❃❃✧༺♥༻✧❃❃
Langkah kaki yang penuh derita ini berhenti di kamar kecil yang menjadi tempatku untuk istirahat saat lelah. Seketika tangan membuat ulah dengan membanting pintu hingga cukup keras.
Tak berhenti di situ saja, kaki kembali melangkah di iringi dengan tangan yang menghancurkan kedamaian akan kamarku. Menghancurkan semua kenangan akan kebersamaan dengan mas Aditya dan menghancurkan senyuman kami yang selalu terlihat di pigura yang duduk manis di atas meja rias.
Aku lemparkan hingga kacanya pecah. Tangan ini kembali berulah dengan menghancurkan segalanya yang ada di sana hingga tak ada sisa.
Aku seperti orang gila yang tidak punya akal sehat, yang berulah apapun yang di kehendaki oleh akal pikiran tanpa mengenal lagi yang namanya kewarasan.
Berhentilah kegilaan ini setelah semuanya hancur. Aku pandang kamar yang kini benar-benar hancur seperti harapan juga impianku.
Kaki ini begitu lemas, tubuh rasanya tak berdaya sekedar untuk berdiri tegak. Punggung langsung terhuyung hingga terbentur tembok berwarna putih. Kenapa harus jawaban ini yang aku dapatkan.
Enam tahun menunggu kepulangan suami. Bertahan dari hinaan juga cerca dari semua orang yang mengatakan kalau aku adalah istri yang tidak diinginkan, dan ternyata semua kata mereka adalah benar. Aku di tinggalkan, aku tidak pernah di inginkan.
Tangisan pilu mengiringi tubuh yang kian merosot hingga terduduk di lantai. Di kamar sempit inilah aku berikan cinta dan mahkota ku kepada mas Aditya, di kamar inilah dia mengambil semuanya dariku bahkan kini dia juga mengambil mimpi untuk hidup bahagia bersamanya, membangun keluarga kecil laksamana surga.
Telapak tangan ini juga tak menerima dengan keputusan yang sepihak ini hingga akhirnya kembali meraih vas bunga yang tinggal satu-satunya dan menghancurkannya juga.
"Arghh...!" teriakan begitu menggema keras memenuhi kamar. Kamar yang aku jaga keindahan dan kerapiannya kini berserakan bagaikan tempat pembuangan sampah.
Ya, akulah pelakunya. Akulah yang membuat semuanya hancur seperti hati ini yang hancur menjadi sebuah kepingan yang akan sulit untuk di rangkai kembali.
Sinar yang terang akan tawa kebahagiaan kini perlahan mulai redup dan menghilang menjadi luka yang penuh dengan kepedihan dan duka yang kian menjadi dalam.
Kedua telapak tangan mengepal sempurna, kedua mata melotot penuh dengan kebencian.
"Kamu jahat, Mas. Kamu jahat."
Ingin sekali bisa menguatkan hati ini seorang diri tapi aku tak mampu. Luka yang tidak berdarah ini sangat membekas hingga tak akan mampu untukku mengobatinya.
Air mata kembali meluncur sesuka hati, tak membiarkan aku untuk bisa mengeringkan pipi yang sudah merah bahkan lingkar mata sudah membengkak.
Aku kembali menangis dalam duka.
Ku lipat kedua kaki, memeluknya dengan tangan yang juga terdapat luka dari pecahan kaca. Wajahku tertunduk dan bersembunyi di dalamnya.
Suara langkah kaki terdengar masuk ke dalam telinga tapi aku biarkan. Tak peduli siapa yang datang, entah dia orang yang akan membantu menyembuhkan luka ini atau mungkin ingin menertawakan nasib yang tidak aku inginkan ini.
"Nay." Tangannya menyentuh pundak ku yang menahan beban begitu berat. Aku yakin dia sudah berjongkok di hadapanku.
"Nay, sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya.
Meski aku belum melihat wajahnya tapi sudah aku kenali siapa yang datang. Dia adalah Mika Luna, sahabat terbaikku sedari SMA.
Perempuan hebat yang menjadikanku sahabatnya tanpa melihat bagaimana kekurangan juga keadaanku yang dulunya hanya seorang yatim piatu.
Perempuan hebat yang selama ini selalu membantuku di saat kesusahan juga saat kekurangan. Bahkan sampai saat ini aku masih mempunyai hutang padanya, hutang beberapa uang yang aku pergunakan untuk membayar persalinan saat aku melahirkan Ara yang waktu itu harus dengan operasi sesar.
Wajahku terangkat, mata ini langsung termangu tatap ke arah wajah Mika yang sepertinya begitu terkejut melihat keadaanku sekarang.
"Ada apa, Nay?" Mika bertanya lagi padaku. Sepertinya dia tidak akan berhenti bertanya sebelum aku menceritakan semua yang terjadi.
"Hem...?" suaranya begitu lembut tapi begitu mengisyaratkan bahwa aku harus secepatnya menceritakan segalanya.
Aku kembali menangis. Aku begitu lemah, aku rapuh seperti tak ada daya sama sekali.
Mika masih terus memandangiku, sepertinya dia sudah tidak sabar ingin tau. Dia terus menunggu dengan sabar sampai bibir ini terbuka untuk berbicara dengannya.
"Mas Aditya menceraikan ku, Mik."
"Apa..!" Pekik Mika tertahan seolah tak bersuara setelah mendengar aku yang mengeluarkan beberapa kata saja. Kata-kata sederhana tapi berhasil membuatnya terkejut tak percaya.
Wajah ini hanya mampu untuk memberikan satu anggukan saja sebagai jawaban untuk Mika.
Aku lihat wajah Mika langsung memerah mungkin seperti biasa, dia akan marah saat ada orang yang menyakitiku dan mungkin saat ini dia juga menyimpan amarah di dalam hatinya pada mas Aditya.
Aku kembali menangis, aku sadar hari ini terlalu cengeng tapi aku harus bagaimana lagi, aku tak bisa menahan gejolak luka yang terus menyeruak dengan paksa untuk keluar.
Tak tega melihatku Mika langsung memelukku, mencoba untuk menguatkan hatiku yang tengah di landa kerapuhan.
"Kamu harus kuat, Nay. Kamu tidak boleh lemah seperti ini. Aku yakin kamu pasti kuat menghadapi cobaan ini."
Aku semakin tersedu di dalam dekapan Mika, kata-kata Mika juga sangat membuatku penuh haru. Hanya Mika sajalah yang selalu ada untukku di dalam keadaan yang seperti apapun.
Terimakasih, Mika. Mungkin hanya kata-kata itu yang akan selalu aku katakan. Karena aku tak akan bisa membalas budi baiknya padaku juga Ara.
Astaga, bagaimana keadaan Ara sekarang? Setelah mendapatkan surat dari pengadilan agama tadi aku langsung meninggalkannya sendiri di teras, bahkan Mbok Darmi yang selalu membantuku menjaga Ara juga belum datang.
"Ara?"
Mataku membulat seiring kedua tangan terlepas dari Mika.
"Ara bersama Mbok Darmi." jawab Mika.
Seketika hatiku tenang saat mendengar kalau Ara sudah bersama mbok Darmi. Aku yakin Ara akan baik-baik saja sekarang.
"Kamu harus kuat, Nay! Kamu harus bangkit demi Ara. Kamu tidak boleh lemah seperti ini." ucap Mika yang bisa aku dengar.
"Jika Mas Aditya bisa bahagia dengan hidup barunya, kamu juga harus bisa bahagia dan berjuang untuk melupakannya. Kamu juga Ara harus bisa bahagia, Nay. Tanpa bayang-bayang dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti dirinya."
"Kamu harus maju, kamu harus bisa buktikan kalau kamu bisa bahagia tanpa dia! Kamu pasti bisa, Nay. Kamu pasti bisa!" imbuh Mika yang terus menguatkan ku.
Kata Mika benar. Aku harus kuat, aku harus bisa hidup bahagia tanpa Mas Aditya juga bayang-bayang nya. Laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti dia tidak patut untuk ditangisi atau di sesalkan.
Enam tahun aku bisa hidup bahagia tanpa dirinya dan aku juga pasti bisa hidup selamanya tanpa kehadirannya. Biarkan hanya aku juga Ara, berdua saja.
Meski masih sangat sedih dan begitu banyak luka setidaknya aku bisa bahagia sekarang. Sekarang aku bebas, tak ada hal yang harus aku pikirkan lagi.
Memiliki status sebagai istri tetapi tanpa kepastian adalah hal yang paling menyedihkan dan begitu sangat miris. Dan akhirnya aku terbebas dari ikatan yang membelenggu kebebasan dan penuh dengan harapan kepalsuan.
◌◌✧༺♥༻✧◌◌
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
guntur 1609
suami seperti tu gak cocok di blng suami. tu namanya manusi iadab.sdh di tidur. dutnggalkan tanpa mengetahui keadaan istrnya langsung cerai. dasar lak2 sedeng
2023-08-07
0
Diaz
semangat Nay demi Ara 💪
2023-01-15
2
•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠
hempaskan laki2 macam Aditya..buat apa di tangisi,sayang air matanya
2022-12-12
3