"Apa latar belakang wanita itu? Siapa dan di mana keluarganya? Bisnis apa yang mereka miliki?" Tiba-tiba sang kakek angkat bicara dengan segala pertanyaan yang sudah dapat ditebak oleh Hexa sendiri, ia paham bahwa dirinya tidak akan luput dari pertanyaan-pertanyaan itu setelah membawa seorang wanita bertemu keluarganya.
Hexa mengatupkan bibirnya sembari menghela napas panjang, suasana pun terasa begitu tegang sembari menunggu jawaban darinya.
"Kakek, perkenalkan namanya Andhira, Tidak memiliki latar belakang yang spesial, Dhira hanya wanita biasa."
Semua orang tampak memalingkan wajah dari Hexa, semua kesal mendengar jawabannya, terkecuali pamannya yang kini tampak tersenyum seolah menertawakannya.
Tuan Tora Prinanda selaku kakeknya Hexa kini tampak menahan amarah yang sedang memuncak.
Dengan menggertakkan giginya ia berkata, "Hexa, kau seharusnya tahu posisimu di keluarga ini, kan? Kau adalah satu-satunya yang paling unggul di antara sepupumu, bersama dengan wanita itu sama saja kau sedang menjatuhkan nama keluarga."
Sementara itu Hexa masih diam tanpa menjawab ucapan kakeknya.
Tuan Tora berdiri dari kursi utama dan menghampiri seorang wanita muda, yang pasti Hexa sangat mengenal wanita itu. Kakek berjalan menghampiri Hexa bersama dengan wanita tersebut.
"Tidak ada yang lebih unggul dari dirinya, Lina memiliki apapun yang tentunya tidak dimiliki wanita itu," ujar sang kakek.
"Apa yang tidak kau sukai dari Lina? Bukankah kalian sudah saling kenal dari kecil? Apa yang membuatmu selalu menolak perjodohan ini?" lanjutnya.
Hexa diam cukup lama, entah apa yang dipikirkan oleh pria itu, tiba-tiba saja merangkul pundak Dhira dengan erat hingga membuat sang pemiliknya tersentak kaget, tapi tak berani untuk bersuara.
"Karena aku sudah menikahi Dhira." Dengan lantang Hexa memberi pernyataan di depan mereka, yang pasti pernyataannya adalah palsu, hanya saja cuma Dhira yang tahu.
'Jadi ini maksudnya dia membawaku ke sini? Menghabiskan uang begitu banyak hanya untuk menghindari perjodohan?' batin Dhira sambil mengamati wanita yang bernama Lina itu.
'Apa yang ada di dalam pikiran pria ini? Wanita secantik dan seanggun itu pun dia tidak mau.'
Tiba-tiba matanya membulat dan menoleh pada Hexa dengan hati-hati. 'Jangan-jangan dia penyuka sesama batang?'
Pikiran Dhira semakin berkelana tanpa tujuan, entah apa yang dia tanam di otaknya sendiri hingga bisa berpikiran bahwa pria seperti Hexa adalah seorang penyuka sesama jenis. Jika Hexa mengetahui pikirannya ini, mungkin ia akan dijadikan kambing bakar setelah pulang nanti.
"Keterlaluan!" bentak Tuan Tora.
"Apa kau tidak bisa melihat betapa bersabarnya Lina terhadap sikap keras kepalamu ini? Kau ingin mempermalukan keluarga, hah?!" Amrahnya pun kian memuncak hingga seluruh urat di lehernya bermunculan bersamaan dengan wajahnya yang memerah.
"Kakek, sudah. Jangan marah-marah lagi, ini adalah hari ulang tahunmu, Anda juga punya riwayat darah tinggi, amarah hanya akan membuat kondisimu memburuk."
"Ayo, kita kembali ke tempat dudukmu dan bicarakan ini di lain waktu." Lina tampak dengan lembut dan tulus membimbing tubuh renta itu untuk kembali duduk ke tempat semula.
Lina adalah cucu dari kerabat dekatnya Tuan Tora, latar belakangnya pun tak biasa, tentunya perjodohan itu tersangkut paut oleh bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak, tetapi Hexa malah mengacaukannya dengan mengatakan bahwa ia sudah menikahi Dhira, seorang gadis dengan tanpa latar belakang yang kuat.
"Sudahlah, ayo turun. Semua tamu sedang menunggu di bawah." Dengan tongkatnya yang selalu setia, Tuan Tora berjalan menuruni tangga dengan dibantu ayah dan juga pamannya Hexa.
"Kau cukup hebat mempermalukanku," ucap ayahnya Hexa, Tuan Defan. Tepat di samping anaknya. Bahkan Dhira pun dapat mendengarnya dengan jelas.
Dhira menoleh sejenak menatap pria di sampingnya, ada sedikit rasa iba terhadap pria itu. Bagaimana tidak, dalam keadaan dirinya yang hanya menuntut hak kebebasan dengan menolak perjodohan, Hexa harus mendapat cibiran demi cibiran bahkan dari orang tuanya sekalipun.
Setelah semua anggota keluarga turun dari lantai dua, hanya tinggal mereka berdua di ruangan itu.
Hexa mengusap wajahnya, lantas duduk di kursi dengan tatapan mata lurus ke depan, tanpa kata dan entah apa yang dipikirkan oleh pria dingin itu sekarang.
Dhira diabaikan begitu saja hingga ia pun tak tahu harus berbuat apa. Apa ia harus menghibur Hexa? Namun, ia tak yakin pria itu akan terhibur, yang ada takutnya dia malah jadi sasaran kemarahan Hexa. Lebih baik diam saja.
Tak lama setelah itu Hexa pun bangkit dan melewati Dhira, tidak menegur wanita itu sedikit pun.
Dhira yang merasa bingung lantas mengejar dan memanggil.
"Tuan, a-apa yang harus saya lakukan?" tanyanya sedikit tergagap. Dalam keadaan hati gusar seperti itu, tentu saja ia takut mengajak Hexa untuk bicara.
"Terserah, jangan ikuti aku," jawab Hexa ketus tanpa menoleh pada Dhira.
Wanita itu seketika menghentikan langkahnya dan membiarkan Hexa pergi duluan, sudah bicara seperti itu, berarti ia harus patuh dan tidak mengganggu kesibukan Hexa.
Dhira mengutarakan pandangannya ke bawah, melihat hiruk pikuk keramaian yang dipenuhi tamu undangan, mereka terlihat dari kalangan atas semua, apakah hanya dirinya saja yang berasal dari keluarga biasa? Tiba-tiba saja ia melihat bahwa dirinya dan orang-orang itu seperti sebuah langit dan bumi, jauh sekali jaraknya. Lagipun ia juga tidak akan bisa mengimbangi pembicaraan mereka yang mungkin hanya membahas soal karier dan bisnis.
Dia siapa? Hanya wanita yang terlahir dari seorang kupu-kupu malam, lalu dijual untuk menjadi seorang penghibur juga, naasnya malah ibunya sendiri yang melakukan itu, merupakan orang yang paling dekat dengannya.
"Dhira, ya?" Seseorang menghampirinya. Dhira pun membalikkan tubuh menoleh ke belakang.
"Nona Lina?"
"Ah, tidak perlu terlalu sopan, panggil Lina saja sudah cukup." Ia mengembangkan bibirnya tersenyum ramah.
"Ah, iya." Dhira menggaruk kepala yang tidak gatal dengan tersenyum canggung.
"Kenapa di sini? Tidak menemani Kak Hexa menyapa tamu di bawah?" tanyanya lagi.
"Ah, itu. Aku sedikit merasa canggung bertemu orang-orang," jawab Dhira dengan polosnya, entah mengapa dia menjadi wanita yang sedikit pendiam di situasi seperti ini.
"Kamu sungguh sudah menikah dengan Kak Hexa?" Tatapan Lina sedikit berbeda, tapi ia mampu menutupinya dengan senyuman.
"Ah, sepertinya tidak perlu kujawab ulang, Nona Lina sendiri sudah mendengarnya langsung dari mulut suamiku." Dhira menyadari ada yang tak beres dengan sikap Lina, dengan pertanyaan yang diutarakannya, sepertinya wanita itu tidak senang dengan keberadaannya di kehidupan Hexa.
"Aku tidak bermaksud apa pun, hanya ingin memastikan. Maaf jika kamu tersinggung dengan pertanyaanku."
"Tidak, aku tahu niat baik Anda, Nona Lina." Dengan ikut berpura-pura masuk dalam alur cerita, ia sebisa mungkin untuk bersikap elegan meski ia tak pernah melakukannya sebelum itu.
Lina melangkah beberapa kali ke depan, sembari menatap Hexa yang jauh di bawah sana, sedang berbincang dengan beberapa tamu. "Aku dan Kak Hexa sudah kenal sejak kami masih kecil, sering menghabiskan waktu bersama saat itu, Kak Hexa selalu melindungiku, dia bahkan pernah bilang kalau dia sangat menyayangiku." Ucapannya terhenti.
"aku tak berharap bahwa dia akan memilih wanita lain, karena kami adalah pasangan yang paling sempurna di dunia ini."
Diam-diam Dhira menyunggingkan bibirnya dengan sedikit berpaling muka. 'Cih, bicara begitu banyak, apa dia berharap aku akan merasa terluka dengan kisah kasihnya di waktu kecil? Benar-benar tidak boleh menilai orang hanya dari luarnya saja,' batin Dhira dengan sinisnya.
"Tapi sayang sepertinya Anda bukan tipe wanita yang mampu menggugah hati Tuan Hexa yang begitu keras," jawab Dhira dengan tenang, ingin memberi pukulan dahsyat untuk menurunkan mental Lina.
Lina seketika menoleh pada Dhira dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi, tapi sayangnya Dhira tidak merasa terintimidasi.
"Lalu kau menganggap dirimulah yang mempu menaklukkan Kak Hexa?" cibirnya sinis.
"Jika tidak? Lantas kenapa dia melewatimu dan singgah padaku?"
"Kau!" Jawaban Dhira sukses membuat Lina panas, ia mengepalkan tangan bersiap untuk memberi pelajaran pada Dhira.
"Kau berani? Memangnya siapa dirimu, hng?" tantang Lina, ia melototi Dhira dengan tajam.
Dengan tenang Dhira tersenyum tipis, lebih tepatnya senyuman yang mengandung sebuah ledekan.
"Anda tidak perlu menanyakan siapa diriku. Aku adalah istri Tuan Hexa, pria yang ingin Anda gapai, tapi malah tak mampu." Pelan, tapi jelas dan pasti. Jawaban yang menohok berhasil mempengaruhi suasana hati Lina menjadi begitu kacau.
Hexa sudah memperingatinya untuk tidak tunduk pada siapa pun setelah masuk ke sini, maka dari itu Dhira berani adu argumen dengan Lina meski wanita itu berstatus tinggi sekalipun.
Bagi Dhira, harga diri adalah yang paling penting, tak peduli siapa, jika berani bersikap tidak ramah terhadapnya, maka ia tak akan pernah sungkan, terkecuali dengan Hexa, pria itu benar-benar mengerikan, dibandingkan dengan harga diri, entah kenapa dia masih sayang akan nyawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments