Sarangheyo.
Kata itu seakan terngiang-ngiang di kepala Shaka sesaat setelah dirinya merebah pada ranjang berukuran king size di apartemennya. Dan hal itu, berhasil membuat bibirnya mengulas senyum tipis.
Shaka menghela napasnya pelan, kemudian bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak berapa lama, Shaka selesai dan segera memakai baju ganti. Baru saja Shaka akan merebahkan tubuh, bel apartemennya berdenting.
Dengan terpaksa, Shaka mengurungkan niat kemudian berjalan menuju pintu. Dia menyesal telah mengizinkan Ron pergi berkencan di malam Minggu bersama pacarnya. Seharusnya, tugas membuka pintu tidak menjadi tanggungjawabnya jika ada Ron.
Ceklek.
Pintu akhirnya terbuka dan menampilkan seorang pria paruh baya yang begitu Shaka hindari. Pria yang memiliki garis wajah yang mirip dengannya dan tinggi badan yang hampir sama. "Shaka? Apa kabarmu?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah ayah dari Shaka, Gunardi Virendra.
"Lebih baik dari saat hidup dengan Anda," jawab Shaka tersenyum miring, sangat berbeda dengan Pak Gunardi yang justru tersenyum hangat menatap anak semata wayangnya. Sedang yang ditatap, justru membuang muka dan berdecih.
"Boleh Papa masuk?" tanya Gunardi penuh harap. Shaka menatap tajam sosok ayahnya dan berkata. "Tidak ada urusan yang penting di antara kita. Lebih baik, urus saja nama baik dan bisnis, Anda," Rasa marah dan kecewa seketika kembali merasuk di relung terdalam.
Sebelum Shaka benar-benar kelepasan hingga berbuat yang tidak seharusnya, lebih baik mengakhiri pertemuan yang tak diharapkan itu. "Silahkan pergi dari sini sebelum saya mengusir Anda dengan tidak terhormat," ucap Shaka penuh penekanan.
Pak Gunardi tersenyum sendu, sama sekali tidak marah dengan sikap sang Putra. "Baiklah, Papa akan pergi dari sini. Terima kasih karena sudah sudi menemui Papa," ucap pak Gunardi menatap lekat putranya.
Tanpa menunggu pak Gunardi pergi, Shaka langsung menutup pintu apartemennya. Amarah seketika menguasai hingga membuat Shaka ingin membanting apapun yang ada di sekitarnya.
Namun, belum sempat Shaka melampiaskan kemarahan, bel kembali berbunyi. Shaka mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras, menganggap bahwa yang memencet bel masih orang yang sama.
Dengan kasar, Shaka membuka pintu itu kembali. Saat pintu terbuka, emosi yang sempat tersulut seketika menguap entah kemana. "Kenapa?" tanya Shaka dengan mempertahankan wajah datarnya, dia membuang napas kasar.
"Pak, saya mau mengantarkan sisa berkas yang sudah selesai dikerjakan," ucap Stella dengan wajah polosnya dan berhasil membuat Shaka terpana untuk beberapa detik. Namun, dia kembali memasang wajah datar sebelum Stella menyadarinya.
Ya, seseorang yang datang ke apartemennya adalah Stella. Entah tahu darimana alamat apartemennya, Shaka tidak terlalu peduli. "Mana?" tanya Shaka cuek sambil menengadahkan tangannya di depan Stella.
Stella justru mundur beberapa langkah dengan menyembunyikan berkas tersebut di punggungnya. "Tunggu dulu, Pak. Jangan terlalu buru-burulah," ucap Stella dengan senyum liciknya.
Shaka mendengus sebal. "Cepat! Saya tidak punya banyak waktu!" ketusnya dengan suara menggeram kesal. Stella terlihat menghembuskan napasnya ke atas hingga membuat poninya menyembul ke atas.
"Baiklah, Pak. Tapi ...." Stella sengaja menggantung kalimatnya agar Shaka semakin penasaran dan menunjukkan ekspresi kesalnya. Namun, kenyataan tak sesuai harapan karena saat ini Shaka terlihat biasa saja dengan ekspresi datarnya.
Bibir yang semula tertarik ke atas, kini kembali ke tempat semula. "Beri saya pertanyaan, Pak. Memangnya, Bapak nggak penasaran?" tanya Stella lagi dengan bibir cemberut. "Apa?" tanya Shaka pada akhirnya.
Stella tertawa bahagia sambil bertepuk tangan. "Akhirnya bapak menjawab juga," girangnya yang hanya ditanggapi Shaka dengan dengusan. "Cepat katakan! Jangan buang waktu berharga saya!" ketus Shaka merasa jengah
Tanpa terganggu dengan sikap tidak suka bosnya, Stella berdehem untuk mengatakan keinginannya. "Coba bibir Bapak ditarik ke atas," perintah Stella menjebak yang sayangnya Shaka lakukan karena tidak ingin berlama-lama dengan gadis di depannya.
Jadilah Shaka mengulas sedikit senyum yang tidak disadarinya. Stella mengulum senyum lalu berkata lagi. "Coba ditarik ke atas sedikit lagi, Pak, biar pas," ucap Stella sambil menaik-turunkan alisnya.
Dan bodohnya, Shaka kembali mengangkat bibirnya hingga membentuk senyum yang menawan. Stella terpesona cukup lama, Shaka benar-benar tampan ketika tersenyum seperti itu.
Shaka yang tersadar karena sudah dibodohi, langsung merubah wajahnya menjadi datar dan merebut berkas di tangan Stella secara paksa lalu menutup pintu apartemennya kasar. "Sialan! Gadis itu lama-lama bisa membuatku gila," gumam Shaka sambil menjambak rambutnya frustasi.
Kemudian, Shaka berjalan ke kamarnya lagi. Besok, Shaka akan memarahi Ronald karena sudah meninggalkannya sendirian dan harus menghadapi dua orang yang membuat emosinya tersulut.
Shaka memilih untuk mencuci mukanya lagi. Mungkin dengan begitu, dirinya akan sedikit lebih tenang. Setelah mencuci wajah, Shaka kembali ke kamarnya untuk mengecek ponselnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan tepat, Shaka kembali merebahkan tubuhnya dengan pikiran yang tidak nyaman. Dia mencoba mencari tahu apa yang membuatnya tidak nyaman.
Plak.
Shaka menepuk jidatnya ketika menyadari apa yang sudah dirinya lupakan. Dia mengambil kunci mobil dan menyambar jaketnya asal. Kemudian, Shaka berjalan keluar untuk menuju lantai dasar dengan kepala yang celingukan mencari seseorang.
Namun, Shaka tidak melihat keberadaan gadis yang belum lama ini datang ke apartemennya. "Apa secepat itu?" gumam Shaka tidak percaya. Kemudian, Shaka berjalan ke parkiran untuk segera mengendarai mobilnya.
Saat mobilnya baru berjalan sekitar seratus meter, mata Shaka melihat Stella yang saat ini sedang tertawa bahagia bersama penjual cilok. "Astaga, Gadis itu! Apa dia tidak tahu kalau sekarang sudah malam?" gumam Shaka merasa kesal lalu segera memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.
Setelah berhasil, Shaka berjalan tergesa-gesa menghampiri Stella yang saat ini belum menyadari kehadirannya. "Stella?" panggil Shaka yang berhasil membuat sang Gadis menoleh dengan raut terkejut juga bingungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Warijah Warijah
Koplak Stella, Boss ko dikerjain..
2023-09-18
0
Deche
lanjut lagi thor. semangat
2022-12-31
0