Perkenalan dan perpisahan

Cukup lama mereka saling menatap, seolah ingin tahu perasaan masing-masing melalui bola mata mereka.

"Apa yang telah terjadi? kenapa tuan Langit ada disini?" tanya Ara yang penasaran.

"Hm...! tadi kan perapiannya sudah mati, dan saya lihat kamu dalam keadaan kedinginan. Jadi saya berniat menyelimuti nona Ara dengan jaket saya, kalau nona Ara tidak berkenan, saya minta ma'af." jawab Langit sedikit terbata-bata.

"Sudah terlanjur, tapi lain kali jangan dilakukan ya tuan Langit!" seru Ara yang kemudian bangkit dari duduknya dan demikian pula dengan Langit.

"Iya, lagi pula kenapa nona Ara bisa berada di hutan belantara ini?" tanya Langit yang penasaran.

"Saya kan memang tinggal...!" Ara tak melanjutkan jawabannya. Gadis itu berpikir sejenak, jika dirinya menyebutkan siapa sebenarnya dia, apa yang akan terjadi nantinya.

"Kalau dia tahu siapa aku, apa mungkin dia akan mau berteman dengan ku? sebaiknya tak akan aku beritahu siapa aku yang sebenarnya." gumam dalam hati Ara.

"Selama ini nona tinggal dimana?" tanya Langit kembali yang penasaran.

"Saya tinggal di tepi hutan, tapi sepertinya saya terlalu jauh masuk ke hutan ini." ucap Ara yang tak mengatakan hal yang sebenarnya.

"Kenapa kamu berani sendirian di hutan ini?" tanya Langit yang penasaran.

"Awalnya karena saya mau mencari tanaman obat, tapi saya tak tahu kalau sudah masuk hutan terlalu dalam. Dan saat ini saya sedang mencari jalan pulang, dan belum menemukannya." jelas Ara yang jelas bukan cerita yang sebenarnya.

"Oh, begitu." ucap Langit sesya menganggukkan kepalanya.

"Kalau tuan langit dari mana?" tanya Ara yang juga penasaran.

"Saya sedang melakukan penelitian di hutan ini. Tadinya saya bersama dengan rombongan ayah, tapi nampaknya saya juga tersesat seperti anda nona." ucap Langit yang kemudian menatap Ara.

"Oh, begitu ya!" ucap Ara.

"Sebaiknya jangan panggil nona ya, canggung rasanya. Bagaimana kalau panggil Ara saja?" lanjut tanya Ara.

"Ara? Baiklah, kalau begitu Ara panggil saya Langit saja ya. Jangan pakai tuan." ucap Langit sembari mengulas senyumnya.

"Bagaimana kalau pakai kak, kak Langit?" tanya Ara yang menatap langit dengan mengulas senyum tipisnya.

"Hmm..! ya tidak apa-apa. Yang penting lebih akrab. He..he..!" jawab Langit dan keduanya saling tertawa kecil.

"Jadi deal aku panggil kamu Ara dan kamu panggil aku kak Langit!" seru langit seraya mengulurkan tangannya.

Ara melihat uluran tangan dari langit dan kemudian dia menerima uluran tangan tersebut.

Dan keduanya saling menjabat tangan dan tatapan mereka saling bertemu. Getar-getar cinta hadir diantara mereka, namun keduanya belum menyadarinya.

"Eh, aku lapar dan kita pagi ini kan belum makan. Bagaimana kalau kita cari makan terlebih dahulu?" tanya Langit yang mengusulkan karena memang sudah waktunya mereka sarapan.

"Boleh, kita makan apa?" tanya Ara yang penasaran dengan makanan apa yang akan dimakan Langit.

"Kita lihat apa yang kita temui di sekitar tempat ini" jawab Langit dan keduanya melangkahkan kaki meninggalkan goa tempat mereka beristirahat itu.

Selama dalam perjalanan mereka, Langit menebarkan pandangannya dan dia mendengar sesuatu yang bergerak di semak-semak di dekat mereka.

"Krusek...! krusek...!"

"Kamu tenang di disini,nampaknya ada yang menyerahkan diri untuk menjadi santapan kita!" bisik Langit yang mengambil busur panah beserta anak panah di punggungnya.

Kemudian laki-laki itu menarik anak panahnya dan anak panah itu melesat dengan kencangnya.

"Seeet....!"

Anak panah melesat menuju ke semak-semak itu dan berhasil mengenai binatang yang sembunyi di tempat itu.

"Keok...! keok...!"

Panah itu mengenai seekor ayam hutan yang lumayan gemuk.

"Dapat!" seru Langit yang kemudian menghampiri ayam hutan itu.

Ara mengikutinya dan mereka mendapatkan ayam itu.

"Aku akan membersihkannya, setelah itu kita bakar dan makan sama-sama." ucap Langit bersemangat.

"Kalau begitu aku akan menari kayu bakatnya!" seru Ara yang juga bersemangat, dan mereka melakukan tugas masing-masing.

Setelah selesai membersihkan bulu dan mencuci ayam hutan yang ditangkapnya, Langit membawa ke perapian yang telah Ara buat.

Mulailah Langit membakar ayam hutan tersebut, dan Ara memperhatikan apa yang dilakukan Langit dengan seksama seraya mengulas senyumnya.

"Wah, wangi sekali!" seru Ara yang mencium aroma lezatnya ayam panggang yang lezat.

"Iya, memang wangi baunya. Menambah nafsu makan saja." ucap Langit yang mulai mengangkat ayam hutan yang sudah dipanggang dan mereka memakannya secara bersamaan.

"Setelah ini apa rencana kak langit?" tanya Ara seraya masih memakan ayam hutan panggang itu.

"Aku mau pulang!" jawab Langit sembari menatap Ara.

"Oh, kalau begitu kita akan berpisah. Karena aku juga akan mencari kampung halamanki." ucap Ara uang jelas berbohong.

"Kalau begitu, bagaimana purnama depan kita berjumpa lagi disini?" usul Langit.

"Baiklah, kita akan jumpa lagi disini purnama nanti." jawab Ara yang mengulas senyumnya.

"Langit...! langiit...!"

Terdengar seseorang yang memanggil langit.

"Suara itu!" gumam Langit yang yang mendengar suara orang yang memanggilnya,

"Ada yang memanggil kak Langit!" seru Ara yang melihat ke arah Langit.

"Nampaknya ada yang memanggil aku, tapi siapa?" tanya Langit yang penasaran.

"Langit....!"

"Langit...!"

Kembali terdengar suara, yang kali ini jelas-jelas Langit mengenal suara itu.

"Iya, itu seperti suara ayahku!" balas Langit yang yakin benar kalau suara dari ayahnya.

"Sebaiknya kamu ikut dengan rombongan ayah kak Langit, dan kak langit bisa pulang bersama dengan mereka." ucap Ara seraya menebarkan pandangannya ke arah suara yang memanggil Langit.

"Kamu benar! kalau begitu, saya akan pergi sekarang. Sampai jumpa lagi!" seru Langit yang kemudian melambaikan tangannya.

Ara pun ikut melambaikan tangannya, dan setelah Langit hilang dari pandangan matanya, Ara segera melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

Gadis itu kembali ke goa, karena dia saat ini belum ada tujuan untuk meninggalkan hutan terlarang.

Langkah kaki Ara perlahan-lahan menyusuri jalan dimana tadi dia lewati bersama langit.

Dan akhirnya sampai juga di goa yang sebelumnya dia berteduh dan bertemu dengan langit.

Gadis itu melihat ke arah sekitarnya, dan Ara masuk kemudian membersihkan goa.

"Sekarang apa boleh buat kalau aku akan tinggal di goa ini sementara waktu. Iya, hal ini sampai aku bisa membawa lelaki idamanku hadapan ayahanda dan ibunda." ucap dalam hati Ara yang kemudian melanjutkan membersihkan goa dari sampah dan juga batu-batu yang mengganggu langkahnya.

Dalam membersihkan goa tersebut, tanpa sengaja Ara menemukan goa kecil yang kemudian Ara membersihan goa kecil itu.

Ara menjadikan goa kecil itu sebagai kamarnya, selama dirinya tinggal di dalam goa itu.

...~¥~...

...Mohon untuk readers bersedia memberikan like/komen/rate 5/gift maupun votenya untuk novel CINTA TERLARANG PUTRI SILUMAN ULAR....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ir Syanda

Ir Syanda

Mulai ... mulai ... 😁

2023-01-19

1

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🌟

2023-01-19

0

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

Nah hampir saja Ara

2023-01-19

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Makan Bersama
3 Meninggalkan Istana Siluman
4 Pertemuan Ara dengan Langit
5 Perkenalan dan perpisahan
6 Keluar dari Hutan Terlarang
7 Menjadi Calon istri Baron
8 Mimpi dan mengintai
9 Menu Ular
10 Masa Lalu Baron
11 Batu Intan Hitam
12 Membebaskan rakyatnya
13 Mengintai
14 Kembali ke Hutan Larangan
15 Kemarahan Putri siluman ular
16 Kedatangan dan Ungkapan Hati Langit
17 Pelukan hangat dan Ciuman Mesra
18 Asmara beda dunia
19 Kembali ke keluarga Misnah
20 Suasana di rumah keluarga Misnah
21 Menemui Bu Misnah dan Baron
22 Membebaskan Pengaruh Kutukan Pada Baron
23 Keluarga baru Ara
24 Makan malam di Taman
25 Masa lalu Bu Misnah dan Pak Darjo
26 Kedatangan Langit di Keluarga Misnah
27 Percakapan Langit dan Baron
28 Ara Menghindari Langit
29 Sisik Ular Emas
30 Langit membawa sisik ular emas
31 Bicara empat mata dengan Baron
32 Baron dan Ara di Taman
33 Menjaga Kios seorang diri
34 Kebakaran di Supermarket
35 Pulang Bersama Baron
36 Perkampungan di belakang tambal ban
37 Ancaman Ular Berkepala Tujuh
38 Menuju Bulan Purnama
39 Pertemuan Ara dan Langit di rumah Bu Misnah
40 Membicarakan Hubungan Ara dan Langit
41 Tujuan yang sama
42 Perjalanan Berdua
43 Kembali ke Tempat Rahasia
44 Kembali ke tempat rahasia ll
45 Air Kelapa pantangan Ara
46 Ular Emas menghancurkan perkemahan Darjo
47 Membebaskan Ular Weling dan ular hitam
48 Kemarahan Darjo
49 Melapor pada raja Ular
50 Penyerangan Darjo ke istana Siluman Ular
51 Duka di istana siluman ular
52 Duka di dalam istana siluman Ular ll
53 Kembali bertemu dengan sang Kekasih
54 Dan terjadilah
55 Dan Terjadillah ll
56 Dan Terjadilah lll
57 Perjalanan Kembali ke Istana Siluman Ular
58 Kabar Duka
59 Menuju ke ruang tahanan bawah tanah
60 Menemukan Langit di sel tahanan bawah tanah
61 Cerita siluman ular Putih
62 Keluar dari Istana siluman ular
63 Mencari tanaman obat
64 Berpisah dengan siluman Ular Putih
65 Menuju ke rumah Baron
66 Darjo Yang Merestui
67 Persiapan Pernikahan
68 Hari bersejarah untuk Ara dan Langit
69 Bukan yang pertama kalinya
70 Rencana kedua sejoli
71 Tidur siang
72 Pengorbanan Langit
73 Merawat Mertua
74 Kembali ke Hutan Larangan
75 Kabar yang tak menyenangkan
76 Menerima perjodohan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Awal Kisah
2
Makan Bersama
3
Meninggalkan Istana Siluman
4
Pertemuan Ara dengan Langit
5
Perkenalan dan perpisahan
6
Keluar dari Hutan Terlarang
7
Menjadi Calon istri Baron
8
Mimpi dan mengintai
9
Menu Ular
10
Masa Lalu Baron
11
Batu Intan Hitam
12
Membebaskan rakyatnya
13
Mengintai
14
Kembali ke Hutan Larangan
15
Kemarahan Putri siluman ular
16
Kedatangan dan Ungkapan Hati Langit
17
Pelukan hangat dan Ciuman Mesra
18
Asmara beda dunia
19
Kembali ke keluarga Misnah
20
Suasana di rumah keluarga Misnah
21
Menemui Bu Misnah dan Baron
22
Membebaskan Pengaruh Kutukan Pada Baron
23
Keluarga baru Ara
24
Makan malam di Taman
25
Masa lalu Bu Misnah dan Pak Darjo
26
Kedatangan Langit di Keluarga Misnah
27
Percakapan Langit dan Baron
28
Ara Menghindari Langit
29
Sisik Ular Emas
30
Langit membawa sisik ular emas
31
Bicara empat mata dengan Baron
32
Baron dan Ara di Taman
33
Menjaga Kios seorang diri
34
Kebakaran di Supermarket
35
Pulang Bersama Baron
36
Perkampungan di belakang tambal ban
37
Ancaman Ular Berkepala Tujuh
38
Menuju Bulan Purnama
39
Pertemuan Ara dan Langit di rumah Bu Misnah
40
Membicarakan Hubungan Ara dan Langit
41
Tujuan yang sama
42
Perjalanan Berdua
43
Kembali ke Tempat Rahasia
44
Kembali ke tempat rahasia ll
45
Air Kelapa pantangan Ara
46
Ular Emas menghancurkan perkemahan Darjo
47
Membebaskan Ular Weling dan ular hitam
48
Kemarahan Darjo
49
Melapor pada raja Ular
50
Penyerangan Darjo ke istana Siluman Ular
51
Duka di istana siluman ular
52
Duka di dalam istana siluman Ular ll
53
Kembali bertemu dengan sang Kekasih
54
Dan terjadilah
55
Dan Terjadillah ll
56
Dan Terjadilah lll
57
Perjalanan Kembali ke Istana Siluman Ular
58
Kabar Duka
59
Menuju ke ruang tahanan bawah tanah
60
Menemukan Langit di sel tahanan bawah tanah
61
Cerita siluman ular Putih
62
Keluar dari Istana siluman ular
63
Mencari tanaman obat
64
Berpisah dengan siluman Ular Putih
65
Menuju ke rumah Baron
66
Darjo Yang Merestui
67
Persiapan Pernikahan
68
Hari bersejarah untuk Ara dan Langit
69
Bukan yang pertama kalinya
70
Rencana kedua sejoli
71
Tidur siang
72
Pengorbanan Langit
73
Merawat Mertua
74
Kembali ke Hutan Larangan
75
Kabar yang tak menyenangkan
76
Menerima perjodohan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!