Bab 3. Stella?

Sarangheyo.

Kata itu seakan terngiang-ngiang di kepala Shaka sesaat setelah dirinya merebah pada ranjang berukuran king size di apartemennya. Dan hal itu, berhasil membuat bibirnya mengulas senyum tipis.

Shaka menghela napasnya pelan, kemudian bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak berapa lama, Shaka selesai dan segera memakai baju ganti. Baru saja Shaka akan merebahkan tubuh, bel apartemennya berdenting.

Dengan terpaksa, Shaka mengurungkan niat kemudian berjalan menuju pintu. Dia menyesal telah mengizinkan Ron pergi berkencan di malam Minggu bersama pacarnya. Seharusnya, tugas membuka pintu tidak menjadi tanggungjawabnya jika ada Ron.

Ceklek.

Pintu akhirnya terbuka dan menampilkan seorang pria paruh baya yang begitu Shaka hindari. Pria yang memiliki garis wajah yang mirip dengannya dan tinggi badan yang hampir sama. "Shaka? Apa kabarmu?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah ayah dari Shaka, Gunardi Virendra.

"Lebih baik dari saat hidup dengan Anda," jawab Shaka tersenyum miring, sangat berbeda dengan Pak Gunardi yang justru tersenyum hangat menatap anak semata wayangnya. Sedang yang ditatap, justru membuang muka dan berdecih.

"Boleh Papa masuk?" tanya Gunardi penuh harap. Shaka menatap tajam sosok ayahnya dan berkata. "Tidak ada urusan yang penting di antara kita. Lebih baik, urus saja nama baik dan bisnis, Anda," Rasa marah dan kecewa seketika kembali merasuk di relung terdalam.

Sebelum Shaka benar-benar kelepasan hingga berbuat yang tidak seharusnya, lebih baik mengakhiri pertemuan yang tak diharapkan itu. "Silahkan pergi dari sini sebelum saya mengusir Anda dengan tidak terhormat," ucap Shaka penuh penekanan.

Pak Gunardi tersenyum sendu, sama sekali tidak marah dengan sikap sang Putra. "Baiklah, Papa akan pergi dari sini. Terima kasih karena sudah sudi menemui Papa," ucap pak Gunardi menatap lekat putranya.

Tanpa menunggu pak Gunardi pergi, Shaka langsung menutup pintu apartemennya. Amarah seketika menguasai hingga membuat Shaka ingin membanting apapun yang ada di sekitarnya.

Namun, belum sempat Shaka melampiaskan kemarahan, bel kembali berbunyi. Shaka mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras, menganggap bahwa yang memencet bel masih orang yang sama.

Dengan kasar, Shaka membuka pintu itu kembali. Saat pintu terbuka, emosi yang sempat tersulut seketika menguap entah kemana. "Kenapa?" tanya Shaka dengan mempertahankan wajah datarnya, dia membuang napas kasar.

"Pak, saya mau mengantarkan sisa berkas yang sudah selesai dikerjakan," ucap Stella dengan wajah polosnya dan berhasil membuat Shaka terpana untuk beberapa detik. Namun, dia kembali memasang wajah datar sebelum Stella menyadarinya.

Ya, seseorang yang datang ke apartemennya adalah Stella. Entah tahu darimana alamat apartemennya, Shaka tidak terlalu peduli. "Mana?" tanya Shaka cuek sambil menengadahkan tangannya di depan Stella.

Stella justru mundur beberapa langkah dengan menyembunyikan berkas tersebut di punggungnya. "Tunggu dulu, Pak. Jangan terlalu buru-burulah," ucap Stella dengan senyum liciknya.

Shaka mendengus sebal. "Cepat! Saya tidak punya banyak waktu!" ketusnya dengan suara menggeram kesal. Stella terlihat menghembuskan napasnya ke atas hingga membuat poninya menyembul ke atas.

"Baiklah, Pak. Tapi ...." Stella sengaja menggantung kalimatnya agar Shaka semakin penasaran dan menunjukkan ekspresi kesalnya. Namun, kenyataan tak sesuai harapan karena saat ini Shaka terlihat biasa saja dengan ekspresi datarnya.

Bibir yang semula tertarik ke atas, kini kembali ke tempat semula. "Beri saya pertanyaan, Pak. Memangnya, Bapak nggak penasaran?" tanya Stella lagi dengan bibir cemberut. "Apa?" tanya Shaka pada akhirnya.

Stella tertawa bahagia sambil bertepuk tangan. "Akhirnya bapak menjawab juga," girangnya yang hanya ditanggapi Shaka dengan dengusan. "Cepat katakan! Jangan buang waktu berharga saya!" ketus Shaka merasa jengah

Tanpa terganggu dengan sikap tidak suka bosnya, Stella berdehem untuk mengatakan keinginannya. "Coba bibir Bapak ditarik ke atas," perintah Stella menjebak yang sayangnya Shaka lakukan karena tidak ingin berlama-lama dengan gadis di depannya.

Jadilah Shaka mengulas sedikit senyum yang tidak disadarinya. Stella mengulum senyum lalu berkata lagi. "Coba ditarik ke atas sedikit lagi, Pak, biar pas," ucap Stella sambil menaik-turunkan alisnya.

Dan bodohnya, Shaka kembali mengangkat bibirnya hingga membentuk senyum yang menawan. Stella terpesona cukup lama, Shaka benar-benar tampan ketika tersenyum seperti itu.

Shaka yang tersadar karena sudah dibodohi, langsung merubah wajahnya menjadi datar dan merebut berkas di tangan Stella secara paksa lalu menutup pintu apartemennya kasar. "Sialan! Gadis itu lama-lama bisa membuatku gila," gumam Shaka sambil menjambak rambutnya frustasi.

Kemudian, Shaka berjalan ke kamarnya lagi. Besok, Shaka akan memarahi Ronald karena sudah meninggalkannya sendirian dan harus menghadapi dua orang yang membuat emosinya tersulut.

Shaka memilih untuk mencuci mukanya lagi. Mungkin dengan begitu, dirinya akan sedikit lebih tenang. Setelah mencuci wajah, Shaka kembali ke kamarnya untuk mengecek ponselnya.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan tepat, Shaka kembali merebahkan tubuhnya dengan pikiran yang tidak nyaman. Dia mencoba mencari tahu apa yang membuatnya tidak nyaman.

Plak.

Shaka menepuk jidatnya ketika menyadari apa yang sudah dirinya lupakan. Dia mengambil kunci mobil dan menyambar jaketnya asal. Kemudian, Shaka berjalan keluar untuk menuju lantai dasar dengan kepala yang celingukan mencari seseorang.

Namun, Shaka tidak melihat keberadaan gadis yang belum lama ini datang ke apartemennya. "Apa secepat itu?" gumam Shaka tidak percaya. Kemudian, Shaka berjalan ke parkiran untuk segera mengendarai mobilnya.

Saat mobilnya baru berjalan sekitar seratus meter, mata Shaka melihat Stella yang saat ini sedang tertawa bahagia bersama penjual cilok. "Astaga, Gadis itu! Apa dia tidak tahu kalau sekarang sudah malam?" gumam Shaka merasa kesal lalu segera memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

Setelah berhasil, Shaka berjalan tergesa-gesa menghampiri Stella yang saat ini belum menyadari kehadirannya. "Stella?" panggil Shaka yang berhasil membuat sang Gadis menoleh dengan raut terkejut juga bingungnya.

Terpopuler

Comments

Warijah Warijah

Warijah Warijah

Koplak Stella, Boss ko dikerjain..

2023-09-18

0

Deche

Deche

lanjut lagi thor. semangat

2022-12-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Perkara waktu
2 Bab 2. Lempeng
3 Bab 3. Stella?
4 Bab 4. Zomblo
5 Bab 5. Mengunjungi panti
6 Bab 6. Gavin Virendra
7 Bab 7. Hanyalah formalitas
8 Bab 8. Sikap Stella yang aneh
9 Bab 9. Kamu berat
10 Bab 10. Wonder Stella
11 Bab 11. Ruang rahasia
12 Bab 12. Mendebarkan
13 Bab 13. Sosok ayah
14 Bab 14. Takut khilaf
15 Bab 15. Simbah Gugel
16 Bab 16. Random
17 Bab 17. CCTV berjalan
18 Bab 18. Saling menguatkan
19 Bab 19. Yang lain ngontrak
20 Bab 20. Awal pertengkaran
21 Bab 21. Kembaran?
22 Bab 22. Kesempatan dalam kelonggaran
23 Bab 23. Pesulap merah
24 Bab 24. Lambe Turah
25 Bab 25. Cakep!
26 Bab 26. Yang ketiganya setan
27 Bab 27. Rambut aku, kata aku
28 Bab 28. Vitamin A
29 Bab 29. Tak selebar daun salam
30 Bab 30. Majas Hiperbola
31 Bab 31. Saling menginginkan
32 Bab 32. Tenaga dalam
33 Bab 33. Berani bercerita
34 Bab 34. Cepmek
35 Bab 35. Jimat?
36 Bab 36. Berburuk sangka
37 Bab 37. Bukan durjana
38 Bab 38. Dibujuk
39 Bab 39. Bisa dibicarakan
40 Bab 40. Foto siapa ini?
41 Bab 41. Memperbaiki semuanya
42 Bab 42. Aku tahu, aku ini tampan
43 Bab 43. Tetap Kaya
44 Bab 44. Cemburu
45 Bab 45. Jangan aneh-aneh
46 Bab 46. Familiar
47 Bab 47. 18+
48 Bab 48. Melamar
49 Bab 49. Kejutan
50 Bab 50. Marry me, Stella
51 Bab 51. Sah
52 52. Bukanlah akhir
53 Pengumuman novel baru Pawang Badboy by ika oktafiana
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Perkara waktu
2
Bab 2. Lempeng
3
Bab 3. Stella?
4
Bab 4. Zomblo
5
Bab 5. Mengunjungi panti
6
Bab 6. Gavin Virendra
7
Bab 7. Hanyalah formalitas
8
Bab 8. Sikap Stella yang aneh
9
Bab 9. Kamu berat
10
Bab 10. Wonder Stella
11
Bab 11. Ruang rahasia
12
Bab 12. Mendebarkan
13
Bab 13. Sosok ayah
14
Bab 14. Takut khilaf
15
Bab 15. Simbah Gugel
16
Bab 16. Random
17
Bab 17. CCTV berjalan
18
Bab 18. Saling menguatkan
19
Bab 19. Yang lain ngontrak
20
Bab 20. Awal pertengkaran
21
Bab 21. Kembaran?
22
Bab 22. Kesempatan dalam kelonggaran
23
Bab 23. Pesulap merah
24
Bab 24. Lambe Turah
25
Bab 25. Cakep!
26
Bab 26. Yang ketiganya setan
27
Bab 27. Rambut aku, kata aku
28
Bab 28. Vitamin A
29
Bab 29. Tak selebar daun salam
30
Bab 30. Majas Hiperbola
31
Bab 31. Saling menginginkan
32
Bab 32. Tenaga dalam
33
Bab 33. Berani bercerita
34
Bab 34. Cepmek
35
Bab 35. Jimat?
36
Bab 36. Berburuk sangka
37
Bab 37. Bukan durjana
38
Bab 38. Dibujuk
39
Bab 39. Bisa dibicarakan
40
Bab 40. Foto siapa ini?
41
Bab 41. Memperbaiki semuanya
42
Bab 42. Aku tahu, aku ini tampan
43
Bab 43. Tetap Kaya
44
Bab 44. Cemburu
45
Bab 45. Jangan aneh-aneh
46
Bab 46. Familiar
47
Bab 47. 18+
48
Bab 48. Melamar
49
Bab 49. Kejutan
50
Bab 50. Marry me, Stella
51
Bab 51. Sah
52
52. Bukanlah akhir
53
Pengumuman novel baru Pawang Badboy by ika oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!