"Ini uang bagianmu, gunakanlah sesuka yang kau mau. Tapi ingat, kau harus bersikap baik dan patuh pada Tuan Hexa, jangan membuat masalah jika kau masih tetap ingin tinggal di negara ini." Madam mengucapkan itu dengan tegas sembari melemparkan amplop coklat di atas meja tepat di hadapan Dhira.
Sekilas Dhira melirik amplop tersebut sebelum ia mendongakkan kepala menatap wanita paruh baya yang berdiri di sampingnya.
"Apa?"
"Untuk apa kau menatapku seperti itu? Kau berani, hm?!" bentak madam.
Memang harus diakui, wanita pendiri rumah bordir tersebut memang cukup galak dan ganas, bahkan Dhira tak berani membantahnya dengan perlawanan adu argumen.
Tangan Dhira meraih amplop tersebut dan melihat isi di dalamnya.
Ada setumpuk uang kertas di sana.
'Apa ini? Uang dari hasil menjual diriku?' batinnya.
Ia tak senang akan hal itu, sama saja seperti sedang bekerjasama dengan madam untuk menikmati uang dari hasil jual diri, sementara berada di tempat itu saja murni bukan kehendaknya.
Dhira mengembalikan amplop tersebut ke atas meja.
"Kenapa? Kau merasa itu kurang? Tinggal bilang saja berapa nominal yang kau inginkan," ucap madam.
"Kau ambillah uangnya, nikmati sesukamu, karena aku tidak sudi menggunakan uang kotor itu untuk kebutuhanku, menjijikkan," tolak Dhira sembari bangkit dari tempatnya untuk segera meninggalkan madam. Namun, madam berhasil menarik rambutnya yang tergerai, hingga ia mundur beberapa langkah dengan raut wajah yang sedang menahan rasa sakit.
"Lepaskan! Apa-apaan ini?" Dhira berusaha untuk menahan tangan madam agar kekuatan tariknya tidak begitu besar.
"Kau berani bersikap kurang aja padaku, hah?! Kau lupa, ibumu bahkan lebih brengsek! Kau itu hanya sebuah mainan penghasil cuan baginya, untuk apa kau mati-matian mempertahankan harga diri yang bahkan semua itu telah diinjak-injak oleh orang terdekatmu sendiri?" Madam tampak murka, baru kali ini ada anak tengil yang berani kurang ajar padanya.
Dhira hanya bisa menggertakkan gigi menahan amarah yang terpendam, ia pun jatuh ke lantai setelah madam melemparnya dengan keras, seketika denyutan di kepalanya pun mulai terasa akibat kekerasan sang madam.
"Bawa dia ke alamat yang kuberikan, ingat untuk lebih hati-hati, wanita liar itu mungkin bisa saja berniat untuk melarikan diri, kalau bisa kalian ikat saja dia, jangan sampai membuat ulah dan membuat murka Tuan Hexa," perintahnya pada dua orang pria yang ia bayar untuk melaksanakan tugas.
Dhira yang kehabisan tenaga setelah dikeroyok tadi, tidak mampu untuk berontak, ia kini pasrah dibawa oleh kedua pria itu.
...****...
Johan Iskandar, sekertaris dan juga kaki tangan Tuan Hexa, kini ia merasa tak enak ketika melihat majikannya itu memejamkan mata dengan tenang, takut menganggu hingga ia pun berdiri cukup lama di hadapan Tuan Hexa.
"Ada yang ingin kau sampaikan?" Bahkan tanpa membuka matanya, Hexa dapat merasakan bahwa Sekertaris Jo ingin menyampaikan sesuatu.
"Maaf, Tuan muda. Wanita itu sudah tiba di tempat yang Anda mau sepuluh menit yang lalu." Berbicara sambil menundukkan kepala.
Tuan Hexa perlahan membuka mata dan menurunkan kedua kakinya dari atas meja, jari telunjuknya mengetuk meja perlahan, serta dengan mata yang tampak terlihat sedang memikirkan sesuatu, tapi raut wajahnya tak dapat terbaca sedikit pun.
Tak lama setelah itu ia pun bangkit, sambil berjalan ia berkata, "Ke sana sekarang."
Hotel elit bintang lima.
Sekertaris Jo dengan sigap dan cepat membukakan pintu kamar yang di dalamnya sudah ada seorang wanita yang ia beli dari rumah bordir.
Hexa nampak mengerutkan alisnya ketika melihat Dhira dalam keadaan yang sedang terikat serta mata yang ditutup.
Lalu ia menoleh pada Sekertaris Jo dan memberi isyarat, Sekertarisnya langsung mengerti dan segera mendekat pada Dhira.
Dhira dapat mendengar dengan jelas suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.
"Maaf, Nona." Itulah yang ia dengar sebelum tangannya dilepaskan dari ikatan tali.
Sekertaris Jo juga melepaskan kain yang menutupi mata Dhira.
Samar-samar terlihat buram ada bayangan pria yang berdiri di hadapannya, hingga bayangan itu perlahan terlihat lebih jelas dan nyata.
"Siapa namamu?"
Suara di hadapannya itu terdengar nyaring dan berat, sungguh sangat memancarkan aura lelaki yang begitu tegas dan dingin, di balik dinginnya, mungkin itulah penyebab kenapa banyak wanita yang mengincarnya. Dia tampan dan juga kaya, bukankah itu yang menjadi tipe lelaki yang diinginkan wanita jaman sekarang? Ya meskipun tidak semua wanita menginginkan tipe pria seperti itu. Namun, jika bisa mendapatkannya, kenapa tidak?
Meski Hexa sudah mengetahui latar belakang serta nama lengkap Dhira, tapi ia tetap menanyakannya untuk melihat apakah wanita itu akan jujur atau malah berani berbohong padanya.
Melihat Dhira diam saja, Sekertaris Jo pun angkat bicara. "Tidak perlu gugup, Nona. Jawab saja."
"N-nama saya Andhira, Tuan," jawabnya tergagap. Bukannya terkesima akan ketampanan Hexa, Dhira malah lebih takut melihat tampangnya yang tak ada senyum sedikitpun.
Hexa masih diam, diam cukup lama, lalu berbalik badan dan meninggalkan Dhira di kamar itu.
"Selamat beristirahat, Nona. Sampai ketemu lagi." Sekertaris Jo ikut keluar menyusul tuan mudanya.
'Hanya seperti itu saja? Ini serius?'
"Tidak melakukan apapun?" gumam Dhira tak menyangka. Walau ia juga tak menginginkan apapun dari pria itu, tapi setelah mengeluarkan banyak uang untuk membeli dirinya, bukankah terlihat sedikit aneh jika hanya bertemu dan menanyakan nama saja.
Jangankan Dhira, bahkan Sekertaris Jo yang telah berada di sisi Tuan Hexa selama beberapa tahun bahkan tak mengerti kenapa atasannya itu hanya datang melihat dan menanyakan nama saja, tidak melakukan apapun seperti yang ada dalam ekspektasinya.
'Kapan aku baru bisa membaca pikiran Tuan muda? Beliau benar-benar misterius sekali,' batin Sekertaris Jo sambil melirik wajah atasannya lewat kaca spion mobil yang sedang membelah jalanan kota yang hanya diterangi oleh pencahayaan lampu.
"Maaf, Tuan muda, Anda Ingin kembali ke perusahaan atau pulang ke rumah?"
Masih dengan mata yang terpejam Hexa menjawab, "kembali ke perusahaan."
Sudah diduga, pria itu pasti akan kembali untuk bekerja bahkan di malam yang sudah larut, di mana sebagaian orang sudah terlelap dalam mimpi, tapi ia masih menukik di depan komputer serta dokumen perusahaan.
Apakah kehidupan orang-orang elit yang kaya raya ini begitu membosankan? Hanya menghabiskan waktu untuk bekerja dan bekerja, apakah mereka tidak terpikirkan untuk bersenang-senang bersama teman atau keluarga?
Jawabannya adalah iya, memang kehidupan Hexa yang kaya raya ini begitu membosankan bagi orang lain yang tak mengerti, tapi baginya, bekerja adalah sebuah alasan mengapa dirinya masih tetap waras sampai detik ini.
Apa itu keluarga bagi seorang Hexa? Mereka hanya seperti sebuah hiasan antik, dipertahankan membuat bosan, dibuang pun juga sayang. Keluarganya pun bahkan lebih tak peduli padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments