatan untuk ketua tim.
"Baik tuan, silahkan diisi." Perawat menyodorkan formulir ke Dong-Bong.
"Timjangnim apa yang sebenarnya terjadi?" Gyu-Sik panik.
"Diam kau, tunggu dulu." Dong-Bong menulis formulir pasien milik Yumi.
Dong-Bong adalah ketua tim dua malaikat maut, dia adalah atasan Gyu-Sik.
Dong-Bong menyerahkan formulir ke perawat, lalu berjalan menuju ruang IGD.
"Timjangnim apa yang terjadi?? Aku benar-benar tidak paham situasinya." Gyu-Sik membuntut Dong-Bong.
"Tunggu sebentar, aku harus melihat anak itu, aku ingin memastikan sesuatu."
...----------------...
Yumi mulai membuka matanya.
"Dimana aku?" Yumi duduk lalu melihat sekitar.
"Rumah sakit?" Yumi mencoba keluar dari bilik perawatannya, dia menyibakan tirai putih.
Pemandangan IGD yang ramai.
"Permisi.. minggir.. minggir.. beri jalan." Beberapa tenaga medis mendorong tandu beroda, membawa seorang pemuda yang wajah dan sekujur tubuhnya berdarah.
Yumi bergidik ngeri melihat pemandangan yang tidak biasa itu.
Namun tunggu dulu ada yang lebih tidak biasa.
"Hahhhh.." Yumi menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Yumi melihat arwah pemuda itu keluar dari raganya lalu mengikuti seorang lelaki berbaju serba hitam.
Lelaki berbaju hitam dan arwah pemuda itu berjalan tepat di depan Yumi, melewati Yumi begitu saja.
Yumi berjalan mengikuti mereka sampai keluar dari ruang IGD.
"Tunggu.. apa ini?" Yumi berdiri tepat di depan lelaki berbaju serba hitam itu.
"Hmmm? Kamu melihat ku?" Tanya lelaki itu dengan wajah yang terlihat bingung.
'Apa-apaan sih? Pertanyaan yang sama dengan lelaki yang tadi. Memangnya pertanyaan ini sedang populer ya?' Batin Yumi.
"Lelaki yang tadi? Siapa?" Tanya lelaki berbaju serba hitam yang ternyata adalah seorang malaikat maut.
"Oh? Kau bisa mendengar apa yang aku katakan di dalam hati??" Yumi semakin bingung.
Malaikat maut itu tiba-tiba memberi hormat.
Yumi semakin bingung, "Kenapa tiba-tiba memberi hormat padaku?"
"Lee Yumi?" Suara Dong-Bong dari arah belakang membuat Yumi menoleh.
"Kamu laki-laki yang tadi kan?" Yumi menunjuk Gyu-Sik.
"Timjangnim apa-apaan ini? Kenapa manusia bisa melihat kita?" Tanya malaikat maut itu.
"Sudah kamu pergi sana, selesaikan tugas mu." Kata Dong-Bong.
"Baik Timjangnim." Seketika malaikat maut dan arwah pemuda itu menghilang.
"Apa-apaan ini??" Mata Yumi terbuka lebar, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
***Bersambung..
Di novel ini bakal aku sisipkan kata-kata berbahasa Korea.
Karena latar belakang novel ini adalah kehidupan di kota Seoul jadi bakal banyak budaya dan kebiasaan yang berbeda dari negara kita, harap maklum!
Naladhipa💜***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
renjana biru
aku mampir kak,, fav+like mendarat
mampir jg yuk kak ke "Faith"
ayok kita slg dukung🤗
2022-12-16
0
Moon Light
sukses thor
2022-11-02
0
Shara
Suka banget sama yang berbau Korea👍👍
2022-10-31
0