Rasa lapar menghinggapi perut Langit, dan pemuda itu mengambil beberapa makanan yang ada di dalam tasnya. Sementara hujan sudah turun dengan derasnya.
Sementara itu Ara yang berwujud seekor ular emas itu, mengawasi Langit dari tempatnya beristirahat di batu yang menempel di dinding goa.
"Hm....! siapa laki-laki itu?" tanya ucap lirih Ara yang terdengar desisannya saja.
Ara menjulurkan lidahnya dan dia merasakan sesuatu yang lain yang diterima dari Indra pada lidahnya.
"Dia bukan dari bangsa siluman, darahnya segar sekali! wangi...hm... sangat wangi!" sediaan Ara yang saat ini menyembulkan kepalanya untuk melihat lebih dekat sesosok laki-laki yang ada di bawahnya itu.
Langit masih saja duduk di depan perapian dengan masih menikmati makanannya. Tak berapa lama langit merasakan kantuk yang tak tertahankan.
"Huaahaaaheeemm...!"
Berkali-kali Langit menguap dan dia kemudian mencari posisi yang nyaman untuknya membaringkan tubuhnya.
"Lebih baik aku istirahat disini sampai hujan reda, lagi pula aku kehilangan jejak ayah dan juga gadis cantik itu.' gumam dalam hati Langit yang perlahan-lahan memejamkan kedua matanya dan akhirnya dirinya terlelap dalam tidurnya.
Beberapa menit kemudian, Ara yang masih berwujud ular emas itu turun dari tempatnya secara perlahan-lahan.
Setelah sampai di atas tanah, perlahan-lahan Ara merayap menghampiri tubuh Langit yang sudah terlelap dalam tidurnya itu.
"Hm...! tampan sekali pemuda ini, kenapa jantungku berdetak kencang ya?" gumam dalam hati Ara yang terus melihat ke arah Langit yang ada dihadapannya, dengan posisi kedua mata terpejam itu.
"Ah, rasanya aku ingin sekali berkenalan dengan dia. Tapi sepertinya dia bukan dari bangsa siluman, semoga saja dia pemuda yang baik hati." ucap dalam hati Ara yang kemudian merubah tubuhnya menjadi seorang gadis yang cantik.
Ara duduk disamping langit dan terus memperhatikan wajah pemuda yang membuat jantungnya berdebar-debar itu.
"Semakin dilihat, semakin tampan sekali!" gumam dalam hati Ara yang tersenyum-senyum sendiri dengan terus melihat ke arah Langit.
Tiba-tiba saja Langit menggerakkan kepalanya, dan hal itu membuat Ara sangatlah terkejut. Dan gadis itu membuang mukanya ke arah lain, pada saat membuka kedua matanya.
"Si...siapa kau!" seru Langit yang bergegas memposisikan dirinya duduk dan terus memperhatikan Ara yang membelakanginya.
Tangan Ara yang dingin semakin dingin, dan jantungnya berdegup sangat kencang serta tak beraturan.
Dengan perlahan-lahan Ara menoleh ke arah Langit dan pemuda itu sangatlah terkejut, karena dia mengingat bahwa gadis yang ada didepannya adalah gadis yang sedari tadi dia kejar.
Rona wajah keduanya memerah dengan tatapan kedua mata mereka yang nampak malu-malu.
"Saya Langit, siapakah gerangan nona cantik ini?" tanya Langit yang penasaran.
"Nama saya Ara, tuan kenapa anda ada disini?" tanya Ara yang bingung memulai pembicaraannya.
"Di luar hujan, jadi aku berada disini untuk berteduh. Kalau kamu kenapa ada di sini juga? Setahu aku tadi tidak melihat diri kamu di dalam goa?" pertanyaan beruntun dari Langit.
"Iya seperti dirimu Tuan, saya juga sedang berteduh dari hujan yang sangat deras tuan." jawab Ara sembari menatap Langit.
"Kenapa aku tak mengetahuinya?" tanya Langit yang penasaran.
"Tentu saja anda tidak tahu, karena saya datang saat tuan sedang tertidur!" jawab Ara yang sesekali mengulas senyum karena kesalahannya.
"Oh, pantas saja!" sahut Langit, dan keduanya saling beradu pandang.
"Kenapa dadaku berdegup kencang melihat tatapan gadis ini?." tanya dalam hati Langit yang kemudian memalingkan wajahnya yang semakin kemeeah-merahan karena malu, menatap kepergian.
Demikian pula dengan Ara yang wajahnya juga kemerah-merahan dan mengalihkan wajahnya ke perapian.
Tanpa sengaja keduanya saling melirik karena penasaran dengan hati masing-masing, dan sekali lagi kedua mata mereka saling beradu dan sekali lagi mereka memalingkan wajah mereka ke perapian.
Dada mereka semakin bergegup kencang, dan seolah mau melompat -lompat entah kemana.
Kejadian itu terus berlangsung hingga tak terasa malam pun tiba,dan keadaan di luar goa yang masih hujan tapi tak sederas tadi siang.
Namun tetap saja membawa hawa dingin di dalam hutan terlarang itu dan masuk ke goa, dimana sepasang muda-mudi beda dunia itu saling menatap perapian.
"Huahaahem...!" rasa kantuk menghinggapi keduanya.
"Nona, kamu tidur saja dulu. Biar aku yang jaga!" seru Langit yang mempersilahkan Ara untuk menempati tempatnya, dimana dirinya tadi tidur.
"Terima kasih, tapi bagaimana dengan anda tuan?" tanya Ara yang tak enak hati.
"Aku tadi sudah tidur sebentar, jadi gantian diri kamu yang tidur ya!" jawab Langit yang berpindah tempat.
Ara kemudian membaringkan tubuhnya di tempat Langit tadi tidur.
"Masih hangat, pemuda ini sangat hangat." ucap dalam hati Ara yang merasakan hawa tubuh langit yang menurutnya masih hangat, dan dia menikmatinya.
Tak berapa lama Ara terlelap dalam tidurnya dan Langit yang sedang duduk itu juga merasakan kantuk yang amat sangat.
Akhirnya Langit juga tertidur dengan posisi duduk memeluk kaki dan merebahkan kepalanya diatas lututnya. Langit pun terbuai dalam mimpinya.
Beberapa saat kemudian perapian itu telah mati karena kehabisan kayu bakar.
Langit terbangun karena merasakan hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya.
Pemuda itu kemudian melihat Ara yang masih dalam posisinya semula. Langit bangkit dari duduknya dan menghampiri tubuh Ara.
"Kasihan gadis ini, pastinya dia sangat kedinginan." gumam dalam hati Langit yang kemudian dia melepaskan jaketnya dan menyelimutkannya pada Ara.
Gadis itu hanya mengeluarkan kepalanya karena merasakan rasa yang nyaman untuknya.
Kemudian langit membaringkan tubuhnya di samping Ara dengan cara membelakangi gadis itu, Dengan tujuan saling menghangatkan karena perapian tak mungkin menyala lagi.
Dengan perlahan Langit memejamkan kedua matanya dan akhirnya dia terlelap dalam mimpinya.
Ara dan Langit tidur bersejajar dengan saling membelakangi, beberapa menit kemudian ada momen dimana Ara memeluk Langit dari belakang.
Dan beberapa menit kemudian Langit membalikkan badannya dan membalas pelukan Ara, akhirnya keduanya saling berpelukan satu sama lainnya saling menghangatkan.
Posisi saling berpelukan itu berlangsung hingga matahari keluar dari peraduannya, dan keduanya masih saja terlelap dalam tidurnya.
Hingga kicauan burung dan sinar matahari yang menyerobot ke arah Ara dan langit, mengganggu kenyamanan keduanya yang masih dalam posisi masih tidur dan berpelukan.
Ara membuka kedua matanya perlahan-lahan dan dia sangat terkejut mana kala ada wajah laki-laki tampan dihadapannya.
"Oh, tu...tuan!" panggil Ara lirih dan hal itu mampu membangun kan Langit, yang kemudian pemuda itu membuka kedua matanya dan kedua bola mata mereka saling beradu.
Cukup lama mereka saling menatap, seolah ingin tahu perasaan masing-masing melalui bola mata mereka.
...~¥~...
...Mohon untuk readers bersedia memberikan like/komen/rate 5/gift maupun votenya untuk novel CINTA TERLARANG PUTRI SILUMAN ULAR....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ir Syanda
Udah, kenalan aja, pasti diterima dengan baik kok, apalagi cantik 😁
2023-01-19
1
🛡️Change⚔️ Name🛡️
🔥
2023-01-19
0
Radiah Ayarin
wih...ada yang naksir nih
2023-01-19
1