Bab 5. Mengunjungi panti

Pagi harinya, Stella sudah tiba di kantor tepat waktu. Dia berjalan dengan bangga karena berhasil datang di waktu yang cukup pagi, yaitu pukul setengah delapan. Masih longgar setengah jam menuju jam kantor di mulai.

Stella memilih untuk membuat kopi terlebih dahulu di pantry sebelum sampai di ruangannya. "Selamat pagi, Mbak Stella?" sapa Rio ramah, office boy di kantor tersebut. Stella mengangguk dengan senyum mengembang.

"Selamat pagi, Rio." Stella menjawabnya sambil berlalu menuju nakas bagian atas untuk mengambil kopi sachet kesukaannya. Namun, ketika mata Stella menjelajah, sama sekali tidak ditemukan kopi sachet kesukaannya.

Rio yang paham akan kebingungan Stella akhirnya bersuara. "Kopi kesukaan Mbak Stella sudah habis, Mbak. Apa sebaiknya saya carikan dulu di luar?" tanya Rio tidak enak hati.

Stella menoleh pada Rio dengan mata memgerjap. "Oh ya? Tidak perlu, aku bisa membuat kopi sachet yang lain, yang masih tersedia disini," jawab Stella sama sekali tidak masalah.

"Memangnya tidak apa-apa ya, Mbak?" tanya Rio memastikan yang segera mendapat gelengan dari Stella.

"Tidak masalah. Apapun jenisnya, semua bisa masuk ke perutku," kekehnya merasa lucu. Rio juga ikut terkekeh kemudian berpamitan pada Stella untuk melanjutkan tugasnya. Sepeninggalan Rio, Stella akhirnya berhasil membuat satu cangkir kopi sachet dengan merek lainnya.

"Rasanya tidak jauh berbeda," gumam Stella sesaat setelah mencoba kopinya, matanya berbinar karena sudah menemukan sajen di pagi hari. Ya, kopi merupakan sajen terampuh bagi Stella untuk semangat menjalani sembilan jam ke depan.

Stella kemudian berjalan menuju ruangannya di lantai 13 menggunakan lift. Kedua tangannya sibuk dengan tas yang dia jinjing dan cangkir kopi yang gagangnya dia pegang. Pemandangan seperti itu sudah biasa disaksikan oleh hampir semua karyawan di perusahaan.

Stella dikenal karena tingkah konyol dan lucunya. Tapi, itulah yang menjadi daya tarik tersendiri dari seorang Crystella, seorang anak yang dibesarkan di panti asuhan dan seumur hidupnya belum pernah berjumpa dengan ayah maupun ibunya.

Saat hampir mencapai ruangannya, Ana datang dan mengagetkan dirinya. "Dor! Habis mengambil sajen pasti nih?" Ana menggoda seperti biasanya. Ya, kopi memang sudah menjadi tabiat Stella di pagi hari.

Stella memekik tertahan karena kopi nikmatnya hampir saja tumpah. "Ck, untung kopiku tidak tumpah. Kalau tumpah, kamu yang akan aku suruh untuk membuatkannya lagi." Stella berdecak kesal kemudian segera duduk di kubikelnya setelah sebelumnya menaruh cangkir berisi kopi di atas mejanya.

Sedang yang bersangkutan justru hanya menyengir kuda tanpa dosa. "Maaf kalau begitu. Eh! Kamu sudah cek grup kantor belum? Nama kamu jadi trending topik hari ini!" pekik Ana histeris.

Stella menghela napas pelan kemudian membuat gerakan menyesap kopi. "Itu sudah biasa, Na. Bukan hanya satu kali namaku jadi trending topik. Aku juga tidak menyangka bahwa hidupku lebih terkenal dari artis papan atas," jawabanya santai kemudian menaruh cangkir kopinya lagi di atas meja.

Ana mendengkus pelan. "Aku serius, La. Nama kamu jadi trending topik karena kemarin malam ada yang melihat kamu berkencan dengan pak Shaka. Ada fotonya juga loh. Eh! Memangnya, hubungan kalian sudah sedekat itu?" tanya Ana dengan tatapan menyelidik.

"Apa kamu bilang? Aku jadi trending topik karena ada yang melihatku sedang berkencan dengan pak Shaka!" pekik Stella setelah seperkian detik baru paham. Ana segera menoyor kening Stella yang pagi-pagi otaknya masih loading.

"Bagaimana sih, Kamu? Sudahlah, capek bicara sama kamu kalau kopinya belum habis," gerutu Ana kemudian berlalu menuju kubikelnya. Stella hanya bisa memandang heran pada Ana yang berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki.

Stella mengerjap bingung sambil memegangi gagang cangkir di depannya. "Kopi, maafkan Ana yang sudah menyalahkanmu," gumam Stella yang masih bisa terdengar oleh Ana.

Ana mendengkus pelan. "Aku mendengarnya, Stella," geram Ana tidak habis pikir dengan teman KSOnya (Kurang Satu Ons).

"Stella? Kemarin kamu pergi malam mingguan dengan pak Shaka, benar atau tidak sih?" tanya Ratu, teman satu divisi Stella yang dikenal suka berpakaian kurang bahan. Stella mendongak, tidak langsung menjawab karena saat ini sedang menghabiskan kopinya.

Setelah selesai, baru Stella bersuara. "Memangnya ada apa? Masalah untuk Mbak Ratu?" jawab Stella yang justru balik bertanya. Ratu tampak mendengkus pelan lalu tangannya dia sedekapkan di dada.

"Aku hanya bertanya! Jika kamu tidak ingin menjawabnya, ya sudah!" kesalnya kemudian berlalu meninggalkan Stella begitu saja. Kernyitan di dahi Stella semakin dalam ketika hampir semua orang menatap dirinya tak suka.

Tetapi, Stella memilih untuk mengabaikan orang-orang yang tidak suka padanya. Lebih baik, Stella menggunakan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang lebih penting.

Sore harinya, Stella memutuskan untuk mengunjungi panti asuhan tempat dirinya dibesarkan. Dia tidak sendiri melainkan bersama Ana. "Kamu mau ikut masuk atau menunggu di luar seperti biasa, Na?" tanya Stella yang entah mengapa sikapnya berubah normal, tidak seperti hari-hari biasa yang konyol.

"Kali ini aku ingin ikut masuk, La. Aku juga mau kasih sesuatu untuk adik-adik kamu yang ada di dalam," jawab Ana lembut dengan pandangan menatap gedung berlantai tiga yang bertuliskan 'Panti Asuhan Kasih Bunda'.

Stella tersenyum lembut dan menggenggam tangan Ana agar segera mengikutinya masuk. Di halaman panti, Stella langsung disambut oleh adik-adik yang bernasib sama dengannya, yaitu tidak pernah berjumpa dengan ayah dan ibu.

Mereka tersenyum menyapa Stella juga Ana yang sedang melewati mereka. Sesampainya di dalam, bu Dian terlihat sudah menunggu. "Stella? Akhirnya kamu berkunjung lagi. Bunda begitu rindu denganmu," ucap wanita paruh baya tersebut, menyambut kedatangan Stella.

Stella langsung berhambur ke pelukan Bunda (sebutan untuk pemilik panti). Ana hanya bisa menyaksikan pemandangan di depannya dengan mata berkaca-kaca. Setelah cukup lama, Stella melepas pelukan dan beralih pada Ana untuk memperkenalkannya pada bu Dian.

"Bunda? Perkenalkan, dia Ana, teman Stella," ucap Stella tersenyum hangat.

"Hai Ana, senang bisa berjumpa denganmu," jawab bu Dian ramah.

Ana mengangguk dan mengulurkan tangan untuk berkenalan. Setelah berbincang sebentar, Stella mengajak Ana ke ruangan yang dikhususkan untuk anak bayi yang usianya baru beberapa bulan.

Stella selalu tidak kuasa menahan air mata ketika melihat banyaknya bayi yang tak berdosa dibuang karena tidak diharapkan kehadirannya. "Aku cengeng kalau sedang menengok mereka," ucap Stella menangis sambil tertawa.

Ana ikut terisak kemudian memeluk Stella dari samping. Stella mengatakan dia tidak sanggup masuk ke ruangan tersebut dan hanya bisa melihat bayi-bayi lucu itu dari jendela. "Aku tidak pernah menyangka bahwa banyak sekali para orangtua yang egois dan meninggalkan anak-anak mereka di panti," imbuh Ana yang saat ini sesenggukan.

"Aku tahu bagaimana rasanya, Na. Oleh karena itu, aku selalu berusaha untuk menyisihkan uang gajiku. Walau aku tahu, uang tidak bisa membuat mereka bahagia, setidaknya mereka bisa makan dan minum dengan layak." Stella sudah menghapus air matanya kemudian, menatap Ana sendu.

"Kita masuk ya, Na? Kita bermain bersama mereka sebentar saja," pinta Stella yang langsung mendapat anggukan cepat dari Ana. "Mengapa tidak sejak tadi sih? Aku juga ingin sekali menggendong bayi lucu itu, La," kekeh Ana kemudian segera menggandeng tangan Stella.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa kasih dukungannya ya😘

Terpopuler

Comments

Deche

Deche

lanjut lagi thpr

2022-12-31

0

Iis Andriawan

Iis Andriawan

sedih bgt baca nya🥺

2022-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Perkara waktu
2 Bab 2. Lempeng
3 Bab 3. Stella?
4 Bab 4. Zomblo
5 Bab 5. Mengunjungi panti
6 Bab 6. Gavin Virendra
7 Bab 7. Hanyalah formalitas
8 Bab 8. Sikap Stella yang aneh
9 Bab 9. Kamu berat
10 Bab 10. Wonder Stella
11 Bab 11. Ruang rahasia
12 Bab 12. Mendebarkan
13 Bab 13. Sosok ayah
14 Bab 14. Takut khilaf
15 Bab 15. Simbah Gugel
16 Bab 16. Random
17 Bab 17. CCTV berjalan
18 Bab 18. Saling menguatkan
19 Bab 19. Yang lain ngontrak
20 Bab 20. Awal pertengkaran
21 Bab 21. Kembaran?
22 Bab 22. Kesempatan dalam kelonggaran
23 Bab 23. Pesulap merah
24 Bab 24. Lambe Turah
25 Bab 25. Cakep!
26 Bab 26. Yang ketiganya setan
27 Bab 27. Rambut aku, kata aku
28 Bab 28. Vitamin A
29 Bab 29. Tak selebar daun salam
30 Bab 30. Majas Hiperbola
31 Bab 31. Saling menginginkan
32 Bab 32. Tenaga dalam
33 Bab 33. Berani bercerita
34 Bab 34. Cepmek
35 Bab 35. Jimat?
36 Bab 36. Berburuk sangka
37 Bab 37. Bukan durjana
38 Bab 38. Dibujuk
39 Bab 39. Bisa dibicarakan
40 Bab 40. Foto siapa ini?
41 Bab 41. Memperbaiki semuanya
42 Bab 42. Aku tahu, aku ini tampan
43 Bab 43. Tetap Kaya
44 Bab 44. Cemburu
45 Bab 45. Jangan aneh-aneh
46 Bab 46. Familiar
47 Bab 47. 18+
48 Bab 48. Melamar
49 Bab 49. Kejutan
50 Bab 50. Marry me, Stella
51 Bab 51. Sah
52 52. Bukanlah akhir
53 Pengumuman novel baru Pawang Badboy by ika oktafiana
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Perkara waktu
2
Bab 2. Lempeng
3
Bab 3. Stella?
4
Bab 4. Zomblo
5
Bab 5. Mengunjungi panti
6
Bab 6. Gavin Virendra
7
Bab 7. Hanyalah formalitas
8
Bab 8. Sikap Stella yang aneh
9
Bab 9. Kamu berat
10
Bab 10. Wonder Stella
11
Bab 11. Ruang rahasia
12
Bab 12. Mendebarkan
13
Bab 13. Sosok ayah
14
Bab 14. Takut khilaf
15
Bab 15. Simbah Gugel
16
Bab 16. Random
17
Bab 17. CCTV berjalan
18
Bab 18. Saling menguatkan
19
Bab 19. Yang lain ngontrak
20
Bab 20. Awal pertengkaran
21
Bab 21. Kembaran?
22
Bab 22. Kesempatan dalam kelonggaran
23
Bab 23. Pesulap merah
24
Bab 24. Lambe Turah
25
Bab 25. Cakep!
26
Bab 26. Yang ketiganya setan
27
Bab 27. Rambut aku, kata aku
28
Bab 28. Vitamin A
29
Bab 29. Tak selebar daun salam
30
Bab 30. Majas Hiperbola
31
Bab 31. Saling menginginkan
32
Bab 32. Tenaga dalam
33
Bab 33. Berani bercerita
34
Bab 34. Cepmek
35
Bab 35. Jimat?
36
Bab 36. Berburuk sangka
37
Bab 37. Bukan durjana
38
Bab 38. Dibujuk
39
Bab 39. Bisa dibicarakan
40
Bab 40. Foto siapa ini?
41
Bab 41. Memperbaiki semuanya
42
Bab 42. Aku tahu, aku ini tampan
43
Bab 43. Tetap Kaya
44
Bab 44. Cemburu
45
Bab 45. Jangan aneh-aneh
46
Bab 46. Familiar
47
Bab 47. 18+
48
Bab 48. Melamar
49
Bab 49. Kejutan
50
Bab 50. Marry me, Stella
51
Bab 51. Sah
52
52. Bukanlah akhir
53
Pengumuman novel baru Pawang Badboy by ika oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!