Laila terburu-buru memarkirkan motor maticnya di garasi samping tempat kostnya, gara-gara pria aneh yang menghalang-halanginya saat pulang kerja tadi sore di kafe, dirinya harus pontang panting membereskan peralatan tempurnya yang akan di pakai nanti malam konser di klub, padahal sebelum jam 6 sore dirinya sudah harus ada di sana karena hari ini ada meeting rutin akhir bulan.
Ya, pagi sampai sore hari memang Laila kerja di kafe, bukan karena dia kekurangan uang, namun itu dia lakukan hanya untuk mengisi waktu luangnya di siang hari. Laila itu tipe wanita pekerja keras, pantang leha-leha dan rebahan gak jelas sambil nyekrol hape mantengin sosial media, meskipun uang yang di dapatnya dari hasil nyanyi di klub sangat bisa memenuhi biaya hidupnya yang sederhana, dan saweran dari para tamu yang selalu memaksa memberinya tips yang cukup lumayan meski dirinya kadang menolak, karena jika yang memberinya sesuatu yang tidak masuk akal seperti tiba-tiba memberinya mobil atau apartemen, Laila biasanya langsung menolak, bukan apa-apa, sudah bisa di pastikan pasti ada udang di balik batu dari pemberian mereka, yang ujung-ujungnya bisa dipastikan ngajak bobok bareng.
Tawaran jadi pacar gelap, sugar baby, istri simpenan, sampe tawaran jadi istri ke lima pun sudah sangat biasa dia dapatkan dari para pria pemuja isi rok itu, Laila pun sudah semakin ahli dalam bidang tolak menolak semua itu, mulai dari cara paling halus sampai cara paling barbar.
"Sorry sorry,,, telat, agak macet di jalan." ucap Laila saat dirinya memasuki ruang meeting di klub sore menjelang malam itu.
"Oke, tak apa Laura, duduklah," titah Prasetyo atau biasa di panggil Pras selaku manager klub itu ramah, membuat para peserta meeting yang lain terutama para wanita yang sudah sejak setengah jam yang lalu mengikuti meeting itu, memutar matanya secara serempak, mereka jengah dengan sikap managernya yang sangat kentara dalam membedakan perlakuannya pada Laila, sehingga desas desus di kalangan para karyawan beredar kalau Laila adalah istri simpanan Pras.
Memang sejak setengah tahun terakhir ini, tepatnya semenjak kedatangan Laila sebagai pengganti penyanyi lama yang mengundurkan diri karena hamil dan sekarang menjadi istri simpanan pejabat, nama Laura selalu menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan para tamu maupun sesama para pekerja,membuat para karyawan lain khususnya para karyawan wanita iri dan tidak menyukai Laila, apalagi mami Dewi , maminya para pekerja wanita di sana juga terkesan meng anak emaskan penyanyi baru itu.
"Khusus untuk Laura, telat tiga jam atau tiga minggu sekalian juga gak apa-apa, kalo karyawan lain aja semprot di tempat!" oceh Mira sang LC senior dan lumayan paling popoler di kalangan tamu yang senang menarik kabel mic.
"MIRA!" bentak mami Dewi sambil memandang tajam ke arah anak buahnya itu.
"Bener kan? Padahal gue cuma ngomong, gak pake telat, eh langsung di sembur!" bisik Mira pada teman wanita di sebelahnya, bila mami Dewi sudah angkat bicara tak akan ada yang berani melawannya, atau siap-siap kehilangan pekerjaan, dan berhenti bekerja dari klub Z tak semudah itu, jika tak punya bekingan seperti si mantan penyanyi yang menjadi simpanan pejabat, hidupnya tak akan pernah tenang karena akan dalam pantauan orang-orang klub yang tak ingin kerahasiaan tempat usaha mereka di ketahui publik apalagi aparat hukum.
Tempat itu hanya berizin usaha sebagai hotel dan lounge saja, sementara keberadaan klub Z hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya, tempatnya pun sangat rahasia, terdapat di basement hotel di bagian paling belakang, sehingga jika orang awam mengira jika itu hanyalah parkiran khusus untuk para karyawan hotel.
Mendapat sindiran dan nyinyiran dari sesama teman kerjanya sudah menjadi makanan sehari hari bagi Laila, dia hanya perlu bersikap masa bodoh dan menulikan telinganya.
Jika di kehidupan siangnya Laila yang sebagai pekerja dapur di Kafe, bisa menjadi dirinya sendiri, kemana-mana tanpa make up dengan pakaian yang asal asalan, berbeda jika di malam hari saat dirinya menjadi Laura si penyanyi klub yang anggun, elegan, dengan riasan tebal dan pakaian terbuka dan menggoda, bahkan dirinya terkesan pendiam dan jarang bicara, sehingga banyak orang menganggapnya sombong atau sok cantik, meskipun memang aslinya sangat cantik.
Memerankan dua karakter yang berbeda dalam hidupnya yang terbagi antara siang dan malam bagai kuota internet, membuat hidup Laila lebih berwarna, tak ada rasa lelah dalam diri Laila, apalagi cita-cita dirinya yang ingin membuka toko kelontong untuk ibunya di rumah agar ibunya tak harus berjualan sayur di emperan pasar setiap harinya demi untuk menghidupi kedua adik tiri yang masing-masing masih duduk di SD kelas 5 dan SMP kelas 3, karena bapak tirinya yang bekerja serabutan itu lebih sering di rumah untuk malas-malasan dengan alasan menjaga anak-anaknya, yang sudah tak butuh di jaga karna mereka bukan bocah balita lagi, membuat Laila semakin semangat dalam bekerja dan mengumpulkan uang, jika rencananya tak meleset, sekitar tiga atau empat bulanan lagi dia sudah bisa membangunkan toko kelontong kecil-kecilan untuk ibunya, berharap biaya untuk pembangunan toko dan modal awal untuk pengisi toko segera terkumpul dan dia bisa bekerja dengan tenang di ibu kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments