Keesokan harinya.
Freish yang memberi tahu informasi dari sekolah anaknya yang akan mengadakan rekreasi kepada Mister Kanzler.
" Ya sudah kamu ikut saja!" Mister Kanzler yang selesai membaca pesan dari grup sekolah dari ponsel murah Freish. Mister Kanzler lalu memberikan ponsel murah itu kepada Freish.
.
.
Pagi berikutnya, Mister Kanzler mengantar Freish dan anaknya untuk berangkat rekreasi.
Setelah Freish mencium punggung tangan suaminya. " Aku masih ada uang sih xxx ribu. Tapi boleh nggak kalau ditambahi sedikit saja buat jaga-jaga." Freish dengan pelan meminta kepada Mister Kanzler.
" Nggak ada." Nada tegas yang keluar dari mulut Mister Kanzler.
Freish yang mendengar jawaban singkat bernada tegas itu semakin nelangsa. Padahal juga yang dimintanya untuk berjaga-jaga juga tidak banyak. Padahal uang belanja nya selama ini juga terbilang pas-pasan. Namun dia yang sebagai suami yang berpenghasilan dan menyuruhnya untuk tidak bekerja malah berbuat semena-mena. Iya kalau Freish selama ini foya-foya. Uang bulanan saja terkadang kurang dan ketika meminta selalu ada perang dunia terlebih dahulu sebelum lembaran kertas yang terkadang hanya selembar berwarna hijau, biru dan merah mendarat di telapak tangannya.
Tubuhnya seketika mematung. Memandangi pria berusia 45 tahun itu dari spion dalam mobil yang tergantung. Sepasang bola matanya ingin mengeluarkan air mata nelangsa. Namun sayang, Freish yang pandai menyimpan luka, seolah baik-baik saja dan tegar menghadapi sifat suami dudanya itu.
Freish kemudian melangkahkan kaki keluar mobil. Masih dengan dada sesak dan betapa nelangsanya hidupnya semenjak menikah dengan duda beranak dua itu.
Freish bahkan menutup dunia luar dengan hanya berdiam diri di rumah. Karena uang dalam genggamannya hanyalah lembaran-lembaran yang akan sangat mudah rentan habis sebelum tanggal 25. Terlebih jika anaknya sudah tahu apa itu jajan. Bisa-bisa uang bulanan ini bisa sekejap lenyap dan alhasil perang dunia dimulai dengan rentetan pemberitahuan pengeluaran bulanan yang tertera di catatan. Yang berakhir dengan bentakan, umpatan dan makian yang harus didapatkan Freish terlebih dahulu.
.
.
Semenjak peristiwa itu, Freish berusaha kembali ingin mencari solusi dari masalahnya. Sebenarnya dia sudah sering berjualan makanan dan juga kue-kue untuk membantu perekonomian rumah tangganya. Namun, entah mengapa Mister Kanzler tidak menyukainya dan berujung menghancurkan nya. Mister Kanzler tidak menyukai jika seorang istri memegang uang banyak yang ujungnya akan menjadi seorang wanita melawan kepada suami. Menjadi seorang istri lupa diri dan sibuk sendiri tidak memperhatikan suami.
Namun dengan sifatnya yang begini, malah menjadi bumerang bagi rumah tangga itu sendiri. Siapa yang mau, jika seorang istri diperlakukan seperti Freish? Sudah suaminya tidak pernah terbuka masalah penghasilan. Sibuk kerja meninggalkan anak istri hingga larut malam setiap harinya. Memisahkan dirinya dengan keluarganya sendiri. Menyuruh untuk tidak bekerja namun ketika uang belanja kurang, meminta pun telinga harus tersiksa terlebih dahulu. Dan masih banyak lagi rumah tangga pasangan suami istri ini tidak berjalan sebagaimana mestinya rumah tangga normal yang seperti pada umumnya.
Meskipun Freish sering dihancurkan ketika ingin berdiri sendiri secara finansial. Namun Freish tidak patah arang. Dari yang ditarik bekerja kembali oleh atasan di hancurkan, Berjualan Online juga dihancurkan, jualan kue-kue juga dihancurkan. Sekarang Freish memulai lagi dengan berjualan makanan ringan dan menjajakannya lewat media sosial. Namun itu pun juga tidak bertahan lama. Keributan sering terjadi. Mister Kanzler memang tidak suka terhadap perempuan mandiri. Mister Kanzler suka wanita yang bergantung kepadanya namun harus disiksa batin terlebih dahulu jika meminta sesuatu kepadanya. Seolah mengajari bahwa untuk mendapatkan sesuatu darinya tidaklah mudah dan butuh perjuangan dan proses yang panjang. Yang menurut Freish itu seperti mempersulit diri sendiri dan mempersulit keadaan.
Bagaimana tidak? Duda beranak dua. Menanggung biaya hidup dan biaya pendidikan dua anak sekaligus yang sudah tentu besar dari pernikahannya terdahulu. Namun ketika Freish seorang wanita mandiri dan memiliki pekerjaan yang gajinya sangat cukup untuk membiayai hidupnya dan bisa membantu keluarganya bahkan rumah tangganya, malah tidak diperbolehkan bekerja dan berakhir sengsara dan serba kekurangan yang membuat batinnya tersiksa penuh nelangsa setiap harinya. Apakah itu adil buat Freish?
Namun lagi-lagi otak Freish belum berpikir jernih-sejernih nya. Tempaan demi tempaan yang dia hadapi dalam rumah tangganya masih membuatnya berlapang dada. Meskipun sebenarnya dia frustasi dengan menjalani rumah tangganya.
Menatap gamang ke arah jendela kamar. Melihat hijaunya sawah-sawah yang tumbuh padi di depan rumahnya yang terbentang luas. Mempertanyakan nasib rumah tangganya yang tak tentu arah. Membuatnya berdiam diri tak berkembang dan menahan depresi berkepanjangan.
Apa mungkin dia seperti ini karena takut kehilanganku? Dengan aku bekerja dan punya uang. Dia takut aku memilih pria muda dan pergi meninggalkannya?
Tapi mengapa harus takut? kalau aku memilih pria muda, kenapa tidak dari dulu. Dulu saja juga sama, aku masih memiliki pekerjaan dan sanggup membiayai hidupku sendiri tanpa harus menikah dengan dia. Tapi aku tetap menjatuhkan pilihan dan mau diajak nikah olehnya.
Tapi...
Freish lantas mengacak-acak wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Merasa bingung dengan sikap Mister Kanzler yang seenak jidatnya dalam memperlakukan istrinya.
Hari berganti hari sangat membosankan bagi Freish. Setiap harinya terkungkung di rumah oleh keadaan. Mau pergi ke Mall yang sekedar makan dan minum, teringat peristiwa makan bakso yang berakhir dengan makan terasa tak nyaman dan tak kenyang malah menjadikan hati kesal karena tergesa yang berujung disuruh pulang dadakan oleh Mister Kanzler.
" Freish, mana obatku?" Teriak mister Kanzler dari luar teras.
Freish sudah tergopoh dengan membawa obat asam urat milik Mister Kanzler. " Ini."
" Ambilkan satu saja!" bersamaan dengan telapak tangan yang dia tengadahkan.
Freish kemudian meletakkan sebutir obat asam urat milik suaminya di atas telapak tangan kanannya.
" Lain kali jangan masak sayur hijau. Asam urat ku sering kambuh gegara makan makanan yang kamu masak." Tandas Mister Kanzler.
Freish hanya bisa diam. Lagi-lagi menuruti apa kata suaminya dengan sangat jarang masak memakai sayur hijau yang akan menambah kandungan purin pada penyakit asam urat suaminya.
" Perbanyak buah." Katanya lagi.
Freish hanya bisa memainkan bibirnya. Uang belanjanya berapa sih? minta, di siksa telinga, masak ini itu juga serba salah sepertinya.
" Kaos kaki hitam!" pinta Mister Kanzler bersamaan dengan menyandarkan punggung di kursi teras depan.
" Iya sebentar."
Tidak lama Freish membawa sepasang kaos kaki hitam yang diminta Mister Kanzler.
" Jangan yang terlalu kecil, kakiku sakit. Cari yang udah molor!" Mister Kanzler yang melempar sepasang kaos kaki hitam ke arah ke sembarang arah.
" Oh, ini baru." Freish yang mengambil sepasang kaos kaki hitam sembari memperhatikan setiap keratan kaos kaki tersebut.
" Cari yang molor!" ulangnya.
" Iya." Freish yang kembali lagi mencari kaos kaki yang lebih longgar di dalam lemari dan kembali menyerahkan sepasang kaos kaki berwarna coklat muda dan terlihat lebih longgar jika dipakai.
" Sepatu!" Mister Kanzler yang mengubah posisi bersandarnya dan mulai mengenakan kaos kaki untuk menutupi telapak kakinya.
" Yang mana?" Freish yang sudah berdiri di rak sepatu yang letaknya tidak terlalu jauh itu.
" Yang biru." Ucap Mister Kanzler.
Freish kemudian mengambil sepatu berwarna biru dongker sesuai perintah Mister Kanzler dan diletakkan sepatu itu tepat dihadapannya.
" Lho, bukan yang ini, yang biru."
Freish yang terdiam sejenak. Memperhatikan warna sepatu yang dia ambil dan memperhatikan seksama bahwa warnanya benar biru. " Ini biru kan." sembari jari telunjuk mengarah ke sepasang sepatu berwarna biru.
" Yang itu lho." Jawab Mister Kanzler dengan menunjuk ke arah sepatu yang berwarna abu-abu.
" O, ini abu-abu. Bukan biru." Freish yang hanya bisa geleng-geleng kepala. Menahan sabar tanpa batas bertahun-tahun.
Setelahnya mengganti mengambilkan warna sepatu yang dimaksud oleh Mister Kanzler, Freish lantas bergegas ke dapur. Entahlah akhir-akhir ini dia enggan untuk mencium punggung tangan suaminya itu. Merasa banyak sesak dada yang sudah dia berikan padanya. Namun entah itu dilakukan oleh suaminya secara sengaja atau tanpa kesadaran penuh. Freish sendiri juga tidak tahu. Menganggap memaklumi semuanya karena perbedaan usia. Namun tak bisa melawan apa yang jadi perintahnya karena dirinya 100% dibuat menjadi wanita lemah dan bergantung padanya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments