❃❃✧༺♥༻✧❃❃
"Akk! Araaa!!" Aku berteriak Sekuat-kuatnya saat motor itu hampir saja menabrak Ara.
Untung ada orang baik hati yang menolong Ara, kalau tidak entah seperti apa dia sekarang. Entah seperti apa juga perasaan ku. Aku bisa saja kehilangan mas Aditya, tetapi aku tak bisa kehilangan Ara.
Aku sudah menangis meskipun melihat dia baik-baik saja. Ara masih berada di pelukan laki-laki yang menolongnya. Entah malaikat darimana yang menolongnya saat ini.
"Adek, adek kalau jalan hati-hati. Dan ya! Jangan jalan-jalan di jalan raya, bahaya." Laki-laki itu berbicara dengan sangat lembut pada Ara setelah melepaskan Ara dari pelukannya.
Terlihat dia membelai lembut rambut Ara sementara satu tangan ada di bahunya.
"Ara lagi ngejar ayah, Om. Tapi ayah nggak dengar suara Ara dan malah pergi dengan tante cantik," Ara menangis kala menceritakan apa yang membuat dirinya berada di jalan dan hampir tertabrak motor.
"Apapun alasannya tetap tidak boleh main di jalan raya. Janji," Ucapnya.
"Janji, Om. Ara tidak akan ulangi lagi," Jawab Ara dengan suara polosnya.
"Sayang!" Seketika aku berlutut di hadapan Ara, memeluknya dengan rasa ketakutan yang begitu besar. Aku sangat takut kehilangan Ara. Kalau saja terjadi apa-apa padanya aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri.
Laki-laki itu berdiri, membiarkan aku memeluk Ara dengan leluasa.
Terlihat dia memakai lagi kaca mata hitamnya dan memandangi kami berdua, "lain kali jangan biarkan anak berlarian sendiri di jalan raya. Berbahaya," Ucapnya.
Belum sempat mendapatkan jawabanku dia sudah melangkah pergi setelah membenarkan kaca mata juga membenarkannya kancing jasnya yang salah satu lepas.
"Tuan!" Teriakku memanggilnya.
Laki-laki itu berhenti hanya menoleh kecil tanpa melihat kami, "terimakasih," Ucapku.
Dengan sombongnya dia tak menjawab dan berlalu pergi begitu saja. Aku lihat punggungnya yang semakin jauh, dan akhirnya masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam. Tak lama mobil itu lalu melesat untuk pergi.
Aku toleh Ara lagi yang masih mematung di hadapan ku. Dia belum bicara apapun, tetapi dia masih terus menangis.
"Sayang, jangan ulangi lagi ya! Siapapun yang kamu lihat lagi kamu tidak boleh pergi sendiri. Kamu harus ajak Bunda juga," Kataku.
"Bunda, tadi Ara lihat ayah. Ara terus memanggilnya, tetapi dia malah pergi. Dia tidak mengenal Ara, Bunda." Ara kembali menangis.
"Dia bukan ayah, Ara. Kamu pasti salah lihat," Aku yakinkan itu karena aku sendiri juga tidak yakin dengan yang di lihat Ara.
"Tidak, Bunda. Dia ayah Ara. Tadi Ara benar-benar melihat ayah. Dia berjalan berdua dengan tante cantik yang perutnya membesar," Terangnya.
Deg....
Seketika jantung seakan berhenti untuk berdetak. Tante cantik dengan perutnya membesar? Bukankah itu artinya perempuan itu sedang hamil?
Jika itu benar berarti Mas Aditya meninggalkan_ku juga Ara hanya karena perempuan lain. Benarkah seperti itu?
Luka di hati kembali terbuka, padahal tadi juga belum sembuh. Ingin menangis lagi tapi aku tak akan mungkin menangis hanya karena dia di depan Ara seperti ini.
"Ara! Nay!" Mika terlihat ngos-ngosan dengan berlari menghampiri kami, "kalian tidak apa-apa, Kan?" Tanya Mika yang sudah berhenti di samping kami berdua.
Aku melihat ke arah Mika dan di wajahnya terlihat sangat khawatir. Aku menjadi tidak enak padanya, sudah terlalu lama kami selalu merepotkan nya.
Aku menggeleng seraya mengusap air mataku yang masih terus mengalir. Aku begitu panik tadi karena sangat takut terjadi apa-apa pada Ara.
Aku berdiri, menuntun Ara yang masih sangat enggan untuk pergi dari sini. Wajahnya terus menoleh ke arah jalan yang aku yakini adalah arah perginya mobil yang di kendarai orang yang Ara pikir adalah mas Aditya.
''Sayang, kita ke sana yuk,'' ajak_ku.
Ara masih tak mau, dia terus menggeleng juga tak mau melangkah. Ara tetap berdiri di tempat dengan terus menangis.
''Tidak mau, Bunda. Ara mau ayah,'' rengeknya.
Hati ibu mana yang tak tersayat saat dalam posisi yang seperti sekarang ini. Melihat sang buah hati yang sangat rapuh karena begitu merindukan kehadiran juga kasih sayang dari seorang ayah.
Hatiku sangat sakit tetapi aku tak bisa membuat Ara_ku semakin sedih lagi. Aku kembali berlutut di hadapannya dan berusaha memberikan pengertian kepadanya.
''Sayang, dia bukan ayahnya Ara. Ayahnya Ara sedang bekerja di tempat yang sangat jauh sekali, jadi dia tidak akan pulang saat ini. Kalau dia pulang pasti akan langsung pulang ke rumah,'' begitu lembut aku mengatakan. Sembari membelai lembut pipinya yang memerah karena tangis.
''Tapi ,Bunda. Tadi itu benar-benar ayah,'' terlihat Ara begitu sangat yakin kalau dia adalah ayahnya. Meski Ara belum pernah melihatnya tetapi setiap hari dia melihat foto mas Aditya yang ada di dalam kamarku. Bahkan aku juga sering memperlihatkan semua foto-foto saat pernikahan juga semua foto kenangan saat kami berpacaran dulu.
''Ara percaya sama Bunda, kan?'' aku harap Ara akan menerima perkataan ku.
"Ara juga sayang kan sama Bunda?" Tanyaku lagi.
Dengan masih terisak Ara mengangguk. Alhamdulillah, aku bersyukur. Setidaknya tak akan begitu susah untuk membujuk Ara untuk mengerti.
"Sekarang Ara mau apa, mau pulang atau masih mau main?" Tanyaku lembut yang penuh dengan kasih sayang.
"Ara pengen pulang, Bunda. Ara capek," Aku mengangguk mengiyakan, mungkin ini adalah hal yang terbaik. lebih baik kami pulang dan istirahat.
Kali ini bukan hanya aku tuntun, tetapi aku langsung mengangkat tubuh kecil Ara ke atas gendongan.
'Maafkan Bunda, Sayang. Kelak kamu akan tau apa yang sebenarnya terjadi. Jika yang kamu lihat benar-benar ayahmu, aku harap kamu bisa melupakan kejadian ini. Tanpanya kita akan bisa bahagia, Sayang.'batinku.
Ara lebih memilih diam sekarang, bahkan sampai di dalam mobil dia juga terus diam dan menyandarkan tubuhnya pada tubuhku.
'Astaghfirullah, kenapa di usia sekecil ini Ara sudah mengalami hal ini Ya Allah. Aku mohon, kuatkanlah hati Ara untuk menerima kenyataan ini,' aku kecup tangan mungilnya yang terasa sangat lemas.
"Nay, sabar ya," Mika menyentuh bahuku pelan. Menyalurkan kekuatan untuk ku, untuk menghadapi semua masalah yang datang seperti badai saat ini.
"Hem, terima kasih, Mika," Aku berusaha tersenyum di hadapannya. Meski sangat susah tapi aku usahakan.
Mobil terus berjalan, menjauh dari taman dan segera mendekati rumah, tempat singgah ku.
Sampainya di rumah aku melihat Ara, ternyata dia tertidur.
"Sebentar," Mika cepat keluar dan bergegas membantuku membuka pintu mobil.
"Terima kasih, Mika," Aku keluar perlahan dengan tetap menggendong Ara. Aku tak mau sampai Ara terbangun dan akan aku lihat dia bersedih lagi.
Belum juga aku memanggil Mbok Darmi dia sudah berlari keluar dari rumah untuk menghampiri. Dengan cekatan dia membantu Mika mengeluarkan semua belanjaan sementara aku masuk lebih dulu untuk menidurkan Ara di kamar.
◌◌✧༺♥༻✧◌◌
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Diaz
kasian Ara 😔
2023-01-15
2
•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠
Aditya berarti seorang penghianat.. diaa pasti tipe laki2 yg gila harta
2022-12-12
3
𝙍𝙖𝙝𝙢𝙖𝙣𝙞𝙖✧・ 。゚★: *.
Wehhh bener-bener Aditya tega bener dh ninggalin mereka
2022-12-12
1