Si Culun Dengan Mata Ke-2

Si Culun Dengan Mata Ke-2

Menolak Buta

**✿❀🌷❀✿**

"Tidak! Safa tidak mungkin buta kan, Bang! Safa tidak mau buta," Suara teriakan menggema di salah satu kamar di rumah sakit.

Seorang gadis remaja berusia 16 tahun yang tengah duduk di kelas 11 SMA itulah yang terus berteriak di tengah-tengah tangis yang sangat menyakitkan.

Bukan tangisnya yang menyakitkan tapi karena dia harus mengalami kebutaan karena kecelakaan di sekolah yang di lakukan oleh teman-temannya.

Entah siapa yang melakukan karena Safa sendiri tidak mengingatnya. Ingatannya hilang sebagian karena benturan kepalanya di lantai juga karena sebuah pot besar yang menimpa kepalanya dan pecah hingga mengenai matanya.

Dia adalah Safa Latafunnisa. Anak dari orang tua sederhana dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang buruh bangunan sementara ibunya hanya seorang penjual kue keliling.

Safa memiliki dua saudara, Agung kakaknya yang kini tengah menjadi mahasiswa di kampus ternama karena beasiswa prestasi. Juga Zidane adiknya yang kini tengah menjadi murid di salah satu SMP kelas 7.

"Sabar, Dek. Kamu pasti akan sembuh," Agung terus menenangkan Safa, berusaha membuatnya tenang dengan terus berusaha memeluknya.

Bukan hanya Safa yang menangis karena kenyataan ini tapi kedua orang tuanya, Zidane bahkan juga Agung yang terus mendekapnya dan masih terus berusaha untuk lebih kuat.

Agung terus mengatakan sabar dan kuat padahal dia sendiri sebenarnya tak sekuat itu. Bahkan air matanya terus mengalir.

Seandainya Safa bisa melihat pastilah dia bisa melihat betapa hancurnya semua keluarganya karena apa yang di alami Safa sekarang.

Membayangkan saja sudah sangat mengerikan. Dunia Safa akan terus gelap gulita, dan itu bukan hanya sehari dua hari tapi seumur hidup. Bagaimana Safa akan bisa menjalani kehidupannya. Bagaimana bisa?

"Bang, Safa tidak mau buta, Bang. Safa tidak mau. Lebih baik Safa mati saja, Bang!"

Hilang harapan, hilang semangat juga hilang cahaya hidup Safa sekarang. Semuanya telah hancur dan pergi dengan cahaya yang telah menjauh dari kehidupannya.

Kini hanya tinggal kegelapan yang akan terus dia lihat, tak ada warna apapun. Tak ada kebahagiaan yang bisa dia lihat. Tidak ada.

'Siapa yang tega melakukan ini sama kamu, Dek. Abang janji akan menemukan orang itu dan tidak akan abang lepaskan begitu saja, mereka harus menderita lebih dari apa yang sedang kamu alami sekarang,' batin Agung.

Bagaimana Agung bisa mencari pelakunya, bahkan Safa sendiri tidak bisa menjelaskan. Ingatan di saat kejadian itu hilang begitu saja. Dan entah kapan Safa akan mengingatnya.

"Bang, Safa tidak mau hidup lagi, Safa tidak mau hidup lagi," Tangisannya begitu pecah. Tak ada sedikit harapan untuk bahagia saat ini.

Bu Yati sang ibu terus terisak di dekapan pak Muji sang suami. Hatinya ikut hancur melihat anak gadisnya seperti ini. Bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan satu kata pun. Tenggorokannya terasa kering.

"Sabar, Bu. Ibu harus kuat demi Safa. Kalau Ibu lemah seperti ini bagaimana dengan Safa," Ucap Pak Muji.

Bohong kalau pak Muji tidak ikut sedih dan hancur. Tapi, kalau semua orang sedih dan terpuruk lalu siapa yang akan menjadi penguat untuk Safa. Siapa yang akan membesarkan hati Safa untuk lebih kuat dan ikhlas dengan semua takdir ini.

"Pak, Safa pak," Bu Yati semakin terisak, dia semakin tidak kuat untuk melihat kehancuran Safa saat ini.

Sementara Zidane juga terus menangis dia memeluk bu Yati dengan sangat erat bahkan kali ini baju bu Yati sudah basah karena air mata Zidane juga dirinya sendiri.

"Kamu yang sabar ya, Dek. Abang akan tanya dengan dokter. Dokter pasti bisa menyembuhkan mu," Semakin erat Agung memeluk Safa. Memberi kekuatan juga kenyamanan.

**✿❀🌷❀✿**

Terduduk dalam diam, meratapi takdir yang begitu menyedihkan bagi seorang Safa. Di atas kursi roda dia kini berada di taman rumah sakit dengan infus yang masih terpasang.

Benar, tak bisa dia melihat apapun. Keramaian, senyum semua orang bahkan juga keindahan alam semesta ini juga tidak.

Mungkin, ada sedikit penyesalan di hati Safa. Dia tidak menggunakan matanya dengan baik saat dia bisa melihat dulu. Jika masih di kasih kesempatan untuk bisa melihat lagi Safa akan gunakan mata dengan sebaik-baiknya.

Semua tak bisa dia lihat, hanya suara-suara saja yang bisa diaktifkan dengar. Alhamdulillah, setidak Safa masih bisa mendengar.

Bisa mendengar tawa dari orang lain dan juga pembicaraan orang lain. Senyumnya keluar tapi hanya senyuman getir saja. Tak ada senyum kebahagiaan.

"Bang, apakah memang tak ada lagi cara untuk Safa bisa melihat?" Tanyanya.

Jelas, matanya terbuka tapi tatapannya kosong ke depan karena memang kosong dan tak terlihat cahaya apapun. Bahkan kilatan-kilatan saja juga tidak.

Hampa. Yah! Hidup Safa akan terasa sangat hampa setelah ini. Tak ada yang bisa dia lakukan.

Lomba cerdas cermat yang satu minggu akan dia ikuti kini hanya bisa menjadi sebuah mimpi saja. Bayangan akan mendapatkan piala kemenangan seperti satu bulan lalu juga tidak akan lagi bisa dia rasakan.

Senyum kebanggaan dari semua orang tidak akan dia lihat lagi. Tak akan ada yang menghargai dirinya lagi setelah ini, yang ada hanya tatapan penuh rasa iba dan kasihan.

"Kata dokter ada kesempatan, Dek. Tapi dengan cara donor mata. sementara donor mata sangat susah. Jika ada pun juga tidak mungkin cocok begitu saja. Tapi kamu tidak usah khawatir, abang akan terus berusaha untuk mencari," Ucap Agung.

"Atau mungkin, bagaimana kalau kamu ambil mata abang saja?" Suara Agung begitu gemetar.

Apapun akan Agung berikan untuk Safa. Jika matanya di minta maka dia akan memberikannya. Bahkan Agung juga tidak takut jika harus mati sekalian demi adiknya. Agung bisa menahan semua penderitaan tapi dia tak bisa melihat adik-adiknya kehilangan semangat hidupnya seperti Safa saat ini.

"Tidak, Bang. Jangan pernah berpikir seperti itu. Abang adalah kekuatan Safa, kalau abang kenapa-napa Safa juga tidak akan kuat menjalani hidup Safa."

Safa tetap menoleh ke arah Agung meski tak bisa melihat. Tapi setidaknya ada suara yang bisa dia dengar dan tangan bisa meraba wajah Agung yang kini kembali mengeluarkan air mata.

"Abang jangan menangis, Safa tidak mau abang lemah seperti ini," Katanya. Tangannya terangkat, meraba wajah Agung dan menghapus air mata Agung yang terus mengalir.

Di genggamnya tangan Safa, dia tempelkan di pipinya dengan duka yang begitu besar. Dikecupnya berulang kali tangan Safa.

"Tidak, abang tidak akan menangis lagi. Tapi Safa harus kuat. Yakinlah dan terus berdoa semoga ada jalan untuk Safa bisa sembuh. Allah pasti akan memberi kesembuhan untuk Safa, yang sabar ya sampai waktu itu tiba," Ucap Agung.

Kini Safa sedikit tegar, dia lebih bisa menerima dan bisa perlahan ikhlas dengan apa yang terjadi padanya.

'Suatu saat Safa pasti akan kembali sembuh. Akan kembali menjadi kebanggaan dan bisa membahagiakan Ayah dan Ibu.' batin Safa.

kepiluan nya sangat besar, sangat membekas di hatinya. Kembali dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi tapi satupun tak ada kilatan kejadian itu.

Kemana Safa harus mencari kebenaran, menghukum pelaku yang telah melakukan ini padanya.

**✿❀🌷❀✿**

Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝕮ʜⷶᴀⷨʟⷪɪᷢsⷩᴛͣᴀ᪱⃰❤️

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝕮ʜⷶᴀⷨʟⷪɪᷢsⷩᴛͣᴀ᪱⃰❤️

astaga, jahat banget yg udah ngebully Safa sampai seperti itu..

2023-10-10

1

sumiati 1982

sumiati 1982

Baru episode awal udh kena bawaaaaang😭😭😭

2023-01-28

3

Ela Jutek

Ela Jutek

awal yg mengsedih

2022-11-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!