Bab 02 : Tinggal bersama malaikat maut.

"Ayo kita ke atap rumah sakit, kita perlu bicara di tempat yang sepi." Ajak Dong-Bong.

Gyu-Sik mengikuti Dong-Bong.

"Kenapa diam saja? Ayo ikut." Ajak Gyu-Sik ke Yumi.

"Eoh? Aku juga?" Yumi mengikuti Gyu-Sik dan Dong-Bong meski tidak tahu untuk apa dia harus ikut.

Yumi menoleh saat melihat seorang pasien yang baru saja keluar dari ruang operasi.

Pasien itu masih belum sadar, alat bantu pernafasan terpasang di hidungnya.

Yumi mengerutkan dahinya, dia memfokuskan pengelihatannya untuk melihat sesuatu di dahi pasien itu.

Ada sebuah tulisan seperti tato berwarna merah 'D-6'.

Yumi merasa aneh, kenapa ada orang yang mau mentato dahinya sebesar itu.

Yumi berlalu begitu saja, lalu mengejar Dong-Bong dan Gyu-Sik.

Yumi kembali dibuat heran saat melihat seorang pasien yang sedang duduk di kursi roda.

Di dahi pasien itu terdapat tulisan seperti tato berwarna merah bertulis 'D-3'. Ukuran, warna dan jenis tulisannya sama persis seperti yang sebelumnya dia lihat

"Apa tato model seperti itu sedang menjadi trend?" Yumi menggumam sendiri.

...----------------...

Yumi, Gyu-Sik dan Dong-Bong akhirnya sampai di atap rumah sakit.

"Baiklah akan aku mulai penjelasannya." Kata Dong-Bong.

"Namaku Dong-Bong, seorang kepala tim malaikat maut. Dan dia adalah Han Gyu-Sik, dia juga seorang malaikat maut. Dan lelaki berjubah hitam yang kamu lihat di ruang IGD tadi juga malaikat maut." Intronya saja sudah membuat Yumi hampir serangan jantung.

"Apa? Malaikat maut?? Hahahaha.." Yumi merasa lucu bercampur aneh. "Yang benar saja, ini kehidupan nyata bukan di novel, jadi bagaimana bisa malaikat maut terlihat oleh orang biasa??" Yumi merasa sedang dibodohi.

"Coba lihat ke kaca itu, kamu tidak akan melihat bayanganku." Dong-Bong menunjuk jendela kaca besar.

Yumi menengok, dia hanya melihat pantulan bayangannya dan bayangan Gyu-Sik.

"Apa-apaan ini?? Kenapa ada bayanganku??" Gyu-Sik heboh melihat pantulan bayangannya di kaca.

"Karena kamu sekarang berstatus malaikat maut yang dibebas tugaskan, maka kamu terlihat oleh semua orang." Jawab Dong-Bong.

"Apaa???!"

"Bola jiwa yang ada di dalam tubuh mu keluar lalu masuk ke tubuh Yumi, makanya dia bisa melihat malaikat maut dan arwah yang baru saja dicabut nyawanya. Dan juga kamu bisa melihat sisa umur manusia kan sekarang? Sudah lihat kan?" Dong-Bong mengajak Yumi bicara.

"Sisa umur manusia??" Yumi tidak paham apa yang dibicarakan oleh Dong-Bong.

"Kamu tadi lihatkan ada pasien yang memiliki tato berwarna merah bertulis D- ? Itu adalah sisa umur mereka, D-6 artinya dia akan meninggal enam hari lagi. Kamu bisa melihat sisa umur manusia yang akan meninggal tujuh hari kedepan."

"APAAA??!" Yumi kaget bukan main setelah menyadari bahwa yang tadi dia lihat adalah orang-orang yang sisa umurnya sangat pendek.

"Kalau begitu beritahu aku bagaimana caranya agar bola jiwa itu kembali ke tubuhku." Jata Gyu-Sik.

"Caranya hanya satu, kamu harus menghamili Yumi dan nantinya dia akan melahirkan seorang anak yang akan membawa bola jiwa itu keluar." Jelas Dong-Bong.

"APAAAA???!" Yumi dan Gyu-Sik sama-sama kaget mendengar perkataan Dong-Bong.

"Jangan bercanda timjangnim, ayolah katakan sejujurnya." Gyu-Sik berharap apa yang dikatakan Dong-Bong tidak benar.

"Aku tidak bercanda." Wajah Dong-Bong tampak sangat serius.

Yumi dan Gyu-Sik terdiam.

"Tugas mu sementara akan diambil alih ke malaikat maut yang lain. Ya sudah begitu saja, aku masih banyak kerjaan."

TRING..

Seketika Dong-Bong menghilang.

"TIMJANGNIIIIIIIM." Gyu-Sik berteriak.

Yumi masih terdiam, dia masih belum sadar dari syok yang dia alami.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Gyu-Sik sambil mencolek bahu Yumi.

"Bagaimana aku bisa baik-baik saja? JELAS SAJA AKU SEDANG TIDAK BAIK!!" Yumi melampiaskan kekesalannya pada Gyu-Sik.

"Hey! Kenapa marah padaku? Kamu yang menggagalkan tugasku! Kamu yang membuat bola jiwa itu keluar dari tubuh ku, kamu sendiri yang membawa malapetaka ini!!" Gyu-Sik balik memarahi Yumi.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak ingin punya anaaaak, huhuhu.." Yumi mulai menangis. "..apalagi punya anak dengan malaikat maut. Akan jadi apa anak itu nanti? Hiks.. hiks.." Yumi menyeka air mata di pipinya.

"Sudah diam, aku akan cari cara untuk mengeluarkan bola jiwa itu, jadi tolong jangan menangis." Gyu-Sik menepuk-nepuk pundak Yumi.

"Hikss.. hiksss.. aku mau pulang saja." Yumi kembali ke rumah sakit menuju ruang IGD untuk mengambil barang-barangnya lalu pergi ke kasir untuk membayar.

Gyu-Sik yang tidak tahu harus apa dan harus kemana mengikuti kemana Yumi melangkah.

"Kamu mau apa sih?! Kenapa dari tadi mengikuti ku??" Tanya Yumi.

"Bawa aku pulang ke rumah mu, aku tidak tahu harus kemana." Jawab Gyu-Sik dengan wajah polos.

"Apa?? Aku harus menanggung hidup seorang malaikat maut??" 

"Tapi aku harus memantau bola jiwa itu."

"Hahhhh.. entahlah." Yumi berjalan menuju stasiun subway, dia tidak menyetujui Gyu-Sik ikut dengannya, tapi Yumi membelikan tiket subway dan pada akhirnya membiarkan Gyu-Sik mengikutinya sampai di rumah.

"Hahh.. aku sungguh tidak percaya, bagaimana bisa aku tinggal dengan seorang malaikat maut." Yumi membanting tasnya ke sofa lalu mengambil sebotol air mineral dari lemari pendingin.

Gyu-Sik sedang melihat-lihat isi rumah Yumi.

"Apa pekerjaan mu?" Tanya Gyu-Sik.

"Penulis novel online."

"Memangnya jadi penulis novel online bisa menghasilkan uang banyak?"

Yumi tersenyum kecut mendengar pertanyaan Gyu-Sik yang terdengar seperti sedang meremehkannya.

"Penghasilannya lebih dari cukup. Lagian tahu apa kamu malaikat maut soal hal-hal duniawi?" Sindir Yumi.

"Waaah.. kamu meremehkan martabat malaikat maut. Jelas saja kami tahu segalanya tentang manusia dan bumi ini. Kami sama seperti kalian, merasa lapar, kami makan, merasa mengantuk dan lelah kami tidur, sama kan?"

"Kalian punya rumah??"

"Tentu saja, rumah kami di alam nirwana."

"Hah.. sudahlah pusing aku mendengarnya." Yumi mencari ponselnya.

"Aku haus, lapar juga." Gyu-Sik menuju dapur.

"Hey! Dasar malaikat maut tidak punya sopan santun! Seenaknya saja menjamah milik orang lain. Seharusnya kamu ijin dulu dong!" Yumi merasa kesal.

"Boleh aku minta minum dan makan nona Yumi?" Gyu-Sik sengaja mengeluarkan nada bicara yang menjengkelkan.

"Hihh.. menyebalkan." Yumi membiarkan Gyu-Sik berkutat di dapur.

Yumi menelepon seseorang.

"Halo editor Kang?" Sapa Yumi.

"Yumi kenapa belum datang? Tidak jawab telepon pula." Jawab sekrang editor yang bertanggungjawab atas karya-karya Yumi.

"Maaf editor Kang, tadi ada kecelakaan kecil." Yumi tidak bisa menjelaskan secara rinci apa yang sudah dia lalui hari ini.

"Apa kamu kecelakaan?? Bagaimana keadaan mu sekarang? Apa masih di rumah sakit? Bagian apa yang terluka?" Suara Kang Jae-Bom lelaki empat puluh dua tahun itu terdengar khawatir.

"Ahh.. tidak, di rumah kok. Aku baik-baik saja editor Kang. Yasudah kalau begitu, aku cuman mau mengabari soal itu, aku harus membuat bab baru untuk novel yang tenggatnya sudah dekat."

"Tidak usah dipikirkan soal novel, lebih baik kamu istirahat saja dulu. Setelah pulang kerja aku akan mampir ke rumah mu." 

"JANGAAAAN!!" Yumi menolak dengan sangat jelas.

"Kenapa?"

"Eh.. tidak, tidak usah editor Kang, aku baik-baik saja kok. Besok aku akan pergi ke kantor X-Vel, terimakasih. Selamat bekerja." Yumi mengakhiri panggilan ke Jae-Bom.

"Siapa?" Tanya Gyu-Sik sambil sibuk membuat ramyeon.

"Bukan urusan mu." Yumi mulai membuka laptopnya, memasang kaca mata bening anti radiasi dan mengucir rambutnya, dia siap bekerja.

“Pacar mu?” 

“Bukan, dia orang yang seharusnya aku temui tapi karena bertemu seorang malaikat maut hidpku terasa berubah seratus delapan puluh derajat.” Yumi sudah sibuk dengan laptopnya.

“Kamu tidak makan?” Gyu-Sik sudah siap dengan ramyeonnya di meja makan.

“Tidak.”

Kruuuuuuk..

“Hahaha.. kamu memelihara monster ya di dalam perut?” Gyu-Sik mengek Yumi setelah mendengar suara perut Yumi yang meronta minta diberi makan.

“Nih.. belum aku makan, aku buat lagi yang baru.” Gyu-Sik meletakan panci kecil berisi ramyeon yang masih panas di meja kerja Yumi.

Yumi melirik ke ramyeon yang seolah memohon untuk dihabiskan.

“Makan saja, nanti kalau perut mu kosong tidak dapat ide untuk menulis.” Gyu-Sik berada di dapur mencari ramyeon dan peralatan untuk masak.

“Gomawo.” Ucap Yumi sebelum menyantap ramyeon yang dibuat Gyu-Sik.

*Gomawo \= Terimakasih ( bahasa informal )

to be continued.....

Terpopuler

Comments

renjana biru

renjana biru

malaikatnya bisa laper jg ternyata wkwk🤣

2022-12-16

0

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Lumayan lah untuk beli permen karet. 🤭

2022-10-28

2

Lalaluna14

Lalaluna14

thor gyusik versi ku lee minho, spill gyusik versi mu😆

2022-10-27

5

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!