Pasti Baik-baik Saja

**✿❀🌷❀✿**

Sudah sore tetapi Safa belum juga pulang. Bahkan abangnya yang kuliah saja sudah pulang tapi Safa sendiri masih tak ada kabar.

Semua keluarga terlihat mulai khawatir. Ayah, ibu, Agung sang abang juga Zidane sang adik semua sudah berkumpul di ruang tengah menunggu kepulangan Safa.

"Gung, kamu kan biasanya selalu jemput adikmu di sekolah tapi kenapa hari ini tidak?" Tanya Muji sang ayah.

"Agung sudah katakan padanya kalau tidak bisa jemput, Yah. Agung kan ada kuliah tambahan hari ini kalau Safa nungguin akan kelamaan jadi Agung minta dia untuk pulang lebih dulu," Jawab Agung.

Agung berdiri, melangkah menuju pintu untuk melihat-lihat siapa tau Safa akan pulang. Jelas Agung sudah menyiapkan beberapa pertanyaan untuk Safa yang pulang terlambat.

"Belum terlihat?" Kini Yati yang bicara. Sang ibu yang menjadi kebanggaan anak-anaknya yang selalu kuat dan sabar menghadapi kenakalan anak-anaknya.

"Belum, Bu. Safa masih belum terlihat," Sejenak Agung menoleh ke arah Yati dan kembali lagi ke arah luar.

"Apa sih yang sebenarnya adikmu itu lakukan. Gung, sana jemput adikmu di sekolah. Siapa tau dia les lagi seperti kemarin dan tak bisa pulang karena tak ada angkutan," Titah Muji.

"Baik, Yah!" Cepat Agung bersedia dia langsung menyambar kunci yang menggantung di tembok dan segera menyalami kedua orang tuanya sebelum pergi.

"Ingat, jangan marahin adekmu, Gung," Ucap Muji memperingatkan. Biasanya kan Agung suka seperti itu kalau Safa melanggar peraturan orang tuanya.

"Bang, Zidane boleh ikut nggak?" Zidane bersuara.

"Yuk lah," Agung setuju dan mengajak Zidane. Alhamdulillah kan kalau si Zidane ikut jadi dia tidak sendiri di jalan. Bisa ada temen ngobrol lah.

"Assalamu'alaikum," Pamit Agung.

"Wa'alaikumsalam," Jawab Muji dan Yati bersamaan.

Yati berdiri dan mengantarkan kedua anaknya sampai depan pintu sementara Muji tetap duduk dengan tidak tenang. Ada rasa tak enak yang datang di hatinya. Takut juga gelisah campur aduk di hatinya membuat dia tak tenang.

Matanya menoleh kearah jam dinding dan sudah menandakan pukul lima sore hari tapi Safa belum juga pulang. Ayah mana yang tidak akan khawatir.

"Kamu kemana sih, Nak?" Gunam pak Muji dengan sangat khawatir. Semakin jelas perasaannya semakin tak enak. Dia semakin gelisah juga sangat khawatir.

*****************

Motor tua yang di kendarai oleh Agung saat ini sudah berhenti di depan sekolahan. Semua terlihat sangat sepi. Jelas, itu semua karena semua sudah pulang pembelajaran juga sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu.

Agung semakin menepikan tepat di depan gerbang sekolah, dia turun dan menyapa kedua penjaga yang sedang mengobrol di dalam bangunan penjagaan.

"Pak, permisi!" Teriak Agung dengan suara yang cukup jelas juga sangat keras.

Tentu, teriakan dari Agung langsung membuat kedua penjaga itu keluar dan juga langsung menghampiri dirinya.

"Ada apa ya, Mas?" Tanyanya dengan sangat heran. Dia juga langsung membuka gerbang dan berhenti tepat di depan Agung juga Zidane.

"Pak, adik saya belum pulang. Apa kira-kira dia masih ada di dalam ya pak?" Tak membuang-buang waktu lagi Agung langsung mengatakan apa yang menjadi tujuannya. Semoga dia bisa mendapatkan tanda-tanda keberadaan Safa.

"Tidak ada, Mas. Semua siswa sudah pulang sejak tadi siang. Bahkan hari ini mereka semua pulang lebih awal karena para guru-guru sedang ada acara keluar." Pak penjaga menjelaskan.

"Hem, boleh saya izin periksa dulu nggak pak,karena beberapa hari lalu dia bilang kalau akan ada perlombaan dan dia yang mewakili sekolah ini. Dan dia izin sama saya akan pulang terlambat setiap harinya karena dia ingin belajar di perpustakaan," Agung juga menjelaskan.

Siapa tau apa yang dia katakan bisa membuat dia mendapatkan izin dari penjaga untuk masuk dan memeriksa.

Meskipun para penjaga mengatakan kalau tak ada orang lagi tapi Agung yakin adiknya masih ada di dalam. Semoga saja benar.

"Tapi, Mas?" Sepertinya pak penjaga masih sangat meragukan penjelasan Agung. Memang sih dia juga satu temannya belum periksa ke dalam tapi masak iya masih ada yang belum pulang hingga sore seperti ini bahkan hampir menjelang petang.

"Saya mohon, Pak. Sebentar saja. Kalau bapak ragu bapak boleh temani saya mencari adik saya," Agung begitu memohon.

"Baiklah. Saya akan temani," Jawabnya.

Seulas senyum keluar dari bibir Agung dia begitu berterima kasih pada penjaga yang akhirnya dia di izinkan masuk.

Kenapa rasanya dia begitu tidak sabar dia sangat ingin cepat-cepat masuk dan memastikan sendiri apakah adiknya benar ada atau tidaknya di sekolah yang sudah sangat sepi.

Di bantu oleh kedua penjaga Agung juga Zidane terus berputar-putar ke penjuru sekolah. Memasuki semua koridor di sana hanya untuk menemukan Safa. Begitu juga di semua ruang bahkan di perpustakaan tak luput dari mereka.

"Dek, kamu di mana sih?" Agung berhenti sejenak semua tempat dia datangi. Belum juga dia menemukan tapi perasaannya sangat yakin kalau adiknya ada di sana.

"Astaghfirullah, mas mas!" Teriak salah satu penjaga. Terdengar suaranya begitu panik entah apa yang dia lihat tapi membuat Agung langsung penasaran hingga akhirnya dia berlari.

"Astaghfirullah, Dek!" Begitu terkejut sekaligus panik Agung sekarang. Saat melihat Safa yang tergeletak di depan tangga dan sudah bersimbah darah di bagian wajah dan Kepala.

Agung begitu panik, dia juga sangat takut bahkan dia seketika meneteskan air mata melihat keadaan adiknya yang terlihat begitu memprihatinkan seperti saat ini.

"Pak, tolong telfon ambulance!" Titah satu penjaga pada satu temannya.

"Baik Pak!" Penjaga itu langsung berlari menuju pos penjagaan dia akan menghubungi rumah sakit dari sana dan segera meminta ambulance datang untuk menolongnya.

"Kak, kak Safa tidak akan kenapa-napa kan?" Zidane sudah menangis dia begitu ketakutan melihat kakak perempuannya seperti itu.

"Kak Safa pasti akan baik-baik saja," Kata Agung menenangkan Zidane yang sudah terus menangis.

"Dek, kenapa bisa seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi, atau siapa yang melakukan hal ini," Perlahan di angkat tubuh lemah Safa. Agung cepat berlari untuk membawa Safa keluar dari sekolah siapa tau ambulance sudah sampai.

**✿❀🌷❀✿**

Pak Muji juga Bu Yati terus berlari memasuki rumah sakit setelah mendapat kabar dari Agung. Rasa takut juga rasa tak percaya terus menyelimuti keduanya, bertarung dengan bersamaan langkah kaki yang terus mengayun.

"Ayah, Ibu!" Agung langsung berdiri ketika melihat kedatangan kedua orang tuanya.

"Gung, sebenarnya apa yang terjadi pada adikmu? Bagaimana keadaannya sekarang, dia baik-baik saja kan?"

Terlihat kepanikan juga ketakutan yang ada pada pak Muji. Jelas dia akan sangat takut.

"Belum tau, Yah. Adek masih di periksa dokter." Jawab Agung.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Gung?" Kini bu Yati yang bertanya.

"Agung tidak tau sebenarnya seperti apa, Bu. Tapi yang jelas Agung menemukan adek sudah tidak sadarkan diri di depan tangga. Kepala dan wajahnya... Kepala dan wajahnya terluka parah, Bu," Jelas Agung.

Suaranya seakan tak mampu untuk keluar sekedar untuk menjelaskan tapi dia harus menjelaskan semua yang telah terjadi.

"Astaghfirullah hal azim. Ada apa ini, Yah. Kenapa ujian begitu besar pada kita," Bu Yati terlihat lemas bahkan tubuhnya sempat terhuyung ke belakang. Untung langsung di tangkap oleh pak Muji kalau tidak mungkin dia sudah jatuh di lantai.

**✿❀🌷❀✿**

Bersambung...

Terpopuler

Comments

•§͜¢•ⁿᵘᵐᴮ 🦢🍒hiatus

•§͜¢•ⁿᵘᵐᴮ 🦢🍒hiatus

kasian Safa mudah mudahan dia baik² saja

2022-11-15

2

🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ

🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ

"Emng penjaga sekolah GK becus kerja nya,,
masa iya tidak tau kejadian nya

2022-11-06

3

✨🥀🪴N.𝐀⃝🍒✨

✨🥀🪴N.𝐀⃝🍒✨

tega sekali mereka melakukan itu pada Safa semoga kalian masuk penjara

2022-11-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!