Kejadian Sebenarnya

**✿❀🌷❀✿**

Flashback

Gadis berseragam putih abu-abu, berkaca mata bulat tengah berjalan di koridor sekolah. Tangannya memeluk beberapa buku paket yang dia pinjam dari perpustakaan barusan untuk di bawa pulang.

Rambutnya saat ini hanya di kuncir dua kanan kiri dan disisakan yang di belakang tergerai begitu saja tapi biasanya dia hanya mengepang dua kanan dan kiri.

Sebenarnya sangat imut bin menggemaskan, tapi itu tidak berpengaruh kepada teman-teman juga kakak kelas yang biasa membully_nya.

Bukan tanpa alasan Safa mendapatkan semua itu. Safa sering mendapatkan itu karena penampilannya yang dianggap kampungan bahkan tak sedikit yang mengatakan itu sangat norak.

Bukan itu saja yang melandasi semua kebencian mereka, tapi karena Safa begitu di perhatikan oleh pihak sekolah karena dia sering mengharumkan nama baik sekolah dengan sukses dengan beberapa lomba cerdas cermat. Luar biasa bukan?

Bukan hanya kakaknya yang berprestasi tapi Safa pasti juga akan menyusul kakaknya menjadi mahasiswa di Fakultas ternama di kemudian hari dengan cara beasiswa.

Di sekolah Safa memang tak punya teman, tapi itu tidak masalah untuknya karena niatnya sekolah adalah mencari ilmu bukan mencari teman. Tapi kalau ada yang mau berteman itu adalah bonus baginya.

Hidup hanya sekali kenapa di ambil pusing!

Itulah slogannya yang selalu dia katakan pada kakaknya. Tapi memang benar sih Safa tidak akan pusing-pusing memikirkan karena tak punya teman lebih baik memikirkan masa depan untuk menjunjung martabat kedua orang tuanya.

Ekhem!

Suara dekhemam memindahkan fokus mata Safa yang terus melihat koridor yang dia lalui. Di lihatlah empat murid perempuan yang menyandarkan punggungnya di dinding juga menyilang kedua tangan di depan dada.

Safa langsung menelan ludahnya sendiri dengan sangat susah. Dia tau ini tidak akan baik mereka pasti merencanakan sesuatu untuknya. Ya, seperti yang sudah-sudah.

Ingin Safa menghindar dan cepat pergi dari sana sebelum hal buruk terjadi tapi rambutnya sudah di tarik oleh satu orang dan membuatnya meringis seraya menghentikan langkah.

Bingung juga si Safa, ini sekolah dengan keamanan dan peraturan yang ketat tapi mereka masih saja berani selalu menindasnya. Bukan itu yang menjadi pikiran utama Safa tapi, kok bisa perlakuan mereka seperti di pandang sebelah mata dan tidak di hiraukan. Apakah karena salah satu dari mereka adalah anak penyokong dana tetap di sekolah itu? Bisa jadi sih.

"Cie cie cie, yang akan ikut lomba lagi. Bahagianya ya," Satu semakin dekat dengan tangan masih memegang rambut Safa.

Senyumnya penuh arti, antara tidak suka juga penuh rasa merendahkan tapi yang paling mencolok adalah aura kebencian.

Tubuh Safa yang gemetar seakan menjadi bahan tertawaan untuk mereka semua hingga mereka semua tertawa terbahak-bahak hingga menggema ke semua penjuru.

Seperti apapun itu tak akan ada yang mendengar karena semua sudah pulang sedari tadi. Safa lah yang pulang belakangan karena harus belajar di perpustakaan hingga akhirnya kini dia pinjam bukunya untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti acara lomba beberapa hari lagi.

Safa itu sangat irit bicara, bahkan seakan tak pernah bicara. Dia hanya akan bicara kalau ada teman yang menyapa atau ada pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada guru atau yang lainnya. Selebihnya dia lebih memilih diam.

Diam itu emas!

Itulah yang juga menjadi slogan panutan untuknya. Lebih baik diam daripada bicara hal-hal yang tidak penting yang kadang ujung-ujungnya melukai hati orang lain. Hanya akan menambah dosa saja kan.

"Hem, si kebanggaan sekolah sudah mulai serius ya. Hem, bagaimana kalau ganti aku saja yang ikutan lomba. Sepertinya aku lebih pintar darimu," Bisiknya di telinga kanan Safa.

"Sebenarnya ya, aku tuh nggak suka ada murid sepertimu ada di sekolah ini. Mengotori sekolah karena kecupuan mu itu. Ih, apa ini! Kaca mata bulat rambut kriwil begini, ih!"

Angelina yang bicara. Murid yang sebenarnya juga sangat pandai tapi sombongnya minta ampun. Juga kelakuannya yang tak pantas mendapatkan ampun.

"Gara-gara kamu, semua tidak ada yang menoleh ke arahku. Semua pada meragukan kemampuan ku yang aku yakin lebih baik daripada kamu."

Semakin nyinyir ucapannya juga semakin tajam matanya seolah ingin menguliti Safa yang terdiam tak berani berkata-kata juga tak berani kemana-mana.

Bagaimana bisa dia pergi. Ketiga teman Angelina sudah menghadang di depannya dengan tangan yang masih setia di depan dada.

Tatapannya sama-sama menakutkan seperti mata Angelina yang begitu menakutkan. Benar-benar seperti penjahat yang sedang di keroyok nih Safa.

"A_apa yang kalian inginkan?" Safa terus menunduk dengan takut. Semakin terlihat jelas getaran ketakutan yang terjadi padanya. Bisa terlihat dari rok panjang yang dia pakai itu terus bergerak tapi bukan karena angin.

"Hahaha, ini akan lucu jika dia sampai ngompol di sini," Tawa Renata pecah melihat Safa.

Angelina, Renata, Pretty juga Bianca. Mereka adalah satu kelompok yang seneng banget mengganggu Safa. Sebenarnya bukan hanya Safa tapi semua yang lebih menonjol entah karena prestasi ataupun kecantikannya akan selalu mendapatkan itu dari mereka.

Mereka hanya ingin, mereka yang menjadi primadona di sekolah tak boleh ada yang lain. Takut kesaing lebih tepatnya.

"Benar-benar, ini akan lebih menarik!" Bianca ikut berpartisipasi dalam pengeroyokan untuk Safa.

"Jangan dong, kasian kalau dia ngompol. Nanti pulangnya gimana? Kan kasihan kalau roknya basah dan dia di ejek," Pretty bersuara.

"Itu yang kita harapkan dudul!" Sorak Renita kesal.

Kenapa bisa Angelina mengangkat satu personil yang dudulnya minta ampun begini. Kelakuan Pretty yang polos memang selalu sering membuat ubun-ubun mereka semua mendidih. Tapi biar begitu tak ada niat untuk mengganti personil baru. Sudah terlalu klop meski Pretty mulutnya juga ember.

"Oh begitu ya. Hem, tapi benar-benar kasihan loh. Kalau dia di ledekin atau di bully orang bagaimana?" Ucapnya lagi.

"Emang kamu pikir yang kita lakukan sekarang ini apa? Traktir dia bakso!" Sudah mulai keluar tanduk si Renita.

"Boleh-boleh, uang ku masih kok. Cukup kalau buat traktir satu mangkok bakso saja untuk Safa," Begitu sumringah wajah Pretty. Tak sadar kalau yang dia katakan membuat tanduk-tanduk temannya itu sudah langsung keluar.

"Pretty!" Geram sekali si Bianca. Seandainya dia adalah ketuanya pasti sudah dia tendang hingga jauh dan tak bisa pulang si Pretty tapi sayangnya dia tak punya kuasa.

"Ya, kita berangkat beli bakso sekarang ya?" Katanya lagi dan sudah bersiap untuk menggandeng tangan Safa.

"Pretty!" Kini Angelina yang bersuara dengan suara melengkingnya dan berhasil membuat Pretty sadar kalau dia salah.

"Aku salah ya?" Pretty hanya bisa bertanya dengan lugu tanpa dosa. Jelas-jelas dia salah tapi masih saja bertanya.

"Baru sadar!" Seru Bianca dan Renita bersamaan.

"Maaf ya, Safa. Hari ini tidak bisa traktir kamu bakso," Katanya dengan bibir meringis.

"Pretty!" Sekali lagi Renita bersuara membuat Pretty terperanjat.

**✿❀🌷❀✿**

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ela Jutek

Ela Jutek

iri bilang neng, beraninya kroyokan sapa yg cupu kalo gitu

2022-11-26

2

•§͜¢•ⁿᵘᵐᴮ 🦢🍒hiatus

•§͜¢•ⁿᵘᵐᴮ 🦢🍒hiatus

kasian Safa g d tlaktir makan bakso,,tp GPP makan sama aku aja yukkk safa 🤭

2022-11-15

2

🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ

🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ

"Selalu bullyan itu di arahkan kepada orang yg punya kekurangan,,

2022-11-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!