"Mabuk lagi? Mainan cewek lagi? Kapan kamu mau berubah Kai? Ibu sudah tua, sudah lelah mengurusi perusahaan, gantian kamu dong, jangan bisanya hanya buang tapi gak nyari!"
Baru saja Kaisar membuka pintu utama rumahnya, Dara sang ibu sudah menceramahinya dengan panjang lebar.
"Ish ibu, mana ada aku mabok, seger begini kok, lagian siapa yanh bilang ibu itu tua? Ibu masih muda, masih cantik, dan kalau ibu lelah ngurus perusahaan peninggalan ayah, diam saja di rumah, shopping, liburan, percaya deh harta ayah gak bakal habis dalam tiga puluh tahun ke depan!" jawab Kaisar asal.
"Kamu ini Kai, susah banget di bilangin, kemana saja seminggu ini gak pulang ke rumah? Tiga hari yang lalu Monik datang ke sini, tapi kamu malah gak pulang-pulang!" Sewot ibunya lagi.
"Monik siapa lagi? Kai gak punya temen namanya Monik deh, perasaan!" Jawab Kaisar asal.
"Monik calon istri kamu, ibu gak mau tau pokoknya kamu harus mau!" putus ibunya.
"Dih, pemaksaan. Udah deh bu, subuh-subuh gini ngomongin calon bini segala rupa, Kai ngantuk!"
Kaisar melengos pergi menuju ke kamarnya, dia agak sedikit menyesal karena memutuskan untuk pulang ke rumahnya, bukan ke apartemennya, tapi seminggu tak bertemu ibunya membuat Kaisar yang hanya bisa berbicara lepas dengan ibunya tanpa jaim itu merasa rindu, hanya sang ibu satu-satunya yang kini dia punya, semenjak kepergian ayahnya lima tahun yang lalu, meskipun sering berselisih paham dan sering beradu argumen, namun percayalah, Kaisar sangat menyayangi ibunya itu.
Hanya saja dia suka kesal kalau ibunya sudah menjodoh-jodohkan dirinya dengan anak-anak kolega bisnisnya, kadang setiap ada wanita yang di rasa sreg dengan kriterianya, Ibunya langsung membawa gadis itu ke rumah untuk di kenalkan padanya, saking ingin cepat melihat anaknya berkeluarga.
Meski tentu saja tak akan ada satu pun wanita yang Kaisar pilih dari kesekian banyak wanita yang di sodorkan sang ibu padanya itu.
"Kai,,,Kai,,,!" gedoran pintu dan teriakan sang ibu begitu melengking dari luar pintu, ibunya yang dulu pendiamdan penyabar itu tak lagi bisa diam dan sabar jika yang di hadapinya adalah Kaisar sang putra yang bengalnya minta ampun.
Kaisar yang rasa-rasanya baru memejamkan mata beberapa menit itu hanya bisa menutup telinganya dengan bantal berharap suara ibunya tak lagi mengganggu tidurnya.
Namun pilihannya untuk diam tak menjawab panggilan ibunya malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri, karena kini ibunya sudah berdiri di tepi ranjangnya,
"KAISAR ABDI PRAWIRA!!!" teriak wanita yang sebentar lagi usianya menginjak lima puluh tahun tapi masih terlihat sehat dan bugar itu, sisa-sisa kecantikan masa muda nya pun masih terlihat sangat jelas pada kulit wajah yang minim kerutan karena perawatan mahal yang rutin di lakukannya itu.
"Ishhh,,, apa lagi sih bu, baru juga merem, masih pagi gini udah teriak teriak kaya tarzan," gerutu Kaisar yang lupa kalau ibunya memegang kunci cadangan seluruh ruangan di rumah ini.
"Pagi gimana ini sudah pukul setengah empat sore, cepat bangun, tidur apa pingsan sih kamu, sana mandi, dandan yang yang rapi dan wangi kaya kalau kamu mau ketemu cewek-cewek di klub, pake minyak rambut sampe klimis," ledek ibunya menarik-narik tangan Kaisar yang tak mau beranjak dari tempat tidurnya.
"Klub belum buka jam segini bu, ntaran jam 10 malem baru start, sekarang Kai mau bobok dulu ngumpulin energi buat malam mingguan di klub ntar malem," jawabnya dengan mata yang masih setengah terpejam.
"Anak kurang ajar, siapa juga yang bangunin kamu buat ke klub, cepetan jangan banyak tingkah, Monik nunggu kamu di bawah,"
Kaisar meringis kesal tapi juga tak bisa marah pada sang ibu yang lagi-lagi berniat menyodorkan seorang wanita padanya.
Setelah sekitar hampir dua jam mandi dan mematut diri sambil sengaja di buat segala sesuatunya sangat lama, akhirnya Kaisar turun juga menemui ibunya di ruang tengah.
Tampak ibunya sedang mengobrol santai dengan seorang wanita manis, anggun dan hanya melihat sekilas saja sudah dapat di pastikan kalau wanita itu dari kalangan atas, terlihat dari merek pakaian mahal yang melekat di tubuhnya jika di total bisa setara dengan harga mobil second sejuta umat yang kalau di salip ada lagi di depan.
Kini Kaisar sudah seperti anggota arisan geng sosialita yang sedang menelisik berapa harga outfit yang di pakai teman arisannya.
"Kai, malah bengong, naksir ya? Sini kenalin ini namanya Monik, anaknya teman ibu." Dara sang ibu melambaikan tangannya mengajak putranya untuk bergabung bersama mereka.
"Emh, hai!"
Sapa Kaisar singkat, sudut bibirnya terangkat meski agak di paksakan, tak ada acara jabat tangan apa lagi cipika-cipiki, itu bukan Kaisar banget, yang selalu sinis dan dingin terhadap wanita.
Lain dengan gadis yang di perkenalkan dengan nama Monik oleh ibunya itu, dia terlihat sangat antusias dan terpana dengan ketampanan Kaisar, sejak tadi dia terus saja mencuri-curi pandang ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments