**✿❀🌷❀✿**
Terus Angelina dan para bala tentaranya mengejek Safa, bahkan mereka sekarang benar-benar tega dan hendak menyeret Safa untuk di kurung di gudang yang tak berpenghuni.
Tapi entah kalau makhluk yang tak kasat mata mungkin sangat banyak karena tempat itu juga terlihat lembab dan juga kotor. Banyak sarang laba-laba di sana dan tentunya di tambah dengan debu-debu yang menempel menambah aura mestis yang begitu terasa.
"Saya mau di bawa kemana? Tolong lepaskan saya!" Safa begitu memohon tapi sama sekali tidak di gubris oleh mereka, benar-benar sangat keterlaluan mereka. Tak berperikemanusiaan.
Kata-kata Safa hanya bagaikan angin lalu yang hanya numpang lewat tanpa mau singgah. Jelas, mereka juga tidak akan biarkan itu terjadi karena hati mereka sudah di penuhi oleh kebencian.
'Kenapa naik lagi?' batin Safa bingung. Tak tau kemana tujuan sebenarnya mereka membawanya. Yang jelas dia tak bisa kabur lagi.
Kakinya terus di paksa menaiki satu persatu anak tangga bahkan Angelina juga sesekali mendorong karena Safa yang memperlambat langkahnya.
"Lepaskan saya, saya harus segera pulang!" Safa terus berontak dengan tenaga yang tak seberapa. Inilah yang Safa sesalkan, dia punya otak yang cerdas tapi kenapa dia memiliki tubuh yang begitu lemah. Hanya untuk melawan saja sangat susah untuknya.
'Ayo Safa, berpikir. Kamu harus bisa lepas dari mereka kalau tidak pasti kamu akan berada di sini sampai besok,' batin Safa.
Safa terdiam tapi dia terus mencari cara. Hingga kakinya menapaki lantai dua dan otaknya bisa di ajak kerja sama.
Safa menunduk melihat posisi kaki Renata juga Bianca. Tepat! Semoga ini berhasil.
Duk duk....
Dua kali hentakan kakinya di kaki keduanya berhasil membuat keduanya meringis dan melepaskan tangan Safa. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus dan Safa bisa berlari.
"Hey! Jangan lari kamu!" Angelina yang berteriak. Matanya melotot tak terima melihat Safa yang bisa lepas dari mereka.
"Kejar-kejar!" Pintanya pada Pretty.
"Sekarang?" Mata Pretty membulat tapi itu adalah ekspresi dari kebingungannya.
"Tahun depan! Ya sekarang, Pretty!" Kembali Angelina di bikin darah tinggi oleh temannya itu. Ingin sekali dia cuci dan di gosok otak satu temannya ini biar lebih encer tapi nyatanya dia tidak akan bisa melakukan itu.
"Terus kalau ketangkep di apain?" Tanyanya lagi.
"Di jadikan bergedel!" Seru Angelina. Tak sabar Angelina mendorong Pretty untuk mengejar Safa sementara Renata dan Bianca masih meringis menahan sakit.
"Ayo kejar dia!" Ajak Angelina pada keduanya.
Mudah sekali Angelina menyuruh kedua temannya itu dia tidak tau bagaimana rasa sakitnya kaki mereka akibat perbuatan Safa barusan.
"Ayo! Kenapa malah berhenti!" Angelina kembali menoleh karena merasakan belum ada pergerakan dari keduanya.
"Iya iya!" Meski ingin sekali menolak tapi mereka tidak akan mungkin bisa. Dia masih ingin menjadi peserta dalam Geng Beautifull Girl's.
Meski hanya memakai sepatu yang sudah rusak tapi ayunan kaki Safa tetap bisa begitu cepat. Dengan sekuat tenaga dia harus bisa lari dari Angelina dan kawan-kawan, tak tau entah apa yang mereka rencanakan untuknya.
Mereka terus berputar-putar di lantai dua. Safa sudah bisa lari dari mereka tapi belum bisa turun ke lantai satu. Seandainya bisa mungkin dia langsung keluar dari pekarangan sekolah dan bisa lepas dari mereka semua.
Nafas Safa begitu ngos-ngosan dia istirahat sebentar untuk berusaha memperbaiki hembusan nafas yang tidak teratur.
"Hey culun, jangan lari kamu!" Teriak Angelina. Jarak mereka semakin dekat.
Safa hanya bisa melihat Angelina dan juga Pretty lalu di mana Renata dan Bianca?
Angelina dan Pretty yang sudah dekat membuat Safa kembali ketakutan dia harus kembali berlari supaya tidak tertangkap tapi naas, Bianca dan Renata sudah berdiri di belakangnya dengan smirk menakutkan.
Apakah ini pelajaran yang mereka berempat terima? Padahal di sekolah tidak ada pelajaran kekerasan juga pembullyan bahkan itu di larang keras lalu mereka dapat ilmu ini dari mana?
"Hem, mau lari kemana?" Ucapan Renata terlihat santai tapi tetap saja sangat menakutkan dan terasa begitu menyakitkan. Padahal mereka belum melakukan apapun tapi Safa sudah kembali gemeteran.
"Tolong, biarkan saya pulang. Oke! Kalau Angelina yang mau ikut lomba saya rela mengundurkan diri. Tapi biarkan aku pulang," Bahkan suara Safa juga sudah gemetar hebat.
Mereka berempat terus berbahagia dengan ketakutan Safa. Seolah mereka mendapatkan kepuasan tersendiri karena telah berhasil menindas Safa.
Tawa keempatnya terus menggema, dengan santainya mereka berjalan mendekat dan mengepung Safa jelas itu membuatnya semakin takut.
Keringat juga air mata bersamaan keluar bersatu padu setelah bertemu di tengah-tengah pipi Safa. Kedua tangannya terus memeluk erat semua buku-buku yang ada di depan dadanya tentu dengan mata menunduk.
"Heh, kamu pikir saya akan percaya gitu?" Wajah Angelina mendekat.
"Sa_saya janji akan mengundurkan diri, besok. Sa_saya akan mengatakannya pada Kepala sekolah. Saya janji," Safa terus berusaha melakukan negosiasi siapa tau mereka memiliki belas kasih dan mau melepaskannya dan membiarkan dia pulang.
"Mimpi!" Sinis Angelina.
"Bawa dia!" Titahnya. Tentu langsung di turuti oleh Renata juga Bianca sementara Pretty dia memandang Safa penuh rasa kasihan tapi dia tidak berani melawan karena dia juga tidak mau di keluarkan dari komplotan Angelina.
Lagi Safa di tarik lengannya hendak di paksa untuk kemana dia juga tidak tau.
Safa terus menjerit dalam doa meminta pertolongan pada Penciptanya karena hanya Dialah yang bisa membantunya untuk bisa lepas dari mereka.
Biasanya akan selalu ada dua penjaga tapi entah di mana mereka sekarang kenapa dari tadi mereka tidak datang meski Safa juga sudah terus berteriak minta tolong. Apa mungkin mereka berempat yang sudah mengalihkan perhatian para penjaga?
"Tolong lepaskan saya, saya mau pulang. Saya minta maaf kalau saya ada salah. Please, biarkan saya pulang," Ucapnya terus memohon.
Begitu tak punya keberanian si Safa untuk melawan karena dia juga tidak pernah melakukan itu. Dia sangat lemah, penakut dan itulah yang membuat semuanya begitu senang melakukan itu terus menerus.
Tak ada perlawanan dari Safa membuat mereka semua hilang rasa kemanusiaan. Mereka menganggap kalau Safa itu adalah anak paling buruk, paling penakut dan paling lemah itu membuat mereka leluasa melakukannya.
Safa kembali memberanikan diri untuk melawan, dia berontak meski usahanya tak membuahkan hasil apapun. Lagi dan lagi usaha terus di lakukan hingga akhirnya kedua tangannya terlepas dari Renata juga Bianca.
Tapi nasib buruk menimpanya. Dia yang hendak berlari turun dari tangga malah tidak sengaja menabrak pot bunga yang begitu besar.
"Akk!" Teriak Safa.
Safa jatuh, terguling di tangga begitu juga dengan pot bunga itu yang ikut terguling di atasnya .
Dug... Prak....
Sampai di lantai dasar kepala Safa terbentur lantai juga di tambah dengan pot yang pecah dan langsung mengenai wajahnya. Safa langsung tak lagi sadar setelah itu dan tentunya darah segar juga terus mengalir.
Ke empat pasang mata terus melotot tak percaya melihat apa yang ada di hadapan mereka. Inilah akibat dari perbuatan mereka semua.
Jika mereka tidak melakukan itu pastilah ini tidak akan terjadi Safa tidak akan mengalami hal buruk seperti itu.
"A_apa dia mati?" Celetuk Pretty karena hanya dialah yang berani berbicara yang lain hanya melongo dan terpaku dalam rasa tak percaya.
"Angel, apakah kita akan masuk penjara setelah ini?" Tanya Renata dengan tatapan mata masih terus fokus ke ke arah Safa yang tergeletak. Dia sangat takut.
"Tidak tidak! Aku tidak mau di penjara," Angelina menggeleng kasar
"Kabur kabur! Tidak orang di sini bahkan kata penjaga CCTV di sini juga sedang rusak. Jadi kita aman. Sekarang kita kabur," Ajak Angelina.
Memang benar-benar tak punya rasa kemanusiaan nih anak. Udah menjadi penyebab Safa jatuh dan mengalami luka di bagian kepalanya sekarang malah berniat kabur dengan tak bertanggung jawab.
"Angel, tapi nanti dia bisa mati. Kita harus menolongnya kan?" Ternyata hanya Pretty yang masih memiliki rasa kemanusiaan. Meski dia bodoh dan selalu di bodoh-bodohi oleh ketiga temannya tapi tetap dia yang masih punya belas kasih.
"Ayo, Pretty. Kita harus pergi kita tidak boleh ketahuan!" Kedua tangan Pretty langsung di tarik oleh Bianca juga Renata dan membuat kaki langsung melangkah turun dari tangga dengan perlahan.
Ketiganya benar-benar tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Safa hanya Pretty saja yang masih menoleh dengan rasa bersalah.
'Safa, maafkan aku ya,' batin Pretty.
Kini hanya tinggal Safa seorang yang ada di sana dengan tak sadarkan diri juga dengan linang darah segar yang keluar dari area wajah dan kepalanya.
**✿❀🌷❀✿**
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
•§͜¢•ⁿᵘᵐᴮ 🦢🍒hiatus
nah Lo main kabur aja tanggung jawab woy...
ke mana para penjaga sekolah ko g ada kasian lho Safa g ada yg bantu.
2022-11-15
2
🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ
"Kasian Safa,,
Kehidupan yg malang yg harus di lalui Safa,,
2022-11-06
3
✨🥀🪴N.𝐀⃝🍒✨
ya ampun kasian banget Safa dibiarkan gitu aja,, semoga nnti kalian ketahuan
2022-11-06
2